Bagian 22 : Steal My Boy

1.4K 110 15
                                    

Sudah seminggu lamanya, Jaemin dan Winter menjalani peran mereka sebagai kakak adik yang sewajarnya. Pada awalnya memang sedikit canggung, karena tanpa disadari keduanya masih sering melakukan skin ship seperti bergandengan, berpelukan, cium pipi dan kening. Begitu juga Jaemin yang kadang terlupa—memanggil Winter dengan panggilan 'sayang'. Kebiasaan yang dulunya selalu ia lakukan ketika mereka masih menjalin hubungan.

Namun baik Jaemin maupun Winter, sebisa mungkin tidak menyinggung soal perasaan itu lagi. Karena bagi mereka untuk saat ini, biarlah semua berjalan sebagaimana mestinya.

Sore itu, Winter baru tiba di Mansion setelah mengantar ayah dan ibunya ke airport, yang hari ini bertolak ke New York untuk perjalanan bisnis—selama kurang lebih dua akhir pekan. Tadinya Winter berangkat bersama Jaemin dan pulang diantar pemuda itu juga. Namun setelah sampai di Mansion keluarga Jung, Jaemin berkata ingin keluar sebentar lalu kembali melesatkan mobilnya entah kemana. Winter yakin, Jaemin pasti punya janji temu dengan Lia. Karena seingat Winter, hari ini Jaemin tidak ada jadwal latihan basket di lapangan sekolah.

Winter mencoba untuk tidak terpengaruh. Tapi tetap saja, memikirkan Jaemin akan bertemu Lia lagi membuat Winter mendadak bad mood. Entah kenapa Winter merasa tidak rela Jaemin memberi perhatian pada gadis lain selain dirinya. Apalagi membayangkan Jaemin melakukan sesuatu yang intim dengan Lia, membuat sesak di dada Winter timbul lagi.

Winter menghela napas gusar melihat kepergian Jaemin. Mau bagaimana lagi, sekarang status mereka telah sepenuhnya berubah menjadi sepasang saudara. Dan Winter harusnya mendukung hubungan Jaemin dan Lia, bukannya bersikap kekanak-kanakan dengan menunjukkan kecemburuan yang berlebihan.

Tak ingin sedih berlarut-larut, Winter pun memutuskan untuk masuk ke dalam Mansion yang sore ini tampak sepi. Namun, baru saja ingin melangkahkan kaki menaiki anak tangga menuju lantai dua, Winter dikejutkan oleh suara seseorang yang memanggil namanya.

"Winter..."

Mendengar suara yang tidak begitu asing lagi, Winter pun menoleh ke belakang dan mendapati Lia Chou, seperti biasa menyunggingkan senyum manis ke arahnya.

"Hei, Winter. Apa kabar?."

Winter menatap Lia dengan canggung, lalu berdeham kecil. "Ehm, kabarku baik. Kau datang sendirian?."

"Ya. Seperti yang kau lihat." Jawab Lia seraya menyapukan pandangannya ke sekeliling ruangan yang terlihat sepi. "Oh ya. Kemana Jaemin? Apa dia sedang berada di kamarnya?."

Winter yang sudah berdiri di anak tangga pertama, mau tak mau harus kembali turun ke bawah menghampiri Lia.

"Jaemin baru saja keluar, tapi dia tidak memberitahuku ke mana perginya. Aku pikir dia pergi menemuimu."

"Tidak, hari ini kami tidak punya janji kencan. Lagipula, kami juga sudah seminggu ini tidak bertemu."

Tanpa perlu dipersilahkan lagi, Lia langsung mengambil posisi duduk di salah satu sofa yang terdapat di ruang tamu.

"Tapi baguslah kalau Jaemin tidak di sini. Aku sebenarnya ingin bertemu denganmu Winter, ada yang ingin ku tanyakan padamu."

Winter mengangkat sebelah alisnya heran.
"Apa yang ingin kau tanyakan?."

"Ini tentang Jung Jaemin." Jawab Lia sedikit tersipu ketika menyebut nama pemuda yang sebulan lalu telah resmi menjadi tunangannya itu. "Kau tahu kan, dua hari lagi Jaemin akan berulang tahun. Dan tujuanku ke sini, ingin menanyakan padamu apa saja yang disukai Jaemin yang mungkin bisa membuatnya senang. Aku... ingin memberikan kejutan padanya."

'Cih, kejutan? sok romantis sekali.'

Tanpa sadar Winter berdecih pelan, mengetahui fakta kalau Lia ternyata sudah memiliki banyak informasi tentang Jaemin. Bahkan tanggal ulang tahun lelaki itu pun telah ia hafal di luar kepala.

The Adorable Step-Sister Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang