.....

6.2K 541 50
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Sejak kapan Mamah— hhh, nggak mungkin bang." Terlihat pancaran kecewa dari mata nya. Lino benar-benar tidak mengetahui tentang satu hal yang mengejutkan ini.

"C-cuman Lino doank yang nggak tau?" Tanya Lino menatap abang nya. Terlihat pancaran rasa kecewa tersebut, tapi itu bukan untuk dirinya.

"Hmm." Lino memejamkan mata nya. Tidak menyangka jika hal tersebut terjadi kepada abang sulung nya.

Pantas, pantas saja hanya dirinya yang merasa paling terpuruk. Karna pada kenyataan nya, Lino saja yang tidak tau.

"Kenapa abang nggak dari dulu kasih tau Lino?" Lino bertanya menatap abang nya yang mengalihkan pandangan nya agar tidak bersitatap dengan Lino.

"Abang Jeff yang ngelarang. Bahkan Hans seharusnya nggak tau kejadian itu. Tapi jujur, Gue nggak tau kenapa Hans bisa tau." Abang nya—Zains, kembali menatap Lino. Lino terisak pelan, bagi dirinya tamparan dari orang tua, adalah hal yang paling menyakitkan.

Sebesar apapun kesalahan seorang anak, hukuman yang pantas bukanlah tamparan. Karna itu berdampak bagi psikis mereka.

Zains mengusap punggung adik nya yang bergetar. Ia merasa wajar jika Lino yang merasa paling terpuruk. Karna pada kenyataan nya, Lino lah yang memiliki harapan paling besar agar keluarga nya kembali harmonis. Terutama pengharapan nya yang ingin agar Papah dan Mamah nya kembali ke rumah.

Karna setiap Mamah dan Papah nya pulang. Hanya untuk melihat keadaan mereka?. Terlihat dari pancaran mata nya Lino lah yang paling bersemangat. Dan Jeff lah yang paling terlihat enggan.

Setelah merasa agak membaik Lino kembali menatap abang nya Zains.

"Hiks. Abang kenapa jadi banyak ngomong?"

Zains terdiam.

"Ck."

———

"Lo gila Jeff!! SADAR!!"

"Gue sadar kok."

"Kalau Lo sadar lepasin mereka, BANGSAT!"

"Nggak. Nggak bisa."

"Jangan jadi manusia yang nggak punya hati!!"

"Lo nggak ngaca?"

Sreet.

"Ngaku."

"Bukan Gue yang bunuh. Bukan Gue Jeff...."

"Ngaku."

Sreeet.

"JEFF!! Oke! Gue ngaku, Gue yang— b-bunuh. Gue udah ngaku. Lepas—sin mereka."

"..."

"Mereka nggak salah.. mereka nggak ada sangkut paut nya sama persahabatan kita. Nggak ada."

"..."

"Jeff.. please, dengerin Gue. Bukan Lo doang yang ngerasa kehilangan.. Gue juga. Gue juga ngerasa kehilangan!"

TRANSMIGRASI BOY | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang