Bab 4:🚿

216 24 5
                                    

"Sekarang kau mengerti kenapa aku memaksamu? Lambat," Cibir Jisoo, ia mengabaikan Vernon dan berlari untuk memeluk Mark. "Oppa, aku akan kembali setelah empat tahun, setelah perkuliahanku selesai, aku akan kembali ke sini,"

Mark membalas pelukkan itu, mengusap sayang kepala Jisoo. "Biar aku yang mengunjungi kampusmu jika ada kesempatan," Janjinya kepada Jisoo, toh pekerjaannya terbilang fleksibel sebagai penerjemah.

Semua berucap salam haru, bahkan Jinho yang tidak tega melepas puterinya berjuang sendiri. Namun ini juga pilihannya. Anak gadisnya harus bisa mandiri, anak gadisnya harus ingat tempat kelahirannya. Mengingat Jisoo yang kini sudah tidak fasih berbahasa korea, maka Jisoo harus membiasakan hidup di lingkungan asalnya lagi.

"Ingat untuk selalu menghubungiku jika mendapat kesulitan bahasa," pesan Vernon.

"Siap, Mr. Chwe," ucap Jisoo semangat. "Kau yang terbaik. Aku ingat teman kita yang dari Cina bernama Minghao yang langsung pandai berbahasa korea karena kau ajar. Aku tidak akan meragukan kemampuanmu, Ver,"

Setelah berpelukkan, Jisoo membawa koper Cyannya menuju bandara. Ia sebenarnya rindu suasana kapal yang pernah dinaikinya bertahun-tahun silam, namun ia tidak punya banyak waktu untuk bersantai di kapal selama dua minggu.

Walaupun berat, Jisoo menguatkan diri. Ia pun rindu dengan suasana Korea. Ia akan menemui Jeonghan, sepupunya yang akan tinggal bersamanya nanti.

Salah satu alasan Jisoo kembali di Korea adalah Jeonghan. Sepupunya itu kini sebatang kara, sejak kecil ayah Jeonghan telah tiada. Beberapa hari yang lalu ibunya pergi karena sakit. Jisoo harus menemani sepupunya itu.

Sepanjang perjalanan menuju pesawatnya, ayahnya masih menghubunginya melalui video call.

"Titipkan salam daddy untuk Jeonghan," Pesan sang ayah. Jisoo hanya tersenyum dan mengangguk. Banyak petuah ayahnya sepanjang ia berjalan, bahkan sampai sudah duduk di kursinya dalam pesawat, sang ayah masih setia berada dalam panggilan. Beberapa kali Seunggi dan Olivia menyahut memberi petuah. Jisoo mendengarkan, membalas beberapa kali.

Ketika pengumuman lepas landas tinggal menghitung mundur, Jisoo mengucap maaf dan perpisahan untuk orang-orang tercintanya. Ini perjalan pertama Jisoo tanpa satupun teman atau keluarga.

Pesawat lepas landas, Jisoo tidur dengan earphone di kedua telinganya. Ia tertidur dengan iringan lagu dari Maroon 5, Sunday Morning.

🔷🔷🔷

Yoon Jeonghan, sepupu dari pihak ibu Jisoo. Adik dari Han Sooji, Han Solhee menikah dengan lelaki bernama Yoon Wonsik. Namun ayahnya sudah meninggal ketika Jeonghan masih berusia 10 tahun, tidak banyak kenangannya tentang sang ayah. Kini ibunya juga meninggalkannya. Jisoo tahu rasanya, namun ia tahu Jeonghan pasti merasa lebih berduka, sebab kini ia tidak memiliki siapapun. Biaya perkuliahan Jeonghan diurus oleh Jinho, ia berjanji untuk menjaga Jeonghan seperti puterinya juga.

Jeonghan dan Jisoo memiliki fitur wajah yang mirip, banyak yang mengira mereka saudara saat masih di taman kanak-kanak. Entahlah Jeonghan terlihat seperti apa sekarang. Jisoo merindukan gadis itu. Mereka seusia.

Menurut perhitungan Jisoo, mereka akan sampai dalam 10 menit. Jeonghan sudah pasti menunggunya di Bandara. Kota di bawah awan, pemandangan dari jendela Jisoo, sudah mulai tampak membesar, mereka akan mendarat sebentar lagi. Ia tidak sabar untuk melihat keadaan Jeonghan.

Setelah beberapa prosedur pendaratan, Jisoo segera menggendong tas ranselnya, tas istimewa pemberian Vernon. Istimewanya adalah tas ransel ini anti air. Jadi jika Jisoo ingin bermain hujan tapi tidak ada tempat untuk menyimpan tasnya, maka Jisoo tidak perlu khawatir.

CRYSTAL [Seoksoo GS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang