•🦋• PROLOGUE

3.1K 231 31
                                    

•🎼• Limited Time

•🎼• Limited Time

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

••oOo••

"Penyakit mu sudah separah ini, kenapa kamu baru saja berobat?"

Seorang pria paruh baya yang berprofesi sebagai Dokter, tampak mengerutkan keningnya saat melihat hasil tes kesehatan milik seorang pemuda berwajah manis di depannya. Alisnya menukik, ia menatap tajam pemuda tersebut sambil melirik kertas hasil tes tadi bergantian.

"Sejak kapan kamu sadar ada yang salah dengan tubuh mu?"

"Sebenarnya sejak satu tahun lalu, tapi tidak seburuk sekarang. Aku merasa tidak ada yang salah sampai aku muntah darah kemarin."

"Sudah seburuk itu ternyata... Aku sudah bilang padamu untuk hati-hati dan sering cek kesehatan! CIPA bukanlah penyakit yang bisa di remehkan meskipun kamu tidak merasa sakit sekalipun!" Dokter paruh baya bernama Simon Santoso itu memarahi pemuda di depannya. Sementara yang di marahi hanya tersenyum, merasa miris pada kehidupannya yang benar-benar penuh komedi.

Renza sakit, tapi sakit itu membuatnya tidak bisa merasakan sakit.

Hah? Bagaimana?

Renza mengidap CIPA (Congenital Insensivity to Pain with Anhidrosis), dimana ia tidak bisa merasakan sakit dan suhu di sekitarnya. Renza tidak akan sadar jika ia sedang terluka, sakit ataupun demam, karena ia memang tidak merasakan semua itu. Ia merasa tubuhnya baik-baik saja, padahal tidak sama sekali. Intinya, Renza mati rasa yang memang mati rasa dengan arti sesungguhnya. Bahkan meskipun bagian tubuhnya ada yang hilang, Renza tetap tidak akan merasakan apapun.

Kondisi ini tentu saja mengkhawatirkan dan membahayakan.

Karena pasien CIPA akan punya refleks yang lambat untuk menghindari luka, dan akan sangat lama sadar jika ia sedang sakit.

"Kapan kamu akan memberi tahu keluarga mu tentang ini?" Dokter menatap Renza dengan tatapan pias. Renza selalu membuatnya khawatir karena ia seperti tidak punya semangat hidup, terus menolak berobat dan memberitahu keluarganya, padahal setiap pasien butuh dukungan dan di temani keluarga karena hal ini dapat membatu pemulihan pasien serta memberikan semangat agar bisa sembuh.

"Kamu juga sakit, bagaimana pun mereka harus tahu jika--"

"Aku akan segera mati? Tidak, terimakasih." Renza memotong cepat ucapan Dokter Santoso, karena ia tahu Dokter ini akan kembali mengingatkan nya agar memberitahu keluarga, tentang kondisinya yang tidak bisa di bilang baik saat ini.

At The End Of My Time | NORENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang