•🦋• 08

1.1K 158 53
                                    

•🎼• River Flows In You

•🎼• River Flows In You

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

••oOo••

"Bukan salah mu, Rere." Ucap Nana yang masih setia hinggap di hidung bangir Renza.

Renza semakin menangis sesenggukan, ia susah payah menghapus air mata yang terus mengalir keluar dari manik berkilaunya. Nana selalu berhasil membuat Renza menumpahkan semua kesedihannya, mengobati luka di hatinya yang berdarah.

Hanya Nana yang bisa membuat Renza bisa menumpahkan semua perasaannya dengan jujur, tanpa takut akan di marahi dan di benci.

Air matanya semakin deras, Renza semakin sesenggukan. Isak tangis menjadi melodi sakit hatinya, suara yang memenuhi sunyi kamar Renza di lantai dua.

Karena air matanya tak kunjung, berhenti, Renza memejamkan matanya kuat-kuat, berharap kelopaknya bisa menahan semua air mata itu.

Melihat itu, Nana tidak tinggal diam.

Perlahan, Renza merasakan ada telapak tangan yang menangkup kedua pipinya. Telapak tangan itu dingin, tidak ada kehangatan. Terasa ringan dan tidak bisa di sentuh.

Jari-jari dari tangan dingin itu mengusap lelehan bekas air mata di pipi si submisive. Perlahan Renza membuka matanya, dan melihat sosok laki-laki tampan yang ia lihat beberapa malam lalu.

Sosok Nana dalam wujud manusia.

Ini yang kedua kalinya selama mereka saling mengenal bertahun-tahun, Nana menjadi manusia.

Nana tersenyum manis, menatap penuh puja manik bertabur bintang milik Renza juga bibir peach pucat submisive itu. Wajah mereka sangat dekat, sedikit lagi, bilah bibir keduanya akan bertemu.

"Jangan di tahan, dan jangan di pendam Re. Keluarkan semuanya agar kau merasa lega, dan rasa sesak itu tak lagi mengganggu mu." Nana berucap tepat di telinga Renza, saat ia memeluk tubuh ramping itu.

Senyuman manis Nana menular pada Renza.

Renza tersenyum tipis, air mata kesedihannya berganti air mata bahagia, karena keinginan Renza agar Nana bisa memeluknya kini benar-benar sudah terjadi.

Renza ingin balas memeluk Nana, tapi ia terlalu takut dan ragu. Ekspektasinya terlalu tinggi tentang Nana yang sebenarnya memang ada, ia takut ini semua hanya halusinasi. Renza takut Nana menghilang saat ia berusaha meraihnya. Jadi Renza hanya diam, tanpa membalas pelukan itu.

"Terimakasih, terimakasih karena selalu ada." Ucap Renza dengan senyum tulusnya. Ia bersyukur memiliki Nana yang selalu mengerti perasaan nya.

At The End Of My Time | NORENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang