1

362 39 6
                                    

Lee Jihoon. Nama itu tercetak pada tiket pesawat yang digenggam seorang pria berkaos hitam yang tengah berjalan memasuki pesawat dengan was-was. Ia berjalan dengan tegap, sesekali memperhatikan sekitar melalui ekor mata, memastikan tidak ada orang yang mengenalnya. Bukan menyamar, ia bukan mata-mata yang takut ketahuan, tapi memang ia tidak ingin ketahuan berangkat sendirian pulang ke kampung halamannya di Busan oleh sekumpulan orang yang mengetahui jati dirinya. Lebih tepatnya kumpulan fans yang bisa hadir di mana pun ia berada.

Ya, pria itu memiliki banyak fans karena pekerjaannya sebagai idol. Bukan Lee Jihoon, ia lebih dikenal sebagai Woozi, salah satu anggota boyband asal Korea Selatan bernama Seventeen yang namanya sedang dielu-elukan oleh banyak orang. Fansnya pun mulai merajalela dan Woozi tidak ingin kehadirannya di tempat umum diketahui oleh siapa pun karena ingin kembali ke Busan dengan tenang.

Bahkan setelah duduk di bangku pesawat, ia tetap mengenakan masker, membuang muka ke arah jendela agar tidak ada yang mengajaknya bicara atau melihat wajahnya. Ia merasa takut dan berharap bisa cepat sampai di rumah untuk bersitirahat. Selain takut dan was-was, sebenarnya Woozi masih mual sejak kemarin sampai ia tidak memiliki nafsu makan. Tidak sakit, ia hanya merasa lelah dengan pekerjaannya yang makin menuntutnya banyak hal, mengakibatkan dirinya stress berat sampai ketua boyband-nya, S.Coups atau Choi Seungcheol menyuruhnya untuk kembali ke Busan untuk beristirahat.

Dan di sinilah ia berada, di dalam pesawat yang beberapa menit kemudian akan take off, terbang ke Busan yang berada tidak jauh dari Seoul.

~~~

Jeon Jiho. Seorang perempuan menyipitkan mata, memandang nama yang tertulis pada artikel yang sudah ia baca lebih dari 5 kali itu. Artikel yang baru diunggah beberapa menit lalu di sebuah website sebuah perusahaan media digital. Nama itu adalah namanya, terdapat di bawah judul artikel sebagai penulis artikel berjudul '5 Tips Menonton Konser dengan Nyaman di Busan'--artikel yang ia baca berulang-ulang meski isinya tidak ada yang berubah.

Artikel itu penting karena bernilai beberapa juta won, berisi iklan tas brand lokal Busan yang ingin dijadikan rekomendasi tas yang bisa digunakan selama menonton konser. Makanya Jiho membacanya berulang-kali, tidak ingin ada kesalahan agar pundi-pundi uangnya tidak melayang.

Sebagai copywriter, artikel berisi iklan sebenarnya bukan hal yang spesial. Yang membedakannya hanya patokan harga yang ditawarkan oleh klien. Untuk klien yang membayarnya dengan harga normal, ia tidak akan membaca artikelnya berulang-kali. Berbeda jika sebaliknya, seperti yang ia lakukan sekarang.

Setelah merasa yakin artikelnya baik-baik saja, Jiho pun langsung menyandarkan punggung di atas kursi. Ia melongos pelan, memandang plafon kamarnya yang dihiasi kertas kerlap-kerlip abstrak berwarna-warni. Kertas yang membuat senyumnya merekah kecil sebelum ia menutup mata, merileksan tubuh yang terasa pegal akibat duduk terlalu lama di depan komputer untuk menulis.

"Jiho!!"

Panggilan itu sontak membuat energi Jiho makin turun drastis. Ia tidak membalas panggilan itu, tetap diam sampai suara yang memanggilnya makin lantang.

"Jeon Jiho!! Cepat jemput Ilwoo di halte!" Seru seorang perempuan berumur 50 tahunan yang membuka pintu kamarnya dengan mudah karena memang tidak terkunci.

"Iya, Ibu." Jiho segera berbalik, memaksakan senyum kepada Ibunya yang mengenakan sarung tangan karet berwarna merah muda, yang sudah dinodai oleh campuran gochujang dan gochugaru, bahan untuk membuat Kimchi.

"Cepat! Sudah jam berapa!" Seru Ibunya histeris hingga Jiho harus menghela napas pelan.

Jiho tahu waktu yang pas untuk menjemput Jeon Ilwoo, keponakannya yang berumur 5 tahun, di halte bus. Tapi Ibunya yang sangat mencintai Ilwoo itu tidak pernah mendengarnya dan selalu menyuruh Jiho berangkat 15 menit lebih cepat karena takut cucunya luntang-lantang di halte--takut Ilwoo diculik oleh orang tidak bertanggungjawab. Padahal yang sebenarnya terjadi adalah Jiho yang luntang-lantang menunggu Ilwoo pulang dari TK.

Ocean (바다) [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang