15

10.1K 1.1K 96
                                    

Jaemin masih berdiri memandangi Jeno yang menatapnya penuh harap, masih tak ia duga, bahwa sosok yang dulu merundungnya, mengejek bahwa ia bisu, kini sudah mahir menggunakan isyarat tangan dan bisa berkomunikasi dengannya.

Aku minta maaf.

Kau bisa bahasa isyarat?

Jeno tersenyum membaca pertanyaan Jaemin, dia kemudian mengangguk dan melihat Jaemin tersentak tak percaya.

Selama di penjara, aku belajar banyak hal. Termasuk bahasa isyarat, untuk berkomunikasi denganmu.

Entah Jaemin harus bereaksi seperti apa setelah melihat balasan Jeno. Pikirannya saat ini sedang berkecamuk. Dia menghargai segala usaha Jeno untuk belajar bahasa isyarat agar bisa berkomunikasi dengannya, tapi masih sulit rasanya untuk memaafkan Jeno.

Membayangkan betapa jahat Jeno selama ini padanya, lalu dengan tidak berperikemanusiaan, dia merampas kehormatan Jaemin. Pemuda itu benar-benar menghancurkan hidupnya. Meski Jeno sudah mendapat hukuman, tetap sulit memaafkan. Meski semuanya tidak bisa di kembalikan, meski hidup terus berjalan ke depan, tetap tidak bisa ia relakan kehormatannya.

Jaemin, aku datang dengan tulus dan sungguh-sungguh.

Kenapa? - Tanya Jaemin.

Aku telah merenung dan menyadari semuanya. Aku sangat salah, dan aku sangat menyesali seluruh perbuatanku. Maka dari itu...

“Jaemin...”

Di tengah perbincangan Jeno dan Jaemin, suara berat Jaehyun menyapa. Keduanya menoleh dan mendapati pria itu berdiri di ambang pagar, baru saja pulang. Rahangnya tampak mengeras dan wajahnya tampak dingin.

“Apa yang kau lakukan di rumahku, brengsek?” Umpat Jaehyun seraya melangkah dengan wajah dinginnya membuat netra Jeno membulat begitu pula Jaemin.

“Beraninya kau menginjakkan kaki di rumahku dan menemui adikku” Maki Jaehyun seraya menarik kerah kemeja Jeno lalu menyeret pemuda itu untuk keluar dari rumahnya.

“Hyung, aku hanya ingin minta maaf pada Jaemin, ku mohon biarkan aku bicara dengannya” Sahut Jeno gelagapan saat Jaehyun terus menariknya keluar lalu mendorong tubuhnya hingga ia tersungkur di aspal.

Jaemin membulatkan matanya melihat sikap sang kakak, dia berlari menghampiri Jaehyun dan langsung menarik lengan sang kakak sebelum Jaehyun kelepasan memukulinya.

Jaehyun menoleh saat merasakan kedua tangan adiknya menarik lengannya. Dia lihat Jaemin menggeleng ketakutan membuat Jaehyun mengurungkan niatnya, dia redam emosinya secepat mungkin.

“Jangan pernah mencoba untuk menemui Jaemin lagi. Apakah kakakmu tidak mengatakan padamu?” Omel Jaehyun menatap Jeno yang berusaha berdiri dan menyeka pakaiannya yang kotor.

“Hyung, keinginanku untuk datang menemui Jaemin. Tolong jangan kaitkan ini dengan kakakku” Balas Jeno.

“Aku tak sudi orang sepertimu memanggilku Hyung!” Sungut Jaehyun dengan rahang mengeras.

Jaemin langsung menarik lengan sang kakak membuat Jaehyun lagi-lagi menoleh dan menatap adiknya yang menggeleng, tubuh kecilnya berusaha menarik tubuh besar kakaknya untuk masuk hingga dia terdengar menggeram kecil.

Jaemin mengerahkan seluruh tenaganya untuk menarik Jaehyun agar masuk ke dalam rumah. Sementara Jeno hanya bisa memandangi Jaemin dengan pilu, dia belum mengatakan semua yang ingin dia katakan, tapi Jaemin sudah berlalu masuk ke dalam rumah.

Dia harap, dia di beri kesempatan di lain waktu untuk bertemu dengan Jaemin.

Merasa bahwa usahanya belum berhasil, Jeno putuskan untuk pulang dulu. Lain kali, dia akan bicara dengan situasi lebih memungkinkan. Setidaknya, Jaemin mungkin akan lebih siap saat bertemu dengannya.

Dandelions [NOMIN]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang