“Ada cerita apa di sekolah hari ini?”
Jaemin menoleh saat mendengar pertanyaan sang kakak di tengah perjalanan pulang. Pria itu memang selalu bertanya akan hari-harinya di sekolah. Namun pertanyaannya kali ini membuat Jaemin menoleh ke arah Haechan di belakangnya yang tak lepas menatapinya.
“Jaemin di rundung, Hyung” Sahut Haechan membuat Jaehyun sontak menginjak pedal rem hingga tubuh ketiga penumpang itu terpental ke depan.
Beruntung, ketiganya mengenakan sabuk pengaman hingga tidak terlempar atau terluka. Namun tetap saja, rasanya mengagetkan.
Jaehyun menoleh ke arah Haechan dan sang adik bergantian, masih seolah tak percaya akan laporan yang di terimanya hari ini. Dan Jaemin pun hanya bisa menunduk takut melihat rahang mengeras sang kakak.
“Benar, Jaemin?” Tanya Jaehyun dingin, pemuda itu hanya bisa meremas ujung blazernya lalu mengangguk takut.
Nafas pria pemilik lesung pipi itu tercekat, jemarinya langsung memerah kala ia meremas kemudi dengan erat guna meredam emosi serta kecewa yang ia rasakan.
Sedangkan yang mengadu, hanya bisa menatap kakak dan adik di depannya bergantian. Cukup lama Jaehyun diam, seperti memikirkan ucapan Haechan, akhirnya dia kembali melakukan mobilnya untuk pulang.
Jaemin sudah siap jika setibanya di rumah, Jaehyun akan mengamuk. Bukan mengamuk padanya, tapi mengamuk karena ia harus mendengar kisah ini lagi.
Dan benar saja, begitu pintu rumah di buka dengan kasar, pria itu langsung berbalik menatap Jaemin yang hanya bisa tertunduk.
“Jelaskan kronologinya, Haechan!” Perintah Jaehyun.
Haechan pun mulai menjelaskan semuanya, bagaimana awal mula Jeno merundung sepupunya itu, jelas saja, rentetan kalimat yang terlontar dari bibir Haechan bak meruntuhkan dunia pria pemilik lesung pipi itu.
Dia terduduk lesu mendengar cerita Haechan, sedang Jaemin hanya bisa berdiri di samping sang kakak dengan jemari meremas ujung blazernya. Wajahnya sudah merah padam, dia berusaha menahan dirinya untuk tak menangis.
“Kau di rundung sejak awal masuk sekolah dan kau diam saja? Kau tidak memberi tahuku?” Omel Jaehyun menatap Jaemin.
Aku tidak mau pindah sekolah lagi.
Jaehyun menggeleng dengan satu embusan nafas berat, dia mengusap wajahnya frustrasi kemudian berdiri menatap sang adik.
“Tetap saja! Perundungan tidak bisa di benar kan” Omel Jaehyun membuat Jaemin hanya bisa menghela nafas pasrah.
“Aku harus bicara pada pihak sekolah!” Gumam Jaehyun.
Hyung, kau mau apa?
“Melakukan apa yang seharusnya aku lakukan!” Sahut Jaehyun.
“Haechan, pulanglah. Terima kasih sudah memberitahuku” Perintah Jaehyun.
“Baik, Hyung” Balas Haechan seraya berdiri.
“Jaemin, aku sudah bilang kan, kali ini aku tidak akan diam lagi. Dia harus di tegur karena kali ini dia cukup keterlaluan” Ucap Haechan kemudian pada Jaemin.
Aku tahu.
Jaehyun menatap sang adik kecewa, dia alihkan pandangannya seraya mengontrol emosinya, membiarkan suasana rumah hening sejenak.
Jaemin sudah tahu apa yang akan di lakukan oleh sang kakak besok, maka dia putuskan naik ke kamar untuk mengganti baju. Besok biar lah datang, dan dia akan menjalani sebagai mana mestinya. Semoga saja, Haechan benar. Dengan begini, Jeno akan berhenti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelions [NOMIN]✓
Fanfiction[COMPLETED] He's like dandelions CW / ANGST, DIFABEL, TW / BULLYING, RAPE a nomin story. warning alert : BxB Area!! homophobic dnr! if you don't like this book, just go away. thanks ♡♡ Update rank : #1 angst (11/05/2023) #3 jenjaem (18/05/2023) #...