BAB 39

54 3 0
                                    

"Ra, kenapa Lo balik sekarang sih? kenapa ga nunggu gue aja" ucap qianna yang ikut merapikan baju arva di dalam koper.

Laura menghela nafasnya berat "sebenarnya gue juga berat ninggalin Lo, tapi ada sesuatu yang mengharuskan gue balik ke Indonesia"

qianna menatap mata intens Laura "padahal 2 bulan lagi gue lulus, dan gue pengen Lo ada di sana" Laura tersenyum dan merangkul qianna.

"tenang, gue bakalan ada di wisuda lo kok"

qianna menjulurkan jari kelingkingnya "janji?"

"janji" qianna terkekeh.

"nanti gue Anter Lo ke bandara ya" Laura mengangguk.

******

sesampainya di bandara, Laura dan qianna berpelukan satu sama lain "jangan lupain gue" Laura menggeleng dengan tersenyum.

"lebay lo, dua bulan lagi kan kita ketemu" ucap Laura dengan menoyor kepala qianna yang membuat sang empu memanyukan bibirnya.

"yaudah gue masuk dulu ya, arka arva salim dulu sama aunty" arka dan arva pun melaksanakan perintah Laura.

"arva udah bosen main sama aunty, jadi arva pamit buat main sama papa ya aunty" qianna yang mendengarkan perkataan arva itu berakting sedih

"arva kok gitu? arva udah ga sayang lagi sama aunty ya? aunty jadi sedih tau" arva tersenyum hingga kedua pipinya tertarik ke atas.

ia memegang pipi qianna dengan tangan mungilnya "nanti kita main lagi kok aunty, aunty jangan sedih. tapi untuk sekarang arva lagi bosen sama aunty" qianna tersenyum lalu bangkit.

"yaudah ya Ra, gue pulang dulu" Laura mengangguk dan tersenyum.

"hati-hati qi" qianna mengangguk.

saat qianna mulai menghilang dari pandangannya, Laura mengajak  anak kembarnya untuk masuk ke ruang tunggu bandara.

sudah 15 menit Laura menunggu afzal, tetapi tak kunjung datang.

"mama, papa kemana si. kok lama banget?" arva menggoyangkan tangan Laura ke kanan kiri

Laura tersenyum dengan mengelus lembut rambut arva "bentar lagi papa pasti dateng, tunggu Bentar lagi ya"

tiba-tiba ada sebuah tangan yang menutup mata arka dan arva dari belakang "mama, ini siapa yang nutup mata arka?" tanya arka.

"arva juga ma" laura pun menoleh ke belakang dan mendapati afzal yang sedang mengode untuk diam.

"ma? kok diem?" tanya arka

afzal diam-diam ke depan dengan tangan yang masih menutup mata anaknya.

"papa datang!!!" ucap afzal saat mata kedua anaknya dibuka dengan merentangkan kedua tangannya.

arka dan arva langsung menubruk tubuh afzal, lalu afzal mengangkat tubuh kedua anaknya.

"kangen papa?" keduanya mengangguk.

afzal menurunkan anaknya, lalu mengambil totebag yang berada di tangan asistennya "papa punya sesuatu buat kalian" afzal mengambil dua barang dari Totebag.

"wahhh, mainan baru!!!!" ucap antusias arva saat melihat mainan yang ada di tangannya.

Laura tersenyum, akhirnya yang ia harapkan terjadi juga "kalau di kasih sesuatu bilang apa?" tanya Laura.

"makasih papa" ucap arka dan arva berbarengan.

afzal tersenyum dan mengelus lembut kedua rambut anaknya "sama sama anak papa"

******

sesampainya di bandara Soekarno-Hatta, Laura ingin menanyakan hal yang harus ia tahu.

"berita apa yang harus aku tau kak?" Laura menoleh, tetapi afzal hanya diam menatap depan

"kak!" laura mengayunkan tangan mereka, yang membuat lamunan afzal Buyar

"eh, iya sayang?"

"berita apa yang harus aku tau?" ucap Laura

"papa...." Laura mengernyit kebingungan.

"papa kenapa kak?"

"papa meninggal Ra" Laura melepaskan tangannya dari tangan afzal dan arka.

ia menggeleng tak percaya "gak mungkin, kakak pasti bohong kan? ini ga lucu kak!" afzal memegang bahu Laura.

"kamu harus nerima ini semua Ra, ini udah takdir" laura meneteskan air mata dan masih menggeleng tak percaya.

"gak mungki kak! pasti papa lagi bercanda sama mama di rumah, Kakak pasti mimpi!" afzal langsung mendekap tubuh Laura dan membiarkan laura menumpahkan kesedihannya.

arka dan arva yang tak tau itu bingung "mama kenapa nangis kak?" bisik arva, dan arka pun menggeleng.

"aku mau ke makam papa kak" ucap Laura di tengah Isaknya.

"iya, kita kesana sekarang"

******

"papa, kenapa kita disini?" arva menarik baju afzal.

"kita mau ketemu kakung" ucap afzal dan menggendong arva.

"kok ga di rumah? ini kan tempat pemakaman" afzal tersenyum.

"ini rumah kakung sayang, besok baru kita ke rumah uti. mau??"

"MAUUU" ucap arva antusias

mereka berempat memasuki tempat pemakaman, dan Laura melihat batu nisan bernama ilham arleano.

Laura langsung duduk dan memeluk batu nisan tersebut "papa, kenapa pergi dulu?"

"papa pasti udah bahagia kan? papa udah ketemu sama gavian" Laura tersenyum.

"maafin laura pa, baru sempat datang. maaf Laura sudah jadi anak durhaka, yang ga ada waktu papa ga ada di dunia lagi, maafin laura kalau selama ini laura selalu bikin papa emosi" Laura mengusap air matanya.

"arka, arva. sini sayang" mereka  berdua pun menghampiri Laura dan berjongkok di sebelahnya.

"pa, kenalin. dia arka dan arva, anak aku sama kak afzal. cucu papa.

TBC

JANGAN LUPA VOTE, KOMEN AND SHARE KE TEMAN-TEMAN KALIAN YAWWWW

TAKDIR (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang