.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
³
Tok! Tok! Tok!Hans yang sedang beristirahat pun berjalan menuju pintu nya. Sedikit merasa heran karna tidak biasa nya pintu kamar nya di ketuk. Karna jarang ada yang masuk ke dalam kamar nya. Bukan karna Hans yang melarang, tapi pada kenyataan nya Hans berpikir tidak ada yang minat untuk masuk ke dalam kamar nya. Lagi pula untuk apa masuk ke kamar nya jika hubungan antar saudara nya pun tidak akur—semenjak kejadian itu terjadi—.
Ceklek.
"Ada a—pa?" Hans terkejut melihat seseorang yang mengetuk kamar nya itu bukan salah satu pelayan rumah.
Jeff—sang pelaku, masuk ke dalam kamar Hans, menarik tangan Hans yang masih terdiam, tidak lupa Jeff kembali menutup pintu dengan sebelah tangan nya yang dengan membawa P3K. Hans masih merasa bingung dengan keadaan yang terjadi pun hanya terdiam, lebih tepat nya ia bingung harus merespon nya seperti apa.
Jeff menduduk kan Hans di tepi kasur, kaki nya kembali berjalan ke arah meja belajar, menarik kursi belajar tersebut, lalu duduk ketika sudah berada di posisi yang pas untuk berhadapan dengan Hans.
P3K yang Jeff bawa, ia taruh di atas nakas, lalu membuka kotak P3K. Pertama-tama ia membersihkan luka yang berada di area wajah Hans. Setelah membersihkan luka tersebut, dengan telaten Jeff mulai mengobati luka tersebut.
Hans menatap abang sulung nya dengan lekat. Wajah Jeff masih terlihat datar, tapi ketika diri nya menatap mata abang sulung nya, hati nya menghangat. Tidak bisa di pungkiri bahwa diri nya juga menginginkan kasih sayang dari para saudara kandung nya.
Hans masih memandang abang sulung nya dengan lekat. Padahal Jeff sebentar lagi sudah selesai, diri nya sekarang sedang memakaikan perban pada tangan kiri nya Hans.
Jeff yang sudah selesai mengobati Hans pun balas memandang Hans, yang dapat Jeff lihat tatapan itu, tatapan yang tersirat rasa rindu.
"Jangan sering tawuran. Bukan nya ngelarang, tapi nggak baik kalau keseringan." Nasehat sang abang sulung, tanpa sadar Hans mengangguk. Selesai memberekan P3K, Jeff berdiri, mengembalikan kursi belajar tersebut ke tempat nya, lalu berjalan kembali menghampiri Hans yang masih terdiam, tangan kiri nya mengambil kotak P3K.
Hal yang tidak penah di pikirkan oleh Hans terjadi.
Jeff mengusap kepala nya. Juga—
Chup.
Hans benar benar terdiam.
———
Suasana sekarang agak canggung. Hans yang entah kenapa sering kali terlihat hendak membuka suara tapi langsung menutup mulut nya kembali. Urung untuk berbicara.
Adegan tersebut tak luput dari pandangan Jeff dan Zains. Lino? Ia hanya merasa bingung dengan keadaan yang sedikit canggung. Dengan keberanian nya, ia mengangkat kepala nya menatap takut abang nya satu persatu— Lino pun akhirnya melihat adegan tersebut.
Beberapa menit kemudian mereka selesai sarapan, bagitupun dengan Lino.
Jeff yang merasa heran, karna Hans terlihat selalu melirik ke arah nya akhirnya ia yang membuka suara terlebuh dahulu.
"Ada apa Hans?" Tanya Jeff menatap adik nya yang gelagapan. Zains yang tidak menyangka bahwa Jeff akan mengeluarkan suara pun ikut menatap Hans.
Hans yang tiba tiba di tanya seperti itu pun langsung kebingungan. Padahal sedari tadi ia mencoba membuka suara, hendak bertanya pada abang sulung nya, namun rasa nya ia ragu untuk bertanya. Mengingat bahwa Jeff adalah orang yang acuh tak acuh, membuat diri nya sulit untuk bertanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRANSMIGRASI BOY | ✔
Teen FictionGibran terus mengumpat dalam hati. Bagaimana bisa? Bagaimana bisa diri nya yang baru selesai membersih kan diri tiba tiba berada di raga orang yang sama sekali tak ia kenal. Tidak ada kecelakaan, Tidak ada kata Tertidur, Tidak ada kata pingsan, Tid...