BAB 46

66 5 0
                                    

🌚 HAPPY READING 🌚

"nak, kamu obatin luka kamu ya. biar mama panggil dokter" saat beranjak tangan Haura di cekal oleh Laura.

Laura menggeleng "ini luka kecil ma, ga sebanding sama kak afzal" ucap Laura.

"tapi luka kamu itu dalam Laura! kamu harus perhatiin diri kamu juga!" ucap Haura marah.

Laura menunduk "maaf" hanya kata itu yang bisa ia keluarkan.

Haura menghela nafasnya kasar "ayo obatin luka kamu, bentar lagi mertua kamu bakalan dateng sama anak kamu. kamu mau anak kamu lihat luka kamu? yang ada mereka nangis lihat kamu" Laura diam beberapa saat lalu mengangguk.

ia berjalan di sebelah Haura dengan tangan yang di genggam oleh mamanya.

******

kini pipi Laura harus di jahit dan di tutup oleh kain kasa. selesai di jahit, Laura dan Haura keluar dari ruangan dan kembali ke ruangan Operasi afzal lagi.

dari kejauhan Laura melihat mertua dan kedua anaknya sudah datang.

Laura menghampiri dan si kembar langsung berlari ke arahnya.

"MAMA" teriak mereka berdua dan langsung memeluk kaki laura.

Laura berjongkok untuk meratakan tinggi mereka "jangan teriak teriak sayang, ini rumah sakit" mereka berdua pun mengacungkan jempol.

lalu Laura mencium tangan Harun dan juga rania.

tetapi rania di buat salah fokus oleh benda yang menempel di pipi Laura.

"ini pipi kamu kenapa sayang?" tanya rania dengan memegang pipi di ujung kasa.

Laura tersenyum "ini lu-"

"pipinya habis di pisau sama orang gila itu" rania menutup mulutnya saking terkejut.

"di pisau? orang gila?" Haura menghendikkan bahunya tak tahu.

"aku ga tau siapa orangnya, ini aku mau ke kantor polisi" ucap Haura.

"aku ikut ya" Haura mengangguk, lalu Rania dan Haura berjalan keluar rumah sakit menuju kantor polisi.

******

empat jam afzal menjalankan operasi kini berakhir, dan sekarang afzal di pindahkan ke ruang inap.

tetapi untuk saat ini, afzal tak bisa bangun karena ia di nyatakan koma. ia juga sempat kehilangan banyak darah, dan untung saja Harun bersedia mendonorkan darahnya untuk anak tunggalnya. Laura yang mendengarkan itu sempat menangis histeris, tetapi Harun berhasil menenangkan Laura.

saat ini Laura setia menemani afzal, ia duduk di sebelah ranjang rumah sakit. ia bahkan lupa kalau ada seorang anak yang masih membutuhkan dirinya.

"kakek, arva pengen main sama mama" Harun hanya bisa mengelus rambut cucunya.

"main sama kakek dulu ya, mama lagi ga bisa di ganggu" arva menggeleng dan menunduk lesu.

Harun memutar otaknya lagi, ia harus memikirkan cara supaya cucunya tak murung  "beli es krim mau?" tanya Harun.

"mau kakek!" seru arka yang sedari tadi diam, karena ia tak suka dengan bau rumah sakit.

"yaudah ayo kita pergi!" ucap harun dengan satu tangan yang berada di atas.

lalu harun menggandeng tangan kedua cucunya, tapi sebelum itu ia pamit terlebih dahulu ke laura supaya tak cemas mencari anaknya.

setelah Harun keluar, kini hanya ada afzal dan laura di dalam ruangan yang sunyi.

"kak, ayo bangun!" ucap Laura dengan menggenggam tangan afzal dan menciumnya berkali-kali.

"andai kakak ga nolong aku, pasti kakak ga bakalan kayak gini" ucap Laura merasa bersalah.

"bangun kak, si kembar butuh kakak" Laura mengelus lembut rambut afzal dengan tangan satunya.

lalu tak lama, Haura dan rania datang dengan membawa empat rice bowl untuk Laura, Harun dan si kembar makan.

"Laura makan dulu" ajak Haura.

"Laura ga mau makan sebelum kak afzal bangun!" ucap laura dengan keras kepala.

"Laura! inget kesehatan mu!"

Laura menghela nafasnya kasar "iya ma" lalu Laura menghampiri mereka berdua dan membuka satu rice bowl.

"assalamualaikum" salam harun yang sudah datang dengan si kembar yang memakan es krim.

Laura memakan nasi tersebut tanpa nafsu, ia terus menatap afzal dengan tatapan kosong.

"mama, tadi arva lihat ada taman bagusssss banget. besok kita kesana ya ma" ucap arva

arva yang kesal karena Laura tak menjawab itu menarik baju Laura berkali-kali.

"mamaaaaa" rengek arva.

"KAMI BISA DIEM GAK SIH!" bentak Laura secara tak sadar.

arva yang kaget karena di bentak itu menahan tangisnya, ia langsung menghampiri Harun dan memeluk kakinya.

Laura yang baru makan 3 sendok itu langsung ia taruh dan berjalan keluar menuju taman rumah sakit.

Haura ingin mengejarnya tetapi rania lebih dulu mencekal tangan Haura "biarin dia nenangin pikirannya"

arka yang meras iba melihat arva itu menarik saudaranya dan memeluk tubuh arva.

ia mengelus lembut punggung arva dengan tangan kecilnya "udah ya dek, jangan nangis. mungkin mama lagi kesel, jadi ga mau di ganggu" ucap arka menenangkan saudaranya.

TBC

JANGAN LUPA VOTE, KOMEN AND SHARE KE TEMAN-TEMAN KALIAN YAWWWW

TAKDIR (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang