BAGIAN 8

122 42 1
                                    

TERIMA KASIH YANG SUDAH MEMBACA

Happy Reading

*****





Seharusnya, Avarel sudah sampai rumah. Tetapi, Ezra tidak langsung membawanya pulang. Tepatnya, ada kendala membuat kedua sejoli itu berhenti di pinggir jalan.

Ezra hampir menabrak anak kecil.

"Dek, kamu nggak papa? Rumah kamu di mana?" tanya Ava berusaha lembut. Sungguh, rasanya dia hampir jantungan.

"Nggak tau. Tadi cuma main sebentar, Mama udah ilang." jawab anak kecil itu. Mungkin umurnya sekitar 5 tahun, matanya memerah menahan tangis.

"Kan nggak mungkin Emaknya di culik," ucap Ezra asal ceplos.

Ava melotot garang. "Ngomong apa lo barusan?! Kalo sampe anak ini nangis, lo tanggung jawab!" sentaknya.

"Lo juga, lah. Kan kita berdua boncengan." balas Ezra tak terima.

"Kan elo yang bawa motornya!"

"Berdua." keduanya hadap-hadapan.

"Yaa elo, lah—!"

"Hei! Kalian apain anak saya, hah?!"

Ezra dan Ava kompak menoleh. Tidak jauh dari mereka, tampak wanita dengan tas yang dibawanya mengampiri mereka.

"Maaf, ibu orang tua adik ini, ya? Tadi kita—"

Ucapan Ava terpotong. "Jawab dulu pertanyaan saya! Kalian apakan anak saya?!"

"Kita nggak ngapa-ngapain. Anak Ibu bilang tadi lagi main, terus bilang kalau Mamanya ilang."

Ibu itu nampak diam. Kemudian dia menunduk memastikan anaknya tidak lecet. "Kamu nggak papa, kan? Nggak dipukul, kan?"

Bocah itu menggeleng. "Enggak. Mama tadi kemana? Kirain ilang karena diculik om-om."

Ezra berusaha menahan tawa.

"Bu, lain kali jangan biarin anaknya sendiri, ya? Kalo anak Ibu ilang gimana? Udah gitu di jalan raya tadi." ujar Ava menasehati. Bukannya dia sok atau kurang ajar, tapi melihat bocah itu membuatnya tak tega. Sungguh.

Kenapa tidak jujur jika anaknya hampir tertabrak? Kalau jujur, dia tak bisa pulang. Dilihat dari Ibu ini sepertinya akan repot.

Maafkanlah dirinya yang takut terkena amukan.

"Bu, kita pulang, ya," ucap Ezra. Tangannya menarik lengan cewek di sebelahnya untuk pergi.

"Eh, tunggu!" tahan Ibu itu.

"Kenapa, Bu?" Ava bingung.

"Terima kasih sudah jaga anak saya. Maaf juga sudah nuduh yang nggak-nggak." kata Ibu itu tulus.

Ava mengangguk seraya tersenyum. "Iya, Bu, nggak papa. Kita permisi."

Wanita itu mengangguk, dan kedua remaja itu pergi dari sana. Butuh waktu 10 menit untuk tiba di rumah Ava, karena sore itu cukup macet. Sesudahnya tiba, Ava turun dari motor Ezra.

"Thanks." kata gadis itu singkat.

"Gue nggak disuruh masuk?"

"Nggak, nggak. Udah lo pergi sana. Rumah gue nggak izinin lo masuk."

"Lah, kenapa gitu?" Ezra mengangkat alisnya.

"Yaaa, karena lo nggak deket sama gue. Lagian nggak penting juga kan lo masuk?" cewek itu melipat tangannya.

EZVARELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang