"Tapi ada bayanganku di dalam permata itu," Seokmin mengeluh kepada Seungkwan. Ia kembali menceritakan pengalamannya di rumah Jisoo.
Gadis itu tadi menunjukkan kotak perhiasannya, ingin menunjukan permata yang katanya bergambar dirinya. Namun tidak ada di sana.
Jisoo yakin selama ini tidak pernah membuka ataupun melihatnya lagi, karena itulah dia lupa tentang eksitensi berlian itu. Untunglah ketika baru menemukan benda itu, Jisoo sempat mengambil gambar, karena kagum dengan bentuknya yang indah. Setidaknya walau dalam bentuk potret, Seokmin bisa melihatnya.
"Bukannya menyalahkan Jisoo, tapi barangnya gak ada, Seok. Bisa saja Jisoo mengeditnya," Seungkwan mengeluarkan pendapat, gadis berpipi gembil itu sedang mengemil.
Jisoo sudah menjelaskan kronologi lengkap. Menimbulkan jutaan pertanyaan dalam benak Seokmin. Namun benar kata Seungkwan, bisa saja Jisoo sedang menipunya.
"Katakanlah yang Jisoo sampaikan benar," Seokmin bersuara, merujuk pada pernyataan Jisoo tentang kesempatan semua orang untuk menemukan permata yang sama. "Lalu jika seumur hidupku aku tidak menemukan milikku?" Tanya Seokmin.
"Mungkin butir air itu sudah kau ubah jadi kristal, tapi karena cuma satu, kau tidak sadar saat dipakai mandi," Seungkwan menjawab asal.
"Aku sedang serius, Boo," Seokmin mengingatkan.
"Aku juga serius! Itukan bisa saja terjadi!" Ucap Seungkwan keras. Walau berucap asal, namun itu suatu opini yang benar-benar melintasi benaknya.
"Kalau begitu punyamu mungkin sudah masuk di dalam got!" Masih tidak terima, Seokmin menambahkan. Seungkwan menatap sinis, baru membuka mulut untuk mengeluarkan argumennya, menantang Seokmin.
"Berisik!" Chan membuka keras pintu apartemen Seokmin hingga terbanting. Chan sebenarnya datang hanya untuk menghentikan debat keduanya.
"Chan! Sini, aku mau cerita," panggil Seokmin. Sebenarnya Chan tidak niat, tapi melihat wajah serius Seokmin yang langka, ditambah Seungkwan yang memanggilnya dengan gestur tangan membuat Chan penasaran.
Ia duduk di karpet bulu berwarna cokelat muda yang lembut. Bergabung bersama Seungkwan dan Seokmin.
🔷️🔷️🔷️
Seokmin tidak menghindari Jisoo, jadwalnya saja yang sedang padat. Tapi sepertinya Jisoo kecewa. Gadis itu sudah berusaha untuk jujur, tapi Seokmin terlihat menjauh. Seokmin sebenarnya ingin berada di samping gadis itu, bertanya lebih banyak hingga akal sehatnya bisa berjalan normal.
Walau memang banyak kejadian yang di luar nalar, tapi itulah yang harus ia hadapi. Perasaan cintanya tidak hilang sedikitpun, tapi ia perlu waktu untuk mencernanya. Hanya saja Seokmin bahkan tidak mengetahui kebenarannya. Presentasi kejujuran Jisoo mencapai 80%, mengingat sifat gadis itu selama ini. Namun karena kurangnya bukti menurun drastis menjadi 30%.
Kini Seokmin sedang mempelajari materi bahasa inggrisnya yang baginya sangat sulit. Tidak tahu saja Seokmin, jika ia minta tolong pada Jisoo, tugasnya sudah selesai sedari tadi. Bagaimana? Seokmin merasa begitu dihantui, pertama oleh Jisoo, kedua oleh pasangan Soonyoung dan Jihoon. Kemanapun ia pergi, pasti akan ada pasangan itu di mana-mana.
Sekarang, contohnya. Keduanya tengah asik bercanda sambil membaca komik, tertawa dengan suara sekecil mungkin karena berada di dalam perpustakaan.
Seokmin ingin pindah, tapi dia sudah nyaman di sini. Ah, Seokmin menjadi semakin frustasi.
"Lama tidak melihatmu, Seok," Jisoo duduk di sampingnya. Gadis itu tampak santai padanya. "Apa yang kau kerjakan?"
Seokmin membuka bukunya "Bahasa inggris,"
Gadis itu tampak berbinar melihat buku bahasa inggris. Ia langsung merebut buku Seokmin, membaca dengan seksama. "Kau tulis, aku akan berikan jawabannya, cepat!" Perintah Jisoo.
Seokmin menurut saja, tidak mengerti. Tapi ia merasa percaya kepada Jisoo. Sesekali Jisoo mengoreksi tulisannya yang salah. Hingga tugas itu selesai dalam hitungan detik. Ya, selesai lebih cepat dibading mencari jawaban melalui AI(Artificial Inteligent).
"Aku sudah mengatakannya padamu, kan? Aku sempat lama berada di California," Seokmin mengangguk. Merasa senang karena pujaan hatinya ingin menolong. Tugas itu akan dikumpulkan sore ini, sebelum kelasnya di mulai, tapi akhirnya sudah bisa selesai.
Jisoo yang menggunakan bandana biru muda tampak lebih cantik, apalagi gadis itu memotong rambutnya menjadi pendek. Kalau Seokmin boleh bilang, sangat mirip dengan artis yang dia sukai. Setelah tugas itu selesai, keadaan menjadi hening, Seokmin dan Jisoo sama-sama bimbang untuk mengangkat topik. Kemudian ada pesan dari Kwon Soonyoung.
Ku dengar dari Seungkwan dan Jeonghan, dia suka bermain gitar. Bagaimana kalau kau minta diajarinya saja? Selama ini kau mau belajar tapi tidak ada yang mengajari kan?
Ide yang menarik, menurut Seokmin. "Soo, kau tahu bermain gitar kan?" Jisoo menjawab dengan anggukan, tangannya masih sok sibuk membuka halaman buku. Mendengar pertanyaan Seokmin, Jisoo langsung mengenyampingkan bukunya. "Kau mau aku ajari?" Tebak Jisoo. Gantian Seokmin yang mengangguk. Terima kasih, Kwon Soonyoung. Kau penyelamat. Seru Seokmin dalam hati.
🔷🔷🔷
Di bawah langit sore yang indah, ketika awan terbiaskan warna ungu, pink dan oranye di langit, Jisoo sedang duduk di bawah pohon, mengajari Seokmin bermain gitar. Awalnya Seokmin bahagia, namun lama kelamaan dia merasa jenuh, sebab Jisoo tidak mengganti lagunya sejak menyanyi pertama.
"Ulang! Harusnya di mulai dengan D minor," Seokmin masih belajar, jarinya masih kaku. "Kau menekan kunci G, tapi kenapa terdengar seperti E?" Jisoo bingung. Gadis itu membetulkan posisi jemari Seokmin. "Tekan sekuat ini," Jisoo memberi instruksi sembari menekan jari telunjuk Seokmin. "Coba," Perintah Jisoo.
Sudah hampir dua jam mereka berlatih, tapi Seokmin bahkan belum sampai di reff lagu.
Penasaran lagu apa yang mereka latihkan? Kalian tahu lagu kesukaan seorang Hong Jisoo?
Lagu dari Maroon 5, Sunday Morning.
Seokmin hampir menyerah, tapi ketika bait awal telah fasih dimainkannya, ia dapat mendengar Jisoo menyanyi. Suara lembut gadis itu membuatnya semangat. Memotivasi dirinya.
Jika ia berhasil menguasai lagu, maka ia dapat mendengar suara Jisoo lebih lama.
Momen ini akan menjadi memori pertama mereka sejak bertemu di dunia nyata. Kali pertama Seokmin dan Jisoo nyaman satu sama lain tanpa melalui mimpi.
"Seok, aku rasa ada yang mengambil permata itu," Ucap Jisoo sedih. "Aku berani sumpah! Aku tidak pernah mengeluarkannya dari sana selam ini. Aku ingat terakhir ku pastikan masih ada ketika sampai di rumah Jeonghan. Setelah itu aku tidak mencari-cari lagi," Jelas Jisoo.
"Tidak ada yang pernah datang di rumah selain kau, Seungkwan, Jeonghan dan Dowoon oppa. Ah ya teman-teman dari Dowoon oppa juga sering berkunjung, tapi mereka tidak pernah sampai naik di lantai dua," Lantai dua adalah tempat kamar Jeonghan dan Jisoo berada.
"Jisoo, kau tidak perlu mengarang apapun untuk mendekatiku. Kau tahu selama ini aku memang menaruh hatiku padamu," Ungkap Seokmin. Karena jalan pikirannya tidak berfungsi baik sejak mendengar dongeng Jisoo tentang permata berbentuk tetesan embun itu. Ia muak dengan Jisoo yang beralasan demi bisa dekat dengannya.
Menurut Seokmin, Jisoo mengarang. Karena gadis itu gengsi, sejak awal menghindari, namun ketika sadar bahwa perasaannya tumbuh pada Seokmin, gadis itu malah mengarang sesuatu.
"Tidak begitu, Seok. Perlu aku telponkan appa-ku? Beliau juga yang mengatakan ini kepadaku. Appa-ku juga menemukan permata dengan bayang eomma-ku," Jelas Jisoo.
"Sampai di mana tadi kita?" Seokmin mengalihkan topik dengan melihat jemarinya di gagang gitar. Nanti ia akan memikirkan soal itu lagi. Seokmin hanya tahu bahwa Jisoo sedang menyembunyikan kebenaran darinya.
Jisoo tampak kecewa, sadar Seokmin mengganti topik, namun diikutinya alur yang diciptakan lelaki itu. Jisoo melanjutkan sesi latihannya dengan Seokmin.
KAMU SEDANG MEMBACA
CRYSTAL [Seoksoo GS]
FanficSebutir kristal yang terbuat dari air mengubah kehidupan Hong Jisoo. Di mulai dari memimpikan sesosok lelaki, hingga bertemu secara langsung dan semuanya berubah mengerikan. Jisoo memiliki ketakutan yang besar terhadap Lee Seokmin, lelaki misterius...