Hujan turun, seolah memberi semangat baru dalam hidupnya.
Gadis mungil bermata bulat berwarna emas, sedang menikmati hujan. Ia berteriak dan tertawa dengan ceria di bawah curahan air itu. Dia membiarkan tubuhnya dibasahi hujan tanpa rasa takut atau kekhawatiran, menikmatinya bersama sang ayah. Rambut hitamnya yang panjang nampak berkilau dalam keadaan basah kuyup. Ia hanya mengenakan baju kaus berwarna kuning dan celana pendek. Gadis itu berkeliaran tanpa alas kaki, membiarkan kakinya menyentuh permukaan lantai kayu.
Di saat semua orang terlihat ketakutan karena hujan lebat di tengah laut, Hong Jinho dan sang puteri Hong Jisoo malah menikmatinya. Sebut saja mereka pluviophiles atau pecinta air. Bagi mereka, ada keindahan dalam setiap tetes air yang membasahi mereka, ada ketenangan yang mereka dapatkan.
"Berjanjilah untuk tidak membenci hujan," Jinho berucap kepada sang puteri. Gadis berusia delapan tahun itu mengangguk, menikmati hari-hari baru yang akan dihadapinya.
Kini keduanya berada di dalam sebuah kapal pesiar bernama Norwegian Jewel. Menuju ke Amerika. Jinho diutus oleh perusahaan untuk bekerja di cabang Los Angeles, Amerika Serikat. Tentu puteri tunggalnya ia bawa serta.
Gadis kecilnya harus tumbuh menjadi seorang yang selalu bahagia, menikmati sukacita, walaupun orang lain menganggapnya tidak menyenangkan. Dalam konteks dirinya sendiri. Hujan contohnya.
Sebenarnya ini adalah hari ke 12 di atas kapal, yah cukup lama memang, masih perlu dua hari lagi barulah mereka sampai. Jika menggunakan pesawat, memang akan tiba lebih awal, tapi Jinho tidak suka pergerakannya terbatas. Ia ingin bisa tetap bebas bergerak.
Untuk mengatasi rasa bosan, setiap kali hujan turun, Jisoo dan ayahnya akan langsung bermain di bawah hujan, menikmatinya seolah bisa merasakan kehadiran sang ibu.
"Dad, I miss mom," Jisoo yang sedang duduk memandangi langit malam yang hujan berucap lirih. Jinho tahu di balik wajahnya yang basah karena hujan, sudah bercampur dengan air mata juga.
"I know, we'll pray for her," Ucap Jinho menghibur, ia memeluk puterinya.
Beberapa hari yang lalu, sang isteri meninggal karena serangan jantung. Pagi itu, Jisoo sedang les piano dan Jinho di kantor. Tidak ada yang tahu karena sang ibu sendirian di rumah. Ketika Jisoo pulang dari tempat les, barulah dia mendapati tubuh ibunya.
Salah satu alasan Jinho menyetujui perpindahannya dari kantor, adalah agar Jisoo bisa lebih cepat menyesuaikan. Agar gadis mungilnya tidak melihat ruangan yang sama seperti waktu ibunya masih ada. Hatinya sendiri tidak sanggup berada di sana. Namun ia berjanji untuk terus memegang cintanya untuk Han Sooji.
Memang akan sulit, mengingat bahwa nama puterinya hanya dibalik dari nama mediang sang isteri, sulit juga karena wajah sang isteri dominan pada puterinya. Namun ia percaya, Sooji akan bahagia jika mereka tidak begitu terlarut dalam kesedihan. Sama seperti mereka, Sooji juga seorang pluviophiles.
Setelah hujan reda, bintang dan bulan tampil dengan indah di atas mereka. Bulan purnama tampak besar dengan warna biru yang indah di tengah langit malam. Jisoo berdoa.
🔷🔷🔷
Jisoo baru selesai membasuh diri, kini sedang bermalas-malasan di atas kasur sembari bermain ponsel. Gadis kecil itu bermain minesweeper.
"Kau akan bertemu lagi dengan Vernon nanti," Jinho baru keluar dari kamar mandi, tubuh tingginya masih dibalut bathrobe, lelaki dewasa itu sedang mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil berawarna putih.
"Vernon?" Jisoo menyimpan ponselnya, langsung menghadap sang ayah. "Yah, Vernon. Sahabatmu saat masih di taman kanak-kanak. Kita akan tinggal dekat dengannya nanti,"

KAMU SEDANG MEMBACA
CRYSTAL [Seoksoo GS]
FanficSebutir kristal yang terbuat dari air mengubah kehidupan Hong Jisoo. Di mulai dari memimpikan sesosok lelaki, hingga bertemu secara langsung dan semuanya berubah mengerikan. Jisoo memiliki ketakutan yang besar terhadap Lee Seokmin, lelaki misterius...