BAGIAN 11

105 41 5
                                    

MAKASIH YANG UDAH BACA CERITA INI!
Jangan lupa komen dan vote!

Selamat Membaca!

*****



Hari senin pagi, tentunya SMA Garuda melaksanan ucapara bendera. Seluruh murid berdiri sesuai kelas, barisan depan nampak rapi, tapi tidak dengan barisan belakang. Saat itu, langit sedang cerah-cerahnya, mengakibatkan keringat membasahi wajah.

Hingga tibalah pembina ucapara untuk berbicara, seluruh murid kompak mendesah pasrah. Bagi sebagian yang berada di barisan belakang, nampak berusaha melindungi diri dengan pohon mangga yang memang sengaja ditanam.

"Ada mangga mudah weh. Ambil, dong."

"Tinggi anjir, mana bisa gue."

"Make galah."

"Ketauan oon!"

"Manjat sana."

"Otak lo pada ke mana sih, hah?"

"Di kepala gue, lah."

"Di perut lo kali."

Beberapa murid nampak berbisik tentang mangga muda. Mereka ingin, tetapi sayang buah itu terlalu tinggi. Kebanyakan dari mereka cowok, sedangkan cewek hanya meneduh dan cari aman.

"Zra, ambil, Zra."

Yang disebut namanya menoleh cepat, apa? Ezra mengeryit, menatap mangga yang ditunjuk oleh Leo.

"Lo aja," katanya.

"Yahh... kan lo tinggi, bisa lah manjat," bujuk Leo.

"Lo juga tinggi," sahut cowok di sebelah Leo.

"Nggak, gue itu pendek."

Padahal tingginya 181, dan Leo termasuk cowok tinggi di antara teman-temannya, dia juga memiliki tubuh sedikit ramping.

"Nggak usah merendah untuk membangsat,"
sahut Arlo ketus.

Leo menatap cowok itu sinis. "Membangsat? Yang bangsat itu lo, kita duduk di tanah lo duduk di kursi. Sikap macam apa itu, hah?"

Di antara yang lain, hanya Arlo yang duduk di kursi kayu yang tak terpakai. Dia tak sengaja menemukannya, jadi dari pada duduk di tanah, lebih baik dia gunakan.

"Gue beruntung, nggak sengaja nemuin ini kursi." balas Arlo seraya menatap Leo dengan senyuman miring.

"Nggak adil lo!" Leo kesal.

"Berisik, nanti ketauan tau rasa lo."

Seseorang menyeletuk. Di sebelah Ezra, nampak Riki yang sedang mengipaskan wajahnya dengan topi. Leo menatap cowok itu sensi.

"Nyaut aja lo! Lo tuh nggak diajak!" seru Leo seperti anak kecil.

Riki menampol wajah Leo dengan topinya. "Lo yang ikut-ikutan, lo tuh kelas IPA 3, temen-temen lo IPA 2. Jadi, ngapain lo di sini?" balasnya membuat Leo tertohok sekaligus sakit. Sakit karena wajahnya terkena topi Riki.

Arlo berusaha untuk tak tertawa keras. Apa yang diucapkan Riki memang benar, Ezra, Arlo, Lafi, Ifran, itu satu kelas. Sedangkan Leo beda kelas dan Natta beda jurusan. Leo IPA 3, Natta IPS.

"Nahh~ mending lo ke kelas lo. Dicariin temen-temen lo, tuh." kata Arlo dengan ejekan.

Leo menatap kesal. "Apaan, sih?! Gue cuma mau ambil mangga doang padahal!"

"Bareng temen kelas lo aja, di sini kelas IPA 2. IPA 3 nggak diajak," sahut Panji kemudian.

Leo diam, dia menatap teman-temannya. Dia melirik kelas XII IPA 3, teman kelasnya itu menatapnya.

EZVARELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang