Jaemin turun menapaki anak tangga rumahnya menuju lantai bawah saat mendengar bel rumahnya berbunyi, dia lihat rumah tampak sepi, sepertinya sang kakak belum pulang dari kantor dan pembantu sudah pulang karena tugasnya sudah selesai.
Dia putuskan memeriksa lewat peephole lebih dulu sebelum membuka pintu, di dapatinya Mark berdiri seraya menjinjing kotak. Di pandangi pintu bercat putih menunggu hingga terbuka.
Jaemin menghela nafas memandangi Mark, sakit rasanya melihat pemuda itu menunggunya, tapi lebih sakit bahwa dia harus melepaskan perasaannya, karena ia tak ingin egois.
Dia putuskan membuka pintu, bagaimana pun, tidak sopan rasanya membiarkan Mark tetap di luar, jika pun dia tidak ingin bertemu, dia harus memberi tahu Mark.
“Hai...” Sapa Mark dengan senyum manisnya, namun Jaemin hanya membalas dengan senyum yang di ulas terpaksa.
“Aku tadi melewati toko roti dan teringat padamu, mungkin kau akan suka” Ucapnya seraya menyerahkan kotak roti itu, tangan Jaemin terulur untuk menerimanya.
Terima kasih.
Hyung, sedang tidak ada orang di rumah, kita bicara di luar saja.
“Ya, tidak apa-apa” Sahut Mark antusias, dia lantas memundurkan langkahnya, memberi ruang bagi Jaemin yang hendak duduk pada kursi di dekat Mark.
Keduanya pun duduk pada kursi di depan rumah. Hanya diam yang terjadi selama beberapa menit. Mark yang sibuk menetralkan degupan jantungnya karena ini kali pertama ia duduk berdua dengan Jaemin, sedang Jaemin sibuk meredam sakit hatinya.
“Bagaimana kondisimu?” Tanya Mark.
Lebih baik Hyung.
Pemuda itu mengangguk melihat jawaban Jaemin.
“Hei, mau pergi sesekali denganku? Taman sangat menyenangkan saat Minggu pagi, aku akan minta ijin Hyungmu jika dia mengijinkan” Tutur Mark.
Hyung. Jangan pernah lagi menemuiku.
Debaran jantung Mark kian cepat membaca isyarat tangan Jaemin, air mukanya jelas berubah, ada guratan bingung, kecewa dan marah yang tergambar di sana.
“Kenapa? Aku menyakitimu?” Tanya Mark yang di balas gelengan oleh Jaemin.
“Lalu?” Tanya Mark.
Aku tak mau menyakiti Haechan.
“Haechan? Kenapa dengannya?” Tanya Mark semakin tak mengerti.
Dia menyukaimu, Hyung
Dua kali ia di buat terkejut, setelah Jaemin meminta untuk menjauhinya, kini dia menemukan fakta bahwa ada Haechan yang menyukainya. Dari mana Jaemin bisa mengatakan hal seperti itu?
“Haechan? Kau tahu dari mana?” Tanya Mark menuntut membuat Jaemin menghela nafas.
Jaemin mengeluarkan ponselnya dari saku celana dan menunjuk layar kunci di ponselnya.
Dia memakai fotomu. Apakah mungkin dia melakukan itu jika dia tidak memiliki perasaan apa pun padamu?
Mark memalingkan wajahnya setelah mengetahui balasan Jaemin, pikirannya melayang jauh, memikirkan apa yang Jaemin sampaikan.
Benarkah Haechan menaruh perasaan padanya?
“Jaemin, tapi aku menyukaimu. Bukan Haechan”
Hyung. Aku tak mau menyakitinya, dia adalah sepupuku, dan dia yang paling banyak membantuku selama ini...
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelions [NOMIN]✓
Fanfiction[COMPLETED] He's like dandelions CW / ANGST, DIFABEL, TW / BULLYING, RAPE a nomin story. warning alert : BxB Area!! homophobic dnr! if you don't like this book, just go away. thanks ♡♡ Update rank : #1 angst (11/05/2023) #3 jenjaem (18/05/2023) #...