Void

38 6 0
                                    

Tulisan ini akan kubuat sementah-mentahnya.  Mari kita membahas mengenai kehampaan yang sering datang dan pergi. 

Apakah kita selalu membutuhkan seseorang untuk mengisi kekosongan? Atau sebenarnya kata kosong merupakan bagian diri kita yang tak mungkin bisa disingkirkan? 

Adaptasi bukanlah hal sulit bila kita sedikit memaksa diri untuk mencapai sebuah tujuan. Tapi ternyata mengenal dan berbincang dengan banyak orang masih belum bisa mengisi ruang kosong tersebut. Ruang kosong yang seringkali membuat kita terjaga oleh pikiran-pikiran aneh yang mengatakan kita tidak pernah cukup. 

Kemudian kita bertemu dengan seseorang, kita mulai berasumsi dia mungkin bisa menjadi  sosok idaman yang kita cari selama ini; seseorang yang mempunyai beberapa kemiripan dengan kita. Kemiripan adalah hal signifikan yang kita perlukan untuk mendapat jaminan bahwa seseorang mungkin saja merasakan apa yang kita rasakan, berpikir secara mendalam mengenai beberapa hal seperti kita. Lalu kita akan berusaha menjalin hubungan apapun dengannya hanya untuk mempertahankan tembok keyakinan semu kita. 

*Kamu suka A atau B ? Artinya, Aku ingin mengenalmu lebih dalam. 

*Kamu sudah menyelesaikan tugas ini atau belum? Mau mengerjakan sama aku? Artinya, Kita harus lebih sering bersama.

*Kedepannya kamu bakal gimana? Artinya, Aku ingin tahu seberapa jauh kamu berpikir.


Usaha-usaha kita untuk mengenal seseorang lebih dalam tidak akan pernah terbayar bila sejak awal apa yang kita pikirkan hanya sepihak. Bukan juga salah orang tersebut, mungkin saja kamu kebetulan bertemu dengan seseorang yang realistis yang jelas tidak tertarik denganmu. 

Apakah sekarang kamu akan merasa terkhianati oleh ekspetasimu sendiri? Lagi-lagi kamu mau menyalahkan perasaanmu. Sekarang kamu tidak bisa membuang perasaanmu seperti dulu lagi karena kamu sudah berusaha mengembangkannya ke arah yang lebih positif, misalnya kamu perlu merasakan untuk mendalami puisi, lagu, melodi, lukisan, dan lain-lain. Tulisan ini pun terbentuk saat aku sedang merasakan sesuatu yang bodoh. 

Atau mungkin kamu hanya sedang tidak beruntung bertemu dengan seseorang yang senang melakukan mind games. Beberapa hari sikapnya sangat ramah, lalu tiba-tiba sengaja berpura-pura tidak tertarik hanya untuk melihat lebih banyak effort yang akan kamu lakukan. 

Mungkin juga kamu bertemu dengan seseorang yang insecure setengah mati, pesimis yang selalu beranggapan bahwa dirinya tak layak menerima cinta dari orang lain. Jadi dia terpaksa memasang penghalang untuk melindungi dirinya dari luka. 

Aku takut menulis ini, tapi siapapun yang kamu temui; memang menyedihkan bila tidak ada yang bisa mengisi ruang hampa tersebut. Tidak ada yang bisa memahamimu, kemampuan adaptasi yang luar biasa tapi rasanya kamu masih menjadi outsider. Karena perbincangan dengan orang banyak hanyalah hal dasar, tidak ada intimasi disana. 

Apa kamu sudah cukup lelah? Apa kamu berpikir untuk menghilang lagi?  Atau kamu akan terus berpura-pura bahwa kamu baik-baik saja? 

Tidak, keluarlah dari kepalamu sebentar.

Two Faced (Bipolar Disorder)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang