Chapter 9 (Kenyataan adalah mimpi buruk)
Kalau kalian berpikir Jun (setidaknya walau sedikit) akan bertindak baik pada Anna, maka kalian salah. Sangat salah! Karena kenyataan yang sedang terjadi saat ini adalah mimpi buruk yang tidak akan pernah berakhir bagi seorang Park Anna.
Jun keluar dari dalam toilet, sudah mandi (sudah pasti selesai membersihkan tubuhnya setelah sedikit puas bercinta) juga sudah berpakaian lengkap. Dia berdiri di dekat ranjang. Sepasang matanya tajam mengawasi Anna yang masih berbaring terpejam diatas sana. "Apa kau pikir kau bisa tidur dan bersantai disini saat ini?"
Anna lelah, sangat bahkan (Jun menyiksanya sebanyak tiga kali berturut-turut dan baru selesai sekitar beberapa belas menit yang lalu). Dia juga mengantuk dan dia rasa dia nyaman berbaring di ranjang tidur di kamar yang paling bagus di hotel bintang lima ini. Tapi apa yang dikatakan Jun barusan membuatnya harus membuka sepasang matanya.
Lagi, seperti mulutnya Jun itu memang tercipta dari seonggok sampah yang busuk. "Kau tidak bisa beristirahat disini! Di sini, bukanlah tempatmu! Kau itu sama sekali tidak pantas istirahat di sini bersamaku, jadi ku harap kau bisa cepat pulang saat ini juga!"
Anna yakin dia sudah tidak punya tenaga sama sekali. Rasanya seluruh tulangnya yang cukup kuat itu berubah lemas dan kenyal seperti jelly. Tapi anehnya, bibirnya ingin tersenyum saat ini.
Apa ada yang lucu dari ucapan Jun yang penuh racun barusan itu? Atau, memang ada yang salah dari otak Anna saat ini?
Ah... Otak, tubuh apalagi kehidupan seorang Park Anna memanglah tidak pernah ada yang benar bukan? Semuanya selalu saja tidak beres!
Anna tidak peduli setelah dia bergerak bangun dari ranjang maka selimut yang sebelumnya menutupi tubuh telanjangnya itu akan tersingkap, tidak akan bisa menutupi tubuh telanjangnya lagi. Bukan terlalu percaya diri akan tubuhnya yang sebenarnya Anna yakin sangat menjijikan saat ini (Anna merasa seluruh kulit pada tubuhnya itu lengket karena cairan dari seks dan Anna juga yakin kalau beberapa bagian dari tubuhnya terdapat bercak-becak kemerahan) tapi Anna tetap berdiri dengan benar, dengan tegap dan dengan santainya dia berjalan melewati Jun untuk mencoba mencari pakaiannya kembali.
Sedang Jun, dia juga ikut menyinggungkan senyumannya (sekarang senyumannya sudah terlihat tidak tulus dan justru kelihatan menahan kesal) apalagi ketika Anna melewatinya begitu saja barusan. "Apa kau selalu seperti ini?"
Jarak Anna dari Jun sudah sekitar tiga langkah orang dewasa kemudian dia menolehkan kepalanya ke belakang, melihat Jun yang baru saja bertanya padanya.
Tatapan mata Jun tetap tajam memerhatikan seluruh tubuh telanjang Anna hingga Anna sedikit merasa risih lalu sekali lagi Jun tersenyum, tentu senyuman meremehkan andalannya. "Apa kau akan selalu pergi setelah melayani orang yang sudah membayarmu seperti sekarang ini?"
Apa hanya Anna yang tidak mengerti disini?
Sungguh, Anna sudah sangat lelah rasanya. Anna mengedipkan sepasang mata bulatnya dengag erakan normalnya sebelum berkomentar. "Sebenarnya apa maumu?" Jun mengangkat kedua bahunya keatas seolah pertanyaan Anna bukanlah apa-apa kemudian Anna menambahkan. "Aku menandatangani kontrak terburuk sepanjang hidupku untukmu. Aku melakukan semua yang kau minta, lalu apa? Aku harus apalagi?"
"Aku hanya bertanya! Kenapa kau terlihat seperti marah? Apa kau memang seperti ini? Selalu pulang setelah melayani orang yang sudah membayarmu? Benar-benar terlalu murahan! "
Tidak ada manusia yang tidak akan kesal kalau memang manusia itu masih punya otak, tidak gila juga masih punya perasaan walau manusia itu pendosa seperti Park Anna jika terus berhadapan dengan Jun dengan segala tingkah serta ucapannya yang menyebalkan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Worst Contract
RomanceKontrak dan isi perjanjiannya, semuanya berubah mengikuti aturan si gila itu! Isinya sebenarnya tidak ada yang menguntungkan bagi Anna, semuanya bahkan terdengar merugikan baginya. Salah satu point yang paling diingat dan membekas pada ingatan Anna...