Bab 6: ⛲

160 20 1
                                    

"Lee Seokmin?"

"Hong Jisoo?"

Keduanya berucap di detik yang sama sembari menunjuk satu sama lain. Jeonghan menarik Jisoo.

"Ayo, kelas Matematika kita sudah akan mulai," Ucap Jeonghan. Mereka memang hampir terlambat karena dirinya tadi, padahal mereka memiliki kelas pada pukul 8:30, tapi mereka baru berangkat jam 7:45. Sangat mepet dengan waktu kelas mengingat perjalanan mereka membutuhkan waktu sekitar 20 menit untuk mencapai kampus. Salahnya juga yang lama bersiap tadi, barulah Jeongha mensyukuri perbuatan kakaknya tadi pagi.

Kelas pagi mereka terasa begitu membosankan, semangat mereka yang tadinya penuh langsung sirna seketika. Pelajaran yang dibawakan sudah pernah mereka pelajari saat masih di Sekolah menengah. Hanya sedikit perbedaan saja.

Jisoo hanya memandangi ruangan besar yang menjadi kelasnya itu. Nuansanya  cream, bangkunya disusun bertingkat, Dosen mereka adalah lelaki berusia kisaran 30-an. Tinggi dan masih tampak bugar. Namun suaranya pelan dan sayu. Jelas, namun begitu mendayu. Jisoo merasa bosan, tidak berniat mencatat apapun karena ia merasa sudah tahu. Power Pointnya juga sudah begitu jelas memperihatkan kelanjutannya.

Beberapa pertanyaan dijawab oleh Jisoo dan anak-anak lain juga. Jisoo memperhatikan gadis yang duduk di depannya, itu gadis yang sama dengan yang dia temui bersama Seokmin.

Gadis itu kemudian berbalik dan menatapnya. Tersenyum. Jisoo masih bingung dengan maksud gadis itu, tanpa persetujuan Jisoo, gadis itu mengambil tempat kosong di sebelah kiri Jisoo, karena di sebelah kanan ada Jeonghan.

"Aku Boo Seungkwan," ucapnya mengenalkan diri.

"Hong Jisoo," Balas Jisoo ramah.

"Jadi benar? Kau gadis di mimpi temanku tadi? Aku rasa kau sudah menyebutkan namanya tadi,"

"Ya,"

"Seokmin menceritakan semuanya padaku. Semua mimpi yang kalian alami itu. Jadi benar bahwa semalam kalian pergi ke Paris?"

Jisoo membelalakkan mata. Pikirnya tadi hanya kebetulan, karena selempang tasnya bertuliskan namanya dengan ukuran huruf yang besar. Mungkin saja lelaki itu membacanya tadi. Tapu mendengar Seungkwan menjelaskan kejadian yang sama dengan yang ia alami tadi malam terdengar mengerikan.

Jisoo hanya mengangguk untuk menjawab. "Lee Seokmin kadang aneh, jadi jangan heran yah. Ah, paling kamu juga sudah kenal dia kan selama ini? Dia selalu menyebutkan namamu setiap pagi," Berbeda dengan Jisoo yang baru mengingat nama lelaki itu setelah bertatapan.

"Dia bilang sudah melihatmu beberapa hari yang lalu, tapi aku tidak percaya," Jelas Seungkwan. Jisoo ingat lelaki familiar yang ia lihat ketika baru menginjakkan kakinya di Korea, ketika ia dan Jeonghan berjalan menuju rumah.

Entah mengapa bulu romanya berdiri. Jisoo merasa bahwa Seokmin berbahaya. Kenapa hanya dia yang ingat namanya? Kenapa Seokmin terlihat begitu bersemangat ketika melihatnya tadi? Kenapa mata hitam Seokmin memancarkan aura yang aneh?

Pertanyaan itu membuatnya khawatir. Tubuhnya bergetar, ketakutan. Otaknya menyimpulkan satu hal, Seokmin punya niat buruk padanya.

Harusnya Jisoo pura-pura tidak tahu saja, harusnya Jisoo tidak begitu penasaran. Ia bisa merasa lebih aman jika itu yang terjadi.

🔷🔷🔷

Jika saja Seungkwan tidak mendekatinya tadi, Jisoo akan merasa iri kepada Jeonghan yang satu kelas bahasa inggris dengan Seokmin sekarang. Jisoo juga punya kelas bahasa inggris di akhir jadwalnya hari ini, namun berada level bahasa inggris yang lebih tinggi. Di mana level bahasa inggris Jeonghan dan Seokmin masih di A1, Jisoo sudah berada di C1. Tentu saja, dia besar di California.

CRYSTAL [Seoksoo GS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang