•🦋• 23

896 98 28
                                    

•🎼• You Are My Destiny

•🎼• You Are My Destiny

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

••oOo••

Mimpi apa Renza semalam?

Padahal malam harinya ia tertidur nyenyak tanpa memimpikan apapun, saking damainya ia tidur.

Tapi pagi ini Renza di buat mematung saat melihat sosok sang Kakak berdiri tegak di depan pintu rumah mendiang nenek.

Apa yang Dimas lakukan disini?

Laki-laki itu menggigil karena suhu rendah, pakaian tebalnya tampak tidak banyak membantu karena terlalu lama di perjalanan dengan suhu dingin menemani.

"Boleh aku masuk? Aku kedinginan." Keluh Dimas.

Renza kikuk, ia menyingkir dari pintu, tidak tahu harus berbuat apa.

Tidak mungkin kan, ia mengusir tamu tak di undang ini? Apalagi dengan keadaan salju yang turun semakin lama semakin lebat.

Saat melangkah masuk ke ruang tamu di mana waktu itu mereka sedang berkumpul di depan perapian, sambil menonton film dan makan cemilan, Dimas di sambut berbagai tatapan dari teman-teman Renza.

Teman perempuan Renza--minus Kinan-- terkejut, lalu terpesona melihat ketampanan Dimas meskipun saat ini pria itu tampak pucat dengan bibir membiru kedinginan.

Lalu teman laki-laki Renza tak kalah terkejut, tapi hanya sebentar, karena setelah itu mereka heboh mendatangi Dimas lalu menodong kakak Renza itu dengan berbagai pertanyaan.

"BANG DIMAS?! INI BENERAN BANG DIMAS?!"

"Anjir Bang, yang bener aja?! Lo kok bisa ada disini?!"

"Bang Dimas, kok bisa ada disini? Ngapain?"

"Hahahaha! kak, lo udah kayak tuna beku, pucet banget." Ini jelas Heri yang tidak ada akhlak mentertawakan Dimas.

Dan lain-lain lagi.

Dimas masih kedinginan. Dengan kesabaran yang menipis-- untungnya ia manusia kuat-- memilih mengabaikan segala pertanyaan juga ejekan dari adik tingkat satu tongkrongannya yang menyebalkan itu.

Tunggu... Mereka... Saling mengenal?!

"Gue yang ngasih tau Bang Dimas kita liburan disini." Emanuel tiba-tiba datang menjawab.

"Bang Dimas datang buat ketemu sama adeknya yang kabur dari rumah." Sambung El sambil menatap manik Renza yang diam mematung.

Emanuel tahu Renza dan Dimas bersaudara?

Dan seenak jidat memberi tahu posisinya?!

"Re... Kakak datang kesini pengen ngomong berdua sama kamu... Mau, ya?" Dimas berkata begini dengan tatapan... Memelas?

Melihat Dimas yang menggigil dan memelas seperti itu padanya, Renza tak punya pilihan lain selain menghela nafas lalu mengangguk.

Memang apalagi yang bisa ia lakukan? Menolak juga tidak ada gunanya. Dimas itu jauh lebih keras kepala daripada Renza. Dia pasti tidak aka berhenti apalagi beranjak pulang meskipun Renza tidak mau bicara padanya.

At The End Of My Time | NORENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang