17

9K 1K 92
                                    

Jaehyun hanya berdiri di belakang Jaemin yang duduk di dekat ranjang dengan kedua tangan terlipat di dada, matanya tak lepas memandangi Jeno yang masih tak sadarkan diri, kini telah di periksa oleh dokter.

Jaemin menoleh ke belakang, melihat sang kakak dengan wajah datarnya, lalu kembali menatap Jeno iba. Keduanya memandangi pergerakan sang dokter.

"Otaknya mengalami trauma ringan karena pukulan. Dia akan segera baik-baik saja setelah sadar" Ujar sang dokter dengan senyum.

Terima kasih, Dokter.

Pria paruh baya itu mengerutkan alisnya melihat Jaemin menggerakkan jemarinya. Dia lalu menatap Jaehyun bak meminta bantuan.

"Tak apa dokter. Marilah" Ajak Jaehyun seraya melangkah keluar.

Jaemin menoleh ke arah sang kakak, dia memasang wajah marah karena Jaehyun tak menerjemahkan bahasa isyaratnya. Sementara Jaehyun enggan menyampaikan ucapan terima kasih Jaemin, untuk apa berterima kasih, dia berharap Jeno akan mati sekalian.

Jaehyun menoleh selepas mengantar dokter pulang, dia dapati sang adik masuk ke dapur tak lama keluar membawa mangkuk besar. Dia pun menyusul sang adik yang kembali ke kamarnya.

"Untuk apa kau melakukan itu?" Tanya Jaehyun melihat sang adik yang mencoba mengobati luka lebam di wajah Jeno.

Jaemin tak menjawab, dia sibuk mengobati luka Jeno, setelahnya dia menatap sang kakak.

Hyung, kau sudah menghubungi Taeyong Hyung?

"Belum"

Bagaimana dia pulang?

"Dia bisa pulang sendiri"

Hyung, dia sudah seperti itu. Kau harus hubungi kakaknya.

Aku tidak peduli.

Jaemin membulatkan matanya membaca isyarat tangan sang kakak, belum lagi wajah mengejek Jaehyun yang menyebalkan. Setelahnya Jaehyun melangkah keluar, menyisakan Jaemin dan Jeno yang belum sadarkan diri.

Jaemin menghela nafas selepas kepergian Jaehyun, dia pandangi Jeno yang masih lelap lalu beranjak menuju meja belajarnya, mungkin dia akan membaca dulu sembari menunggu Jeno sadar.

Di tengah kegiatan membacanya, telinganya menangkap samar-samar suara rintihan, dia lantas menoleh ke arah Jeno dan melihat Jeno menggeliat kecil di atas ranjang. Dia langsung menutup bukunya dan melangkah menghampiri Jeno.

Dia dudukkan tubuhnya pada kursi di sebelah ranjang, dia pandangi Jeno yang masih merintih, mencoba untuk tersadar. Tubuhnya pasti bak remuk akibat pukulan sang kakak.

Sementara Jeno masih mencoba menormalkan pandangannya yang mengabur. Tubuhnya bak remuk, terasa ngilu sekujur tubuh, belum lagi wajahnya yang terus berdenyut, dia pandangi langit-langit kamar yang asing lalu menoleh ke sekitar dan terkejut mendapati Jaemin duduk manis di sampingnya.

"Jaemin..." Lirih Jeno.

Kau pingsan tadi. Dokter bilang kau trauma ringan. Tapi sekarang sudah tidak apa-apa.

Jeno menghela nafas membaca isyarat tangan Jaemin, dia coba untuk mendudukkan tubuhnya, sesekali ia masih merintih sakit.

Kini keduanya diam, membiarkan suara jarum jam mengisi sepi. Jeno seperti masih mengumpulkan keberanian, sedangkan Jaemin seperti mempersiapkan diri.

Kompres dulu lukamu.

Jaemin mengambil kapas lalu mengompres luka di sudut bibir Jeno, karena di sana yang paling parah, sudut bibirnya pecah dan memerah akibat pukulan sang kakak.

Dandelions [NOMIN]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang