.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
⁶Jeff terdiam, mata nya mengawasi daerah sekitar. Setelah merasa aman kini Jeff melirik ke arah jam tangan nya. Seharus nya bagian tersebut sudah dimulai, tapi kena-
Bugh!!
Ahhh, ternyata sudah.
Jeff tersenyum melihat adegan yang ia tunggu-tunggu. Perkelahian yang sedang dilakukan oleh sang adik.
Haruskah ia datang untuk melerai perkelahian tersebut? Atau.. cukup ditonton saja? Hmmm, sepertinya itu ide yang bagus.
Brak!!
Jeff mengangkat sebelah sudut bibirnya, melihat perkelahian secara live ternyata cukup menyenangkan. Apalagi jika adegan tersebut diabadikan, Pasti lebih menyenangkan, bukan?
Jeff mengambil handphone didalam saku nya, perlahan jarinya menekan tombol untuk merekam.
Tidak ada salah nya, kan untuk mengabadikan moment?
5 menit kemudian..
"Ada perkelahian di taman belakang sekolah pak."
Jeff mematikan rekaman nya, handphone yang ia pegang ia taruh kembali ke dalam saku. Lagi-lagi sebelah sudut bibir nya terangkat.
Mereka semua terdiam, menatap seorang gadis yang datang dengan posisi handphone di sebelah telinga nya.
"Baik pak" Gadis tersebut mematikan sambungan telepon, menatap salah satu lelaki yang sedang berkelahi menatap nya sengit.
"Rin.. Lo ngapain disini?" Tanya Dika, selaku seorang pacar, tentu saja Dika harus menunjukan rasa khawatirnya kan.
"Cuman jalan-jalan." Arin tersenyum manatap Dika yang sedang menatap nya khawatir.
Jika Arin benar-benar melaporkan adegan perkelahian tersebut, dirinya bisa saja dalam bahaya.
"Ck!" Zains menghempas tangan Tri yang memegang kedua kerah nya. Dengan wajah yang datar ja menghampiri Arin yang menatap nya tak kalah datar.
"Pengganggu." Ucap Zains. Tangan kanan nya merampas tas yang tergeletak di atas tanah, lalu meninggalkan daerah taman tersebut.
"Lo nggak apa-apa Tri?" Tanya Arin yang di jawab gelengan oleh Tri.
"Lo seharusnya nggak ikut campur Rin." Devo, selaku salah satu sahabat dari Dika dan Tri, melenggang pergi meninggalkan taman tersebut
Liam yang sedari tadi hanya menatap perkelahian di hadapan nya tanpa minat, kini ikut pergi meninggalkan taman belakang.
"Heran banget Gue sama kedua sohib Lo, padahal kan niat Gue baik." Ucap Arin menatap punggung Liam yang sudah menjauh, menghilang saat perbelokan di koridor.
"Lo ngelapor?" Tanya Tri yang di jawab dengan kedua bahu yang diangkat pertanda bahwa dirinya tadi hanya sekedar bersandiwara.
"Buat apa? Gagun." Ucap nya melenggang pergi meninggalkan taman belakang, Dikavmenatap nya rumit, seharusnya ia sudah menyelesaikan misi tersebut dua minggu yang lalu. Tapi, tapi ia tidak bisa melakukan nya
KAMU SEDANG MEMBACA
TRANSMIGRASI BOY | ✔
Teen FictionGibran terus mengumpat dalam hati. Bagaimana bisa? Bagaimana bisa diri nya yang baru selesai membersih kan diri tiba tiba berada di raga orang yang sama sekali tak ia kenal. Tidak ada kecelakaan, Tidak ada kata Tertidur, Tidak ada kata pingsan, Tid...