Sinopsis:
Anak kedua dari tiga bersaudara.
"Sebagai adik, contoh kakak kamu."
Kenapa?
Kenapa harus selalu aku yang mengalah?
"Adik kamu sakit, Renza ngalah, ya? Kamu kan sehat."
Karena aku seorang adik yang kalah jauh dari kakaknya? Atau karena aku...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
••oOo••
Setelah 6 jam perjalanan, akhirnya Renza dan kawan-kawan tiba di desa masa kecil Renza.
Tampak hampir tidak ada yang berubah. Masih sama seperti terakhir kali Renza lihat 6 tahun lalu.
Rumah nenek.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Nenek Laras, nenek dari pihak Mama yang selama 10 tahun merawat Renza.
Pepohonan, semak-semak, bangunan-bangunan rumah kayu di sekeliling rumah masih sama. Dari luar rumah kayu bertingkat dua yang lumayan luas itu terlihat baik-baik saja. Tapi jika melihat halaman depan dan kebun-kebun bunga yang tidak terawat, jelas rumah itu sudah sangat lama di tinggalkan.
Pagar besinya tampak berkarat, tapi untungnya rumput di halaman depan tidak terlalu tinggi, karena Mama menyewa orang untuk merawat rumah nenek sesekali.
Dulu saat di tahun-tahun pertama kematian nenek, kadang Mama membawa Renza dan Wilona untuk mengunjungi makam beliau.
Lucu. Padahal saat nenek masih hidup, saat Renza di rawat nenek 10 tahun lamanya, satu kali pun Mama tidak pernah datang untuk menjenguk Renza ataupun nenek Laras.
Tapi setelah kematian nenek Laras, di tahun-tahun pertama Mama cukup sering datang ke desa hanya untuk mampir ke makam, tanpa bermalam dulu di rumah nenek. Itu pun hanya satu tahun pertama kematian nenek, karena setelahnya Mama tidak pernah datang lagi ke desa tempatnya berasal.
Renza membuka pagar besi dengan kunci, yang sebelumnya sudah ia minta pada orang suruhan Mama yang merawat rumah ini.
Mereka semua akan bermalam di rumah nenek Renza selama satu Minggu penuh, untuk menikmati suasana desa dan festival musim dingin yang akan segera datang.
Perlahan jari lentik Renza membuka pagar besi itu. Suara decitan besi tua yang membuat ngilu telinga terdengar.
Mereka semua melangkahkan kaki masuk ke dalam bangunan kayu tua tersebut.
