12

10.4K 1.1K 165
                                    

Jaehyun membuka pintu kamar Jaemin dan melihat sang adik duduk di tepi ranjang dengan wajah tegang, pria itu lantas masuk dan menghampiri sanga adik, membuat pemuda bersurai coklat itu menoleh kala mendengar derap langkah kaki.

“Hei, kenapa belum turun?” tanya Jaehyun berdiri di depan sang adik.

Jaemin hanya menggeleng dengan wajah datarnya membuat Jaehyun bingung. Dia berjongkok lalu menatap wajah sang adik.

“Kenapa? Ada yang mengganggumu?” Tanya Jaehyun dengan suara seraknya.

Tidak ada Hyung.

“Sungguh? Jika ada apa pun yang ingin kau katakan, katakan saja” Ucap Jaehyun yang di angguki oleh Jaemin.

“Ayo sarapan” Ajak Jaehyun.

Sang adik hanya menurut, dia beranjak mengekori sang kakak untuk turun menuju meja makan dan mulai menyantap sarapannya. Keduanya menikmati sarapan dengan tenang.

Hyung memasak semua ini?

Jaehyun menoleh di tengah sarapan, membaca isyarat adiknya. Dia pandangi beberapa lauk yang tadi di bawa Taeyong, masih bingung bagaimana harus menjawab pertanyaan sang adik.

“Bukan. Sekretarisku membawanya” Jawab Jaehyun.

Jaemin tak ingin ambil pusing, dia kembali menyantap sarapannya. Lalu di tengah makan, ponselnya berbunyi, di dapatinya sebuah pesan masuk membuat bibirnya mengulum senyum saat melihat siapa pengirimnya.

Jaehyun menoleh, alisnya mengernyit saat melihat ekspresi sang adik. Siapa pengirim pesan yang membuat adiknya tersenyum seperti itu?

“Siapa hm? Kenapa kau begitu menyukai pesannya?” Tanya Jaehyun.

Dia seniorku di sekolah, dia tampan dan dia sangat baik.

Jaehyun tersenyum melihat jawaban sang adik. “Kau sepertinya menyukainya?” goda Jaehyun membuat Jaemin mengulum senyum malu.

Namun, senyumnya pudar kala mengingat kondisinya belakangan ini. Jemarinya tampak meremas sumpit membuat Jaehyun iba.

“Kenapa Jaemin?” Tanya Jaehyun.

Aku tak tahu, aku menyukainya tapi apakah dia pantas mendapatkanku? Aku hina dan menjijikkan.

Jaehyun meletakkan sumpit yang dia bawa lalu berpindah duduk di samping Jaemin, dia lihat emosi adiknya mulai naik, dia usap kedua pundak Jaemin agar lebih tenang.

“Kau tidak seperti itu. Kau berharga, Jaemin” Ucap Jaehyun. “Dengar, itu bukan kesalahanmu. Dan lagi, jika dia tulus menyayangimu, dia akan menerimamu dengan segala kekurangan mu” Tutur Jaehyun membuat Jaemin terdiam, merenungkan ucapan sang kakak.

“Sudah, jangan pikirkan lagi. Kau juga masih sangat muda. Kau masih bisa menata hidup menjadi lebih baik lagi. Hyung di sini, mendukungmu penuh” Lanjut Jaehyun membuat Jaemin mengulum senyum.

Hyung. Meskipun tidak akan ada yang mencintaiku, kau akan mencintaiku kan?

Pria itu mengulum senyum kecut membaca isyarat tangan sang adik. Dia benci pada dunia yang membuat adik tersayangnya merasa sehancur ini. Jaemin pasti benar-benar rapuh, hingga sama sekali tak memiliki kepercayaan diri.

“Aku yang paling mencintaimu dari semua orang di dunia ini” Balas Jaehyun membuat Jaemin langsung memeluk sang kakak, Jaehyun tersenyum saya mengusapi lembut kepala Jaemin.

“Sudah. Makan lagi” Ucap Jaehyun membuat Jaemin melepaskan pelukannya.

Keduanya akhirnya kembali menyantap sarapan dengan lahap setelahnya mereka melanjutkan aktivitas di hari Minggu. Jaehyun memutuskan di rumah, menemani Jaemin karena pemuda itu belum berani untuk keluar dari lingkungan rumah.

Dandelions [NOMIN]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang