.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
²Gibran menghela nafas nya pelan. Ia sudah mencatat seluk beluk tentang keluarga nya— kecuali tentang kedua orang tua nya. Karna memang pada nyata nya tidak banyak yang author tersebut cerita kan tentang kedua orang tua nya— ralat tapi Jeff. Hanya sekilas.
Gibran kembali mengingat para pemeran dalam novel yang ia baca semalam.
Dika Alamsyah. Pemeran protagonis cowo. Dia tentu nya seumuran dengan Zains, sang antagonis. Sifat nya yang humoris, kalem, peduli, mudah tersenyum, dan friendly, membuat orang orang di sekitar banyak yang mengagumi diri nya.
Jangan heran jika ia pun termasuk kategori most wanted. Dika pun termasuk siswa yang membuat nama sekolah nya harum, dalam artian dia termasuk kategori siswa yang selalu pemberikan penghargaan pada sekolah nya, tapi itu dalam bidang olahraga. Jika tentang Akademis? Tidak, Dika bukan termasuk dalam kategori siswa pintar. Dia selalu mendapat nilai pas pas san. Kalau pun tidak pas pas san berarti anjlok.
Yeah, Dika tidak pernah mendapatkan nilai tinggi dalam Akademis. Tapi jika bertentangan dengan Non Akademis maka Dika lah pemenang nya.
Arini Syaqila. Sang pemeran protagonis. Unggul dalam Akademis, tapi tidak dengan Non Akademis.
Berada di tingkatan yang sama dengan Dika juga Zains.
Dia bukan pemeran novel yang polos juga lugu, tapi Arin adalah tokoh protagonis dengan sifat yang cuek, judes, namun peduli dengan sekitar. Dia juga termasuk seorang penyelamat- penyelamat teruntuk yang di bully.
Walupun sifat nya yang cuek, juga jutek, banyak sekali siswa siswi yang kagum pada nya. Karna apa? Karna kepedulian nya pada yang selalu di bully.
Namun naas nya, dia juga terkadang terkena dampak nya. Terkadang-tidak selalu— ketika diri nya membantu maka esok hari nya atupun di hari itu ia pun terkena dampak nya. Di bully? Yeah.
Dan entah kenapa, entah itu hanya perasaan nya atau bukan. Zains, yang ketika beberapa teman nya membully siswa siswi, ia tak ikut andil kecuali pada diri nya.
Dan juga, Zains beserta teman teman nya juga memiliki pegangan tidak akan membully yang memang tidak pantas untuk di bully.
Dan ada beberapa hal yang Gibran tidak mengerti. Untuk apa kehadiran nya di novel ini?
Gibran sempat berpikir, kebanyakan Transmigrasi itu terjadi ketika ada kesalahan dari sifat sang protagonis. Seperti kebanyakan buku Transmigrasi yang pernah ia baca, kebanyakan dalam buku buku yang ia baca itu sang protagonis wanita yang so polos, so tersakiti, so lugu, so so an deh, pokok nya.
Atau mungkin, Gibran nya saja yang memang belum mengetahui seluk beluk novel nya? Ah.. sudahlah.
Kireina Oktaviani. Sang antagonis. Sang antagonis ini tidak kalah badas dengan sang protagonis. Sifat nya yang sama sama cuek, judes, namun dengan pandangan para siswa siswi yang berbeda. Dialah tukang bully yang akan membully jika ada yang mengganggu, tentu berbeda dengan sang protagonis yang jikalau ada yang menganggu maka ia hanya akan tersenyum. Yeah, tersenyum smirk. Sang protagonis tidak membalas nya dengan membully, biarkan saja.
Kireina termasuk pembully yang berkelas.
Merasa cukup, Gibran menghentikan tangan nya yang sedang menulis. Perlahan mata nya bergerak mencari keberadaan jam dingding.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRANSMIGRASI BOY | ✔
Teen FictionGibran terus mengumpat dalam hati. Bagaimana bisa? Bagaimana bisa diri nya yang baru selesai membersih kan diri tiba tiba berada di raga orang yang sama sekali tak ia kenal. Tidak ada kecelakaan, Tidak ada kata Tertidur, Tidak ada kata pingsan, Tid...