Kita tidak bisa memiliki semuanya

29 0 0
                                    

selamat datang kembali jiwa-jiwa yang seringkali merenung dan juga jiwa-jiwa yang selalu bertanya; "bolehkah aku bersedih akan hal ini? bagaimana kalau aku benar bersedih padahal aku sudah memiliki hal lain? apa aku masih pantas? atau malah pantas disebut orang yang serakah?"

mereka berkata, ketidakpuasan melahirkan keinginan baru,
tapi bukankah manusia memang seperti itu? tidak pernah puas.
selalu ingin terlihat lebih baik dari yang sekarang.
hanya saja masing-masing dari mereka terlena akan keinginan yang berbeda.
bukan sekadar keadaan yang lebih baik, melainkan pencarian tanpa akhir atas sesuatu yang mungkin tak pernah bisa dimiliki sepenuhnya.

bagaimana denganku? aku sering bertanya-tanya mungkinkah aku bisa memiliki seorang teman tanpa perlu repot-repot harus selalu bersosialisasi dengannya? aku pasti akan kalah dengan orang yang selalu berkomunikasi tanpa putus. aku pasti akan dilupakan. 

sebenarnya aku sudah tau, tapi aku mengharapkan jawaban berbeda.

sebelumnya aku banyak berbagi cerita dengan seseorang, kuusahakan agar aku bisa membuatnya terkesan karena dia lebih dulu membuatku terkesan.
aku dikenal sebagai orang yang bisa membuat orang lain terkesan dengan berbagai macam cara, tapi kamu adalah salah satu orang yang bisa membuat orang lain terkesan tanpa melakukan banyak usaha. 

kalau kamu anggap itu hanyalah sebuah permainan dari seseorang yang selalu berbagi tulisan-tulisan di quora, maka kamu mungkin saja salah menilai. tapi kamu tidak perlu menyalahkan dirimu sendiri, sudah kubilang bahwa aku bukanlah orang baik. 

bukankah kita telah saling bertukar identitas dalam tes kepribadian?
kupikir kita telah mencapai kedalaman yang tak terjangkau,
namun kini kau memilih menjadi asing,
seolah semua itu hanyalah bayang-bayang yang tak pernah nyata.

ini bukan tumpukan puisi dan prosa cinta milikku.

intinya apa yang dapat membuat seseorang menghilang? apa karena menjauh saja tidak cukup untuk menghapus rasa rendah dirinya? 
kalau dia tidak memikirkannya secara mendalam, dia mungkin hanya akan acuh tak acuh melihat yang sedang terjadi.
kalau dia memilih meniadakan kepeduliannya dengan cara seperti ini bukankah itu berarti aku telah berhasil membuatnya terkesan, meski dengan cara yang salah? 

kusamarkan lagi perasaanku yang tidak penting ini dengan berbagai macam hinaan di setiap paragraf. 

katanya dia dapat menoleransi banyak hal, tapi tidak yang satu ini?
kataku aku sudah puas, sebab itu kutegaskan lagi; kita tidak bisa memiliki semuanya.

bersyukurlah sampai keteguhan palsu itu tidak lagi hanya menjadi sebuah mantra, tapi juga kenyataan; sampai kita mencapai fase penerimaan yang suatu saat akan kita tertawakan.

bukan kah begitu wahai tuan, 5 stages of grief?

Two Faced (Bipolar Disorder)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang