3. Harmony of Time Together

67 2 0
                                    

Haiii semuanya!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Haiii semuanya!

Jangan lupa komentarnya buat chapter ketiga ini yaaa💗🎀

Happy reading

Dikantin yang ramai pengunjung ini, Aksa dan teman-temannya menjadi partisipasi salah sedikitnya. Dimeja pojok kanan, ada Sandeka lalu kanannya lagi Fajar, kemudian Nendra. Baru didepannya ada Aksa, Nara, dan Amara. Jika biasanya Nara akan makan sendiri dengan Amara kali ini dia akan mengalah ikut bersama Aksa, karena bocah itu memaksanya terus sedari tadi.

"Dari banyaknya tempat, kenapa lo milih di pojokan gini sih, Sa?" Sandeka merotasikan matanya kesal. Pasalnya dia berada dipojokan sendiri, dan diapit oleh tembok dan Fajar. Tidak seperti Aksa, bersanding dengan dua gadis cantik.

"Emangnya kenapa? Bukannya lo yang paling suka mojok-mojok ya?" Bukannya Aksa yang menjawab melainkan Fajar.

"Itu beda! Lah ini gue mojoknya sama manusia berpedang kaya lo. Jelas gue gak mau!" Sandeka mendesak Fajar agar bergeser. Bukannya bergeser malah mereka berdua adu dorong.

"Udah berantemnya anak-anak. Makan ini baksonya"

"Terimakasih pak" Nara tersenyum.

Setelah mendapat bagiannya, Nara mencoba kuahnya terlebih dahulu. Asinnya pas. Menambah sedikit sambal, kemudian mencicipinya lagi kepedasan atau tidak.

Nara manggut-manggut, rasanya pas dan nikmat. Baru saja ingin menyendokkan baksonya, Nara melotot tajam karena mangkuknya ditarik kesamping.

"Aksa!"

Aksa menoleh sekilas, menatap Nara. "Kenapa?" tanyanya enteng.

Memilih tidak menjawab, Nara menarik kembali mangkuk baksonya.

"Kamu yang kenapa! Ini punyaku."

Aksa menghembuskan nafas jengah."Lo kalo makan jangan utuh begitu! Nanti kesedak. Makanya, mau gue potongin."

"Nara bukan anak kecil lagi, Sa. Lebay amat lo." Sandeka melirik keduanya, dua insan itu selalu romantisan di depannya. Tidak tau ya kalo dia juga mau?

Nara menganggukkan kepalanya setuju. Aksa menatap keduanya bergantian lalu memakan bakso yang tadi ia anggurkan.

"Yaudah, makan aja."

Nara menambah sedikit sambal lagi. Aksa sesekali melirik kelakuan Nara disampingnya, meskipun terlihat tidak peduli, Aksa masih mengawasi Nara.

Menyuap sesendok kuah, Nara mulai merasa pedas nikmat hanya dikuahnya saja.

"Hah, pedes." Nara membuka mulutnya, mengekspresikan rasa pedasnya.

Nara menggulung mi digarpunya, sebagai suapan pertama. Lalu inilah yang Aksa tunggu, dia melirik Nara mencoba bakso utuhnya.

Hap.

ASTOROID Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang