BAGIAN 12

114 24 1
                                    

Terima kasih yang sudah mampir ke cerita ini
Jangan lupa vote dan komen

Selamat Membaca

••••••


Berulang kali cowok itu mengucap istigfar dalam hati. Bukan tanpa sebab, dia ingin ke Warung Babeh menyusul teman-temannya yang sudah berada di sana. Namun, terhalang oleh seorang cewek yang tak sengaja jatuh di depannya.

"Terus, lo maunya gimana? Gue mau pergi."

"Pergi ke mana?!"

Arlo memasang wajah lelah, dia hampir melempar sepatu miliknya lantaran kesal. Gadis yang duduk di tanah itu menatap cowok di hadapannya dengan takut sekaligus kesal.

"Tolongin gue dulu, dong! Nggak ada rasa tanggung jawab banget lo!" hardik cewek bernama Sasya.

"Lah?" Arlo mengeryit heran. "Lo jatoh sendiri gara-gara kesandung akar pohon, kenapa gue mesti tanggung jawab?"

Sasya mengeraskan rahangnya. Selain kakinya nyeri di bagian mata kaki, dia juga malu. Malu tersandung di depan cowok. Apalagi cowok itu adalah Arlo, anggota geng Vandalas.

Mau di taruh mana mukanya!

Untung saja sekitar mereka tak terlalu ramai, sebab lokasi saat ini berada di sebelah sekolah. Warung Babeh berada di seberang, agak lurus ke kanan.

"Karena ko ngeliat gue jatoh! Lo harus tolongin gue!"

"Gue udah obatin lo, bantu berdiri, mau gue anter pulang, lo nggak mau. Gue lempar ke empang lo lama-lama."

Arlo sangat kesal. Ia rela berlari ke warung membeli betadine, plester, dan minum, namun Sasya tak mau diajak pulang.

Sasya mengulum bibirnya, tak ada niatan baginya menghalangi niat baik cowok itu. Namun, dia tak ingin pulang. Sasya mengumpat sejenak, meski senang pulang cepat, tapi dia tak mau ke rumah.

Gadis itu seketika tersentak ketika Arlo berjongkok di hadapannya. Sasya menukik alis bingung. "Lo ngapain?" tanyanya.

"Anter lo pulang."

"Gue nggak mau," balas Sasya pelan.

Arlo mengeryit begitu mendengar suara gadis itu sedikit bergetar.

Dia nangis?

Cowok dengan seragam yang udah acak-acakan itu menghela napas sekali lagi. Dia menoleh, menatap cewek itu.

"Terus, lo maunya ke mana? Gue mau anter ke rumah nggak mau, gue bawa ke kali angke sekalian."

"Kok gitu?!" Sasya melotot tak percaya.

"Terus gimana?!" Arlo juga menyentak.

Sasya menunduk, dia memilin bibirnya pelan. "Yaudah, anter gue pulang," katanya memutuskan.

"Gitu, kek."

Sasya menaiki punggung tegap cowok itu, dan mengalungkan tangannya di leher Arlo. Berjalan dengan perlahan, Arlo menuju motornya yang masih berada di depan gerbang sekolah.

"ARLO! MAU KE MANA LO?!"

Suara teriakan dari belakang membuat Arlo menoleh, begitu pun dengan Sasya. Nampak di sana, Natta melambaikan tangannya ke arah mereka berdua.

"GUE NGGAK IKUT NGUMPUL DULU!!"

"Hah?" Natta menatap temannya itu sejenak, dan dia tersadar begitu melihat Arlo sedang menggendong seseorang. "OKE! SEMANGAT DEKETINNYA, AR!!"

Sasya memutar bola matanya malas. Kupingnya terasa sakit akibat teriakan itu, dan ia paham apa maksud perkataan cowok itu.

"Bisa naiknya?" tanya Arlo begitu sudah sampai di depan motornya.

EZVARELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang