16. Blessed Friday

28 2 0
                                    

.
.
.
.
.

Brakk!! Brakk!!

Astorio beranjak dari kayu tempatnya berbaring, suara bising itu sangat mengganggu. Kemudian, berjalan ke tepi rooftop melihat apa yang terjadi.

"Berisik!"

Acara mendumelnya seketika berhenti melihat gerbang belakang sekolah lagi-lagi hancur. Tubuhnya mematung, kenapa mereka kembali?

Pikirannya menerawang ke beberapa hari yang lalu. Perjanjiannya dengan Reiken. Astorio sudah berusaha menjauhkan Zea sebaik mungkin dari Dragon, malah sekarang ia harus ikut bergabung dengan mereka. Apa kata Zea?

"Oh, Damn." Geramnya, menggertakan gigi, tanganya mengepal.

Apa yang harus ia lakukan sekarang?

Apa lebih baik bekerja sama dengan mereka?

Atau tetap pada pendirian awalnya?

Astorio memilih turun menghampiri Zea. Masa bodoh dengan Reiken, Astorio tidak peduli. Dia melihat kondisi yang cukup menegangkan, melihat siswa-siswi yang berlarian ke sana ke mari dan berteriak.

"Astorio Zealand."

Saat hendak berlari menuju lokasi kejadian, langkahnya terhenti karena suara berat seseorang. Astorio berdecak kala mengenali suaranya. Berbalik dengan malas, Astorio memasukkan tangannya ke dalam saku dengan raut tak minat.

"See? Lo bagian kita sekarang." Reiken menarik sudut bibirnya sembari mendekat.

"Seneng kan lo pada." Astorio memutar bola matanya malas.

"Jelas lah. Lo kan famous, biar gue kecipratan fans lo dikit." Al Jazee melebarkan senyumnya.

"Mulai nanti, kita langsung bergerak." Titah Ken, seenak jidat.

"Seenaknya nyuruh gue, siapa lo?" Tantangnya dengan dagu terangkat.

"Songong banget lo. Ketua Dragon nih boss!" Erlian yang masih kesal karena sikap semena-mena Astorio langsung menyahut.

"Dragon itu geng?" Astorio mengernyit.

"Ya, bukan sih. Cuma kan setiap perkumpulan ada pemimpinnya!"

"Berarti kalian enggak ada bedanya sama mereka?"

"Kita bukan geng. Kita cuma pahlawan berkedok sekelompok siswa yang suka cari ribut." Reiken menyisir rambutnya ke belakang kala ucapannya tidak dibalas Astorio yang pasti karena kehabisan kata-kata. Songong sekali beliau ini.

"Intinya, lo enggak ada hak nyuruh-nyuruh gue."

"Ya terserah lo. Kita cuma sebates kerja bareng."

"Hm."

"Yaudah, nanti sepulang sekolah kita ke masjid dulu mau jum'atan. Lo tunggu disekolah atau mau pulang dulu?" Ken membeberkan rencana awalnya.

"Ngapain gue nunggu?"

"Lah, emang lo mau ikut?" Erlian menyahut.

"Emang cuma kalian yang jum'atan?"

"Ibadahnya bukannya hari minggu ya?" Cicit Al Jazee berbisik kepada Erlian, Erlian pun mengangguk menanggapi.

Astorio lagi-lagi memutar bola matanya malas karena mereka. "Gue muslim kali."

Mereka menganga mendengar pernyataan Astorio, mereka kira selama ini Astorio adalah non muslim.

"What?! Gue kira lo cindo!"

ASTOROID Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang