•🎼• Beautiful Night
••oOo••
Malam itu, langit dipenuhi dengan cahaya lampion yang berkelap-kelip, menciptakan pemandangan yang menakjubkan. Cahaya bulan menghiasi langit, memberikan sinar lembut yang menerangi danau dan sepasang kekasih di atas perahu.
Renza masih terus menatap ke air danau, meksipun bayangan itu kini sudah hilang.
Karena terus menatap ke air, Renza tak sadar jika kini Jeno mendekatinya, mengikis jarak diantara keduanya.
Karena kaget merasakan pergerakan di dekatnya, Renza refleks menoleh, membuat wajah mereka justru semakin dekat.
Renza menahan nafasnya sejenak, karena dadanya berdebar tak karuan.
Mata sipit dan tajam Jeno menatap mata rubah berhias kemilau bintang milik Renza, dengan intens dan penuh emosi.
Jarak diantara mereka amatlah tipis, membuat Renza merasa khawatir Jeno dapat mendengar dan merasakan jantungnya yang berdetak kencang. Wajah mereka berdua berdekatan dan saling berhadapan.
"Apa yang kamu lihat di air?" Tanya Jeno tepat di depan bibir Renza.
Renza gugup, hingga rasanya sulit hanya untuk menelan salivanya sendiri.
"Ralat, siapa yang kamu lihat di air?"
Jeno pasti juga pernah mendengar kisah tentang danau cermin.
"Hm... Itu rahasia." Jawab Renza dengan senyum kekanakan nya.
Ia akan merahasiakan ini dari Jeno.
Renza pikir Jeno akan kesal karena jawaban nya, karena niat Renza ingin balas membuat dominan itu sebal. Sebelum-sebelumnya kan Jeno sangat menjengkelkan.
Di luar dugaan, ternyata Jeno tidak bereaksi apa-apa. Pemuda itu bahkan hanya mengangkat bahu acuh, namun sepertinya ia tak berniat untuk kembali menjaga jarak dari Renza.
"Tidak penting juga sih, aku tidak penasaran karena sudah bisa menebaknya."
"💢Jangan terlalu percaya diri tuan muda Abimana."
"Lho? Kenapa? Jangan-jangan benar, ya?"
Wajah Renza tiba-tiba panas. Apa-apaan sih? Maksud Jeno apa?!
"Tidak tuh! Lagipula kenapa kamu sedekat ini? Sempit! Tempat mu lebih luas." Protes Renza yang salah tingkah.
Jeno terkekeh pelan. Dari jarak sedekat ini, dapat ia lihat dengan jelas rona merah di wajah sang tunangan. Menggemaskan.
Jeno tiba-tiba mengangkat tangannya, dengan lembut mengusap kepala dan tengkuk Renza yang agak dingin, menyalurkan kehangatan lewat telapak tangan lebarnya. Matanya menatap Renza dengan pancaran penuh kasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
At The End Of My Time | NOREN
Fiksi PenggemarSinopsis: Anak kedua dari tiga bersaudara. "Sebagai adik, contoh kakak kamu." Kenapa? Kenapa harus selalu aku yang mengalah? "Adik kamu sakit, Renza ngalah, ya? Kamu kan sehat." Karena aku seorang adik yang kalah jauh dari kakaknya? Atau karena aku...