"Vernon," Jisoo mengejutkan sahabatnya yang sedang membaca di sudut ruangan. Lelaki itu menggerutu karena Jisoo mengganggu hobinya. Jisoo hanya tertawa menanggapi omelan Vernon.
"Ver, aku mau cerita," Jisoo melingkarkan lengannya manja di leher Vernon. "Ya udah, cerita aja, gak usah gelandotan, ih," Vernon berusaha melepaskan tautan tangan Jisoo di lehernya.
"Belakangan ini aku mimpi indah terus," seru Jisoo ceria. "Aku bertemu pangeran tampan yang menjadi kekasihku di mimpi. Dia tampan, tinggi, mancung dan ada mutiara di pipi kirinya. Ah, dia sempurna. Kau tahu? Dia juga memiliki suara yang berat, sifat yang ceria dan sangat pengertian," Oh idaman.
Selama beberapa minggu ini Jisoo selalu memimpikan seorang lelaki yang seusia dengannya.
Vernon mendengarkan sahabatnya yang terus mengoceh tentang pangeran impiannya itu. "Dia sering memujiku dan membelikanku barang-barang indah. Memang tidak bisa kunikmati di dunia nyata, tapi besoknya ketika aku bermimpi lagi, mimpinya bersambung dengan yang kemarin," Ungkap Jisoo.
Vernon menggeleng, menolak percaya. Sejak dulu Jisoo selalu memiliki cerita yang aneh-aneh, herannya gadis itu jujur, terbukti dari matanya yang bersinar polos. Vernon sudah mengenal Jisoo begitu lama, mereka sudah saling mengetahui kekurangan masing-masing, luar dalam.
"Beri aku nama," Tuntut Vernon. Ia perlu meyakinkan dirinya.
"Nama? Nah ini masalahnya, aku selalu lupa namanya ketika aku terbangun. Ketika aku bermimpi aku ingat bisa memanggil namanya," Vernon tidak mau membantah, ia hanya mendengarkan. Terakhir kali ia membantah Jisoo, kakaknya menertawakannya.
"Jisoo, bukannya kau ada les setengah jam dari sekarang? Kok belum bersiap?" Vernon mengalihkan topik. Jisoo mundur, mencibir. "Aku sudah berhenti les dari minggu lalu tuan Chwe,"
Jisoo mengambil les piano sejak kecil, namun gadis itu tidak pernah mahir. Gadis itu malah lebih pintar memainkan gitar yang dipelajarinya secara otodidak. Buang-buang uang saja, menurut Vernon.
"Gurunya tidak ramah. Aku jadi tidak bisa belajar dengan baik," Keluhnya.
"Kau saja yang terlalu bodoh. Bermain piano lebih mudah dibandingkan gitar, tinggal tekan-tekan, gak harus keluarkan kekuatan lebih untuk menekan senar yang bisa membuat jemarimu memar," Jisoo menonyor kepala Vernon.
"Kau sendiri tidak pernah mahir memasak, padahal gurunya pribadi," Jisoo membalas.
"Tapi aku tidak perlu membuang uangku untuk hal sia-sia, nona Hong," Benar bahwa Olivia, ibu dari Vernon sering mengajarkan sang putera memasak.
"Lebih baik membuang uang daripada bahan makanan, Hansol Vernon Chwe," Nama lengkap. Vernon bungkam kalau sudah begini. Ia bisa saja melanjutkan perdebatan, namun ia tahu Jisoo bisa saja melakukan hal-hal gila. Yah, gadis itu tidak terkira. Gadis itu pernah bermain payung di bawah shower kamar mandinya. Vernon yang waktu itu ditinggalkan dan menginap di rumah Jisoo menunggu lama. Kamar mandi di rumah Jisoo hanya satu dan Vernon perlu menyelesaikan urusan perutnya di dalam sana, namun Jisoo tidak keluar.
Vernon yang sudah tidak tahan menggedor-gedor pintu, Jisoo langsung membuka pintu, menampilkan gadis itu yang bahkan tidak basah, padahal sedari tadi suara air tidak berhenti.
Vernon tidak mau menjadi bahan kegilaan Jisoo ketika gadis itu marah. Jika gadis itu sudah mulai merasa terganggu, maka Vernon harus mengalah, sebelum dirinya menjadi bahan eksperimen Jisoo.
"Lanjutkan kisah pangeranmu tadi saja," Padahal baru saja cemberut. Mendengar Vernon tertarik dengan mimpinya, Jisoo menceritakan detail mimpinya lagi.
Walau tidak percaya, Vernon hanya mengangguk, terlalu lelah berdebat.
"Kau tahu, Soo? Kau bisa menjadi penulis fiksi fantasi. Pengalamanmu terlalu tidak masuk akal," Jisoo terlihat ceria mendengar perkataan Vernon, seolah tidak mendengarkan cibiran lelaki itu di akhir kalimat.
