15

160 32 2
                                    

"Kata temanku yang seorang Carat, kau bukan orang yang suka keluar luar rumah, ya?"

Jiho bertanya kepada Woozi yang sedang menggunakan Dip Bar tepat di sampingnya yang duduk anteng di atas Peck Deck Fly, alat fitness untuk dada yang tidak bisa lagi digunakan di sisi Pantai Gwanghae yang memang menjadi taman olahraga sekaligus jalur pesepeda yang ingin menyusuri pantai. Sepulang kerja dan setelah berganti baju, Jiho segera menemui Woozi yang mengajaknya 'berlibur' untuk ke Pantai Gwanghae. Pria itu ingin berolahraga setelah Jiho membalas pesannya, mengiyakan ajakan itu dengan beberapa syarat.

"Hm... itu benar." Kata Woozi singkat, yang kemudian sibuk mengatur napas karena asyik berolahraga menggunakan alat bantu itu.

"Kau tidak begitu di mataku." Sahut Jiho sangsi, menggerlingkan mata pada Woozi yang langsung menunda keinginannya untuk push-up karena mendengar sahutan itu.

"Aku sedang tidak di studio dan rumah yang dimaksud temanmu bukan rumah di Busan."

"Apa bedanya?"

Napas pria berkaos putih tanpa lengan itu terhela panjang. Ia mengacak pinggang, memandang Jiho dengan ekspresi cukup serius--yang mampu menaikkan bulu kuduk Jiho yang berupaya untuk tidak gentar karena ia memang ingin tahu maksud omongannya.

"Kau tahu, kan? Tinggal bersama orangtua bagaimana?" Tanya Woozi retoris hingga Jiho segera ber-oh-ria sambil menepuk tangan sekali.

"Oh! Aku lupa! Baiklah... aku percaya."

"Tidak percaya juga tidak apa-apa." Ujar Woozi perlahan menumpu kedua tangan di atas tanah, bersiap push-up sebelum menyahut dengan volume suara kecil. "Anggap saja aku bukan Woozi yang dikenal temanmu."

"Apa?" Jiho tidak mendengar. Selain suara Woozi yang teramat kecil, telinganya juga terganggu dengan suara deburan ombak di sekitar mereka.

Woozi mendengar, tapi ia tidak menjawab dan fokus push-up. Rupanya, pertanyaan Jiho tentang kepribadian dirinya sedikit mengusik. Ia tidak begitu senang tindakannya yang sering mengajak Jiho berjalan dipertanyakan karena ia merasa malu. Padahal Woozi merasa senang dan nyaman karena bisa bersikap apa adanya di depan Jiho yang tidak mengenalnya selama ini.

"Bagaimana pekerjaanmu?" Tanya Woozi setelah puas berolahraga dan duduk di atas tanah, meluruskan kaki sambil memandang Jiho yang kaget atas pertanyaan tiba-tiba itu. Sengaja Woozi melakukannya agar Jiho tidak membawa pertanyaan tentang dirinya lagi.

"Hmm... baik. Ya, lebih baik."

"Kau tidak ada deadline hari ini?"

Jiho menggelengkan kepala, senyumnya muncul teramat tipis di wajah. Ia jadi sedikit kesal dengan cecaran Woozi yang menanyakan pekerjaannya yang membuatnya stress akhir-akhir ini meski masalahnya di kantor sudah teratasi. Harusnya pria itu tidak perlu bertanya karena mereka sedang 'berlibur' dan bukankah Woozi mengingat obrolan mereka di Mercusuar Cheongsapo hingga ia mengajaknya berlibur hari ini?

"Kau bawa baju ganti, tidak?" Jiho bertanya sebelum Woozi membuka mulut, ia tidak ingin pria itu membahas pekerjaannya lagi. Lagipula, Jiho jadi salah fokus karena baju Woozi yang basah karena keringat, warna putih pula hingga tubuh pria itu sedikit tampak di matanya.

"Biar kering sendiri." Jawab Woozi sambil mengipas-ngipas bajunya agar cepat kering.

"Kau bisa masuk angin."

"Nanti juga akan ganti baju." Kilah Woozi santai membuat Jiho mendecakkan lidah.

"Kau sudah selesai olahraga? Mau pulang sekarang?"

"Kenapa buru-buru?" Balas Woozi heran, masih asyik duduk untuk menenangkan degup jantung setelah berolahraga dengan cukup intens beberapa menit lalu. Sedangkan Jiho yang merasa angin di pinggir pantai bertiup cukup kencang melongos, menyahut dengan kesal.

Ocean (바다) [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang