•🎼• Lake
••oOo••
Selesai berdoa, mereka langsung menuju tempat festival. Di sana, Renza dan teman-teman sangat bersemangat melihat-lihat berbagai jenis barang yang di jual pedagang. Bukan hanya barang, tapi ada juga makanan hingga jasa yang diperjual belikan.
Contohnya, saat ini Nindy tampak sangat bersemangat untuk melihat ramalan kartu tarot di lapak seorang wanita tua yang berdiri sambil tersenyum--agak creepy-- pada mereka sebenarnya, tapi Renza berusaha mengabaikan itu.
Mungkin karena beliau adalah seorang peramal--dimana Renza agak tidak percaya pada hal seperti itu-- merasa ada aura mistis yang misterius menyelimuti nenek peramal itu. Apalagi si nenek terus menatap ke arah belakang Renza, dimana tidak ada siapa-siapa di belakangnya.
Merinding.
"Apa aku berjodoh dengan nya?" Tanya Nindy dengan penuh harap-harap cemas.
Nenek itu menggeleng pelan. "Takdir kalian buruk. Sampai kapanpun, kalian tidak akan pernah bisa bersama. Dia menolak keberadaan mu."
Sontak hal itu membuat mata bulat Nindy berkaca-kaca.
Kinan yang melihat itu, langsung menepuk-nepuk puncak kepala Nindy dengan lembut. "Jangan sedih, itu kan hanya ramalan. Bisa saja meleset, kamu masih punya kesempatan." Ucap Kinan yang sudah seperti ibu yang tengah menghibur anaknya.
Ngomong-ngomong, di lapak peramal ini hanya ada Kinan, Nindy, Renza dan Jeno. Sisanya berpencar entah kemana. Sebelumnya mereka sudah buat janji akan berkumpul di depan gerbang masuk setelah tengah malam--puncak festival untuk pulang bersama-sama.
"Kalian tidak mau meramal nasib?" Tanya Nindy, sambil menatap para lelaki di kelompok kecil ini. Renza dan Jeno menggeleng.
Setelahnya, Nindy membayar biaya untuk ramalan tadi. Mereka akan kembali berkeliling melihat stand lain sampai puas, lalu ke alun-alun desa untuk melepaskan lentera ke langit malam di danau cermin, dengan naik sampan kecil yang di sewakan.
Membayangkan nya saja pasti menyenangkan.
Saat hendak berlalu pergi, suara nenek peramal itu membuat kelima orang tadi menoleh kembali.
Hampir diantara mereka semua di buat gugup bukan main atas perkataan nenek itu, karena kurang jelas tertuju pada siapa.
Tapi dari tatapan beliau, Renza yang di buat paling gugup saat nenek peramal tiba-tiba berkata...
"Nak, apa kau di ganggu roh jahat?"
Nenek itu menatap tepat pada manik mata Renza, yang bola matanya bergetar.
KAMU SEDANG MEMBACA
At The End Of My Time | NOREN
FanficSinopsis: Anak kedua dari tiga bersaudara. "Sebagai adik, contoh kakak kamu." Kenapa? Kenapa harus selalu aku yang mengalah? "Adik kamu sakit, Renza ngalah, ya? Kamu kan sehat." Karena aku seorang adik yang kalah jauh dari kakaknya? Atau karena aku...