"Ide bagus! Akan ku masukkan dalam blog pribadi, kau harus menjadi orang pertama yang membacanya dan membantuku untuk promosi,"
"Aku usul, tapi kau tidak mau terlibat," Jisoo cemberut karena penolakan Vernon, ia mengeluarkan jurus andalannya, puppy eyes. Vernon paling lemah kalau sudah dibujuk dengan tatapan.
"Ya sudah, lalukan sesukamu lah,"
🔷🔷🔷
"Kali ini saja! Aku mohon, temani aku yaaah," Bujukan kesekian Jisoo yang ditolak Vernon. Karena terbiasa keinginannya dikabulkan, kali ini Jisoo merasa begitu kecewa. "Ayolah, aku jamin kau keluar dalam keadaan kering!"
"Tidak ada hal semacam itu, Hong Jisoo!" Semakin tidak masuk akal saja sahabat kecilnya ini. Bagaimana bermain hujan tanpa menjadi basah? Lalu darimana perasaan puas main hujannya.
"Ada!" Jisoo bersikeras. Ia baru mengajak sahabatnya itu untuk menikmati hujan buatan di Museum yang pernah dikunjunginya. "Aku yang bayar masuknya, cuma $25 seorang dan diberi waktu lebih dari setengah jam,"
"Dan kau bilang bermain hujan selama itu tidak akan basah?" Bukti lain bahwa akal sehat Hong Jisoo sudah tidak bekerja.
"Kau belum melihatnya!" Padahal semua jurus andalan yang biasanya tidak bisa Vernon tolak sudah diberikan, tapi Vernon tetap menolak. Jisoo tidak mudah menyerah. Hatinya tidak bisa menahan untuk bermain air sekarang.
"Aku sangat ingin pergi, tapi ayahku sedang di luar kota, kau tahu? Hanya kau yang bisa menemaniku untuk pergi. Biasanya kami selalu pergi di tanggal ini, ku mohon," Bagi telinga Vernon, ruangan dengan hujan buatan masih terdengar masuk akal, namun masuk di sana selama 45 menit dan keluar kering, terdengar amat sangat mustahil.
"Aku akan mengerjakan PRmu seminggu penuh jika kau mau ikut," Vernon tidak tergiur, karena ia tahu tubuhnya tidak cocok dengan hujan.
"Pakai pakaian yang paling hangat, aku jamin seratus persen, kau akan keluar dalam keadaan kering!"
"Aku pergi denganmu, tapi aku tidak masuk? Jika syaratku tidak kau penuhi maka...,"
"Setuju, ganti baju sana, aku tunggu," Jisoo mendorong Vernon masuk ke kamarnya. Lalu gadis yang sudah rapih itu duduk dan menunggu. Ruangan yang dimaksud Jisoo ada di Museum seni modern di New York, berjarak 280 mil, perlu waktu sekitar 41 menit untuk mencapai tujuan.
Tidak lama Vernon keluar dengan jaket tebal berwarna cokelat dan kupluk hitam. Lelaki itu juga mengenakan masker, sehingga sulit dikenali jika tidak begitu dekat dengan dia. Padahal sedang musim panas, tapi lelaki itu nekat.
"Lepas dulu, jaketnya. Nanti kalau sudah masuk ruangan baru...,"
"Aku cuma mengantar, tidak masuk," Tegas Vernon.
"Lalu kenapa berpakaian seperti itu?"
"Antisipasi kalau kau mendorongku masuk," Vernon bisa membaca pikirannya. Benar sekali, tadi Jisoo berencana seperti itu.
Mereka akhirnya pergi, dengan keputusan Vernon mengenakan pakaian biasa, namun membawa ransel berisi jaket musim dinginnya. Dengan menggunakan kendaraan umum, keduanya sampai.
"Aku jelaskan, kemanapun kau pergi di dalam ruangan itu, akan otomatis tidak terkena hujan. Ada sensor yang menghentikan hujan saat kau berada di sana," Satu lagi, Vernon tahu dia sudah kalah jika itu adalah permintaan Jisoo.
Awalnya mereka harus bertengkar di depan pintu masuk. "Ayo, Ver, aku sudah membayarnya, kau harus masuk juga," Vernon melangkahkan kakinya dengan berat hati ke dalam ruangan gelap itu. Ketika sudah berada di tengah ruangan, dengan jemari yang bertaut dengan Jisoo, ia sadar bahwa mereka sama sekali tidak basah. Kemanapun, secepat apapun dia bergerak, tidak akan ada air yang mengenainya. Karena pengalaman ini, mungkin Vernon akan berani untuk datang lagi.
Namun Vernon tidak tahu, bahwa ini adalah momen terakhirnya berjalan-jalan dengan Jisoo.
🔷🔷🔷
KAMU SEDANG MEMBACA
CRYSTAL [Seoksoo GS]
Fiksi PenggemarSebutir kristal yang terbuat dari air mengubah kehidupan Hong Jisoo. Di mulai dari memimpikan sesosok lelaki, hingga bertemu secara langsung dan semuanya berubah mengerikan. Jisoo memiliki ketakutan yang besar terhadap Lee Seokmin, lelaki misterius...