Rasa Lelah itu Nyata

219 15 0
                                    

Kenapa kita manusia semakin bertambah umur justru semakin mudah merasa lelah?

Lelah karena keadaan yang sudah pasti, terkadang hal yang tak pasti.

Kehilangan gairah dan semangat, tapi kalau ditanya "Apa yang sedang terjadi?"kita hanya bisa menjawab "Tidak ada apa-apa."

Padahal saat disukai banyak orang kita bisa mengalami euforia yang sanggup meningkatkan rasa percaya diri, kita mampu berjalan sambil mendongakkan kepala.

Tapi kini kita terlalu lelah untuk sekedar memasang topeng keceriaan itu.

Kemudian kita lelah menjadi orang lain dan mulai menunjukkan kepada dunia diri kita yang sesungguhnya, berharap orang-orang seperti mereka dapat menerima agar kita bisa sedikit demi sedikit menelanjangi diri sendiri.

Seolah-olah perempuan yang wajahnya penuh bekas jerawat ingin menampilkan dirinya tanpa make up. Berharap ada sosok laki-laki yang bisa menerima bare face miliknya demi mendapatkan kembali rasa percaya diri yang sudah terkubur bertahun-tahun lamanya.

Orang-orang mulai menerima keberadaannya walau masih dengan komentar yang sama tanpa tahu perjuangan dan biaya yang telah dikeluarkan.

Kita secara sadar selalu ingin diterima oleh mereka, tapi justru diri kita pun masih belum bisa melakukan penerimaan sepenuhnya. Kemudian kita akan tertekan dengan kondisi yang kita ciptakan sendiri,

Sebagai contoh lainnya;

Orang yang semakin banyak pengalaman di dunia percintaan bukannya berapi-api tapi malah memalingkan pandangannya acuh tak acuh, mengalihkan topik pembicaraan untuk menutupi bahkan menghindari segala tentang itu.

Kau tanya dia kenapa?

Tentu saja lelah.

Lelah karena banyak menghadapi masalah percintaan dan perpisahan.

Perpisahan seperti apa yang tidak menyedihkan? Semua perpisahan itu lekat dengan rasa kehilangan.

Pikirkan kalau kejadian itu terus terulang.

Pertemuan mungkin mendebarkan tapi perpisahan mulai terlihat biasa-biasa saja.

Bagaimana harus menjelaskannya?

Kita terus menerus mengijinkan pergantian posisi orang-orang disekitar.

Berpura-pura bahwa semua baik-baik saja, sampai pada akhirnya kita merasa diri kita mungkin perlu dibenahi.

Kubilang kita semua terlalu lelah, tapi kalau tidak bisa menerima keadaan yang sedang terjadi bagaimana diri ini bisa terselamatkan?

Penyelematan sementara tapi suatu saat jiwa kita kan mengungkit rasa lelah itu kembali, ketika kita berada di titik jenuh yang tak bisa dipastikan akarnya.

Two Faced (Bipolar Disorder)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang