11. Lingkaran Kesepakatan

24 2 0
                                    

.
.
.
.

Terhitung sudah sebulan keadaan sekolah tenang sejak teror beberapa minggu lalu. Siswa siswi yang semula ketakutan dan memilih tidak hadir mulai kembali bersekolah. Hal itu pun dialami juga oleh Nara, hembusan panjang penuh kelegaan itu keluar, seakan ketakutan yang bersemayam dalam dirinya ia buang tanpa paksaan.

Dia pun juga kembali memberi jarak kepada Astorio, Nara tidak mau mempunyai hubungan lebih dengan laki-laki saat ini. Menurutnya itu juga lebih baik, Nara juga takut Zea menjadi salah paham dan memusuhinya. Tapi, rupanya tidak seperti yang dia bayangkan, Astorio kerap kali mengambil kesempatan untuk bicara dengannya meskipun berakhir Nara cuekin.

Dan lagi dan lagi, suatu ekspektasi yang baru saja dia rasakan sepenuhnya harus dia telan kembali karena riuh di meja paling pojok kantin, dibelakang mejanya, Amara, Aksa, dan Sandeka. Nara menoleh, matanya melebar terkejut kala melihat seseorang yang belum lama menjadi temannya menjadi korban kekerasan.

BRAKK!

"Heh, cewek ansos! Pasti lo kan yang buang testpack di belakang kamar mandi cewek?!" Gadis berambut panjang dengan hiasan bando merah muda itu mencabut earphone Dena lalu menjebaknya brutal.

"Argghh!" Ringisnya yang mendapat serangan tiba-tiba dikepalanya.

"Maksutnya apa?" Meskipun Dena pendiam Dena bukan orang yang akan diam ketika dia ditindas. Dia menarik tangan yang menarik rambutnya sampai lepas.

"Alah, pake segala nanya! Mading sekolah tuh lagi rame-ramenya karena berita penemuan testpack dibelakang kamar mandi!"

"Dan gue pernah liat lo keluar dari kamar mandi terus lari ketakutan, wajah lo gabisa bohong kalo waktu itu lo panik banget!" Telunjuk antek-antek gadis yang menjambaknya tadi, mengarah tepat ke wajah Dena. 

"Kalian semua jangan nyebar fitnah. Aku enggak pernah ngelakuin itu."

"Kita lihat setelah ini, apa lo bakal dipanggil ke ruang bk atau enggak." Seringai gadis berbando itu tercetak jelas, membuat Dena terserang kepanikan tiba-tiba.

Setelah ketiga orang itu pergi, Nara berlari kecil menuju ke meja Dena.

"Ada apa, Dena?" Terlihat sekali raut khawatir di wajah gadis itu.

Selama ini Dena tidak pernah punya teman, rasanya ketika dikhawatirkan seperti ini oleh seorang 'teman' membuat Dena terharu. Jika, dikemudian hari dirinya akan mendapat masalah karena ketiga gadis itu, apa Nara juga akan terkena imbas jika mereka mengetahui bahwa Nara merupakan temannya?.

Lama melamun membuat Nara semakin khawatir, dia merapikan rambut Dena yang acak-acakan. Dena yang terkejut langsung menepis tangan Nara membuat Amara melotot.

Melihat raut tak suka di wajah Amara, Dena langsung tersadar. "Maaf, aku enggak sengaja."

"Kamu enggak papa kan? Ada yang luka?"

Mungkin Dena akan sedikit menjauh dengan Nara, ya meskipun dia tidak terlalu menempel dengan gadis itu. Tapi tidak dengan Nara yang bisa tiba-tiba disampingnya.

"Gak papa, aku pergi dulu." Dena mengemasi barangnya lalu pergi dari area kantin. Sebenarnya Dena juga tidak nyaman dengan tatapan para siswa di sana.

Nara mengamati Dena dalam diam, dia juga tidak menghentikan pergerakannya sampai menghilang dari pandangannya, Dena pasti butuh waktu sendiri.

Benar, tak lama nama Dena menggema karena panggilan dari speaker sekolah, Dena pun mengepalkan tangannya emosi. Kakinya langsung melangkah ke ruang bk dengan tatapan dan cibiran negatif dari orang-orang. Setelah sampai, Dena duduk dan mendengarkan dengan seksama pertanyaan konyol yang dilayangkan padanya.

ASTOROID Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang