Chapter 25
Anna bisa kembali ke rumah usangnya setelah lima hari tinggal bersama dengan Jun di apartment milik lelaki itu. Luka lebam dipunggung Anna juga lengan sudah semakin membaik dan Anna pikir sebenarnya itu memang bukanlah suatu masalah yang besar baginya. Luka lebam seperti itu juga sering dia dapatkan kalau dia terlalu lelah bekerja dan akan sembuh dengan sendirinya biasanya. Jun saja yang terlalu berlebihan hingga terus membuat Anna seolah Anna adalah pasien yang punya penyakit paling kronis yang butuh perawatan insentif. Padahalkan tidak sama sekali, ckckcckk!
Dan yang menjadi masalah terbesar bagi Anna adalah saat dia harus berhadapan dengan Jia saat ini. Ketika dia yang tidak bisa bekerja selama lima hari ini dan semakin membesar masalahnya karena Anna tidak mencoba menghubungi Jia dalam lima hari itu padahal seharusnya Anna menghubungi Jia setidaknya sekali.
Anna tersenyum, terlihat menunjukan rasa bersalahanya pada Jia yang duduk disebrang mejanya. "Maaf karena tidak menghubungimu lima hari ini. Aku hanya ingin menjelaskannya padamu secara langsung dan aku baru bisa bertemu denganmu hari ini."
Jia dengan tatapan datarnya itu berdecak, memandang sinis Anna. "Jadi, jika Jun tidak hadir malam itu maka semuanya akan menjadi semakin kacau bukan?"
"Apa?" Tidak seharusnya Anna memberi tanggapan dengan kata itu, tapi Anna tidak yakin harus merespon dengan kata apalagi. Apa seharusnya Anna mengatakan kalau dia setuju dengan kalimat Jia soal Jun yang datang dan menjadi penyelamat untuknya malam itu?
Lagi, Jia berdecak. "Ck!"Jia memincingkan sepasang matanya pada Anna. "Kau memang benar-benar bodoh!"
"Kenapa kau mengataiku bodoh?"
"Tentu saja kau bodoh karena sudah tertipu oleh Yena!" Jia kembali menatap sinis Anna (Karakternya memang begini, perempuan yang suka marah-marah walau peduli). "Tidak mungkin Andrew bisa melakukan semua hal buruk itu padamu kalau Yena tidak membantunya. Dan kau! Sedari awal, Yena memang menargetkanmu. Astaga...!"Jia kini memegangi kepalanya seperti ibu-ibu yang kepalanya sakit karena punya anak yang sangat sulit diatur. "Akukan sudah bilang untuk berhati-hati malam itu! Untung saja Jun datang tepat pada waktunya, kalau tidak, apa yang mungkin saja terjadi padamu? Sungguh, aku tidak mau memikirkannya."
Tunggu, tunggu!
Kenapa Jia berkata Jun datang tepat pada waktunya? Begini, Anna harus akui Jun sangat membantunya malam itu. Kalau Jun tidak datang, mungkin saja Andrew yang sampai hari ini nyatanya masih hidup itu walau rahangnya bengkok bisa saja menuntut Anna dan Anna bisa saja dipernjara karena kekuasaan yang dimiliki Andrew. Tapi apa maksud Jia dengan Jun yang datang tepat pada waktunya itu? Apa mungkin? Dan Yena? Yena yang selama ini bersikap baik dihadapan Anna ternyata ikut andil untuk mencelakai Anna? Kenapa bisa?
"Kalau saja Jun tidak datang dan memukuli si brengsek itu, aku benar-benar tidak akan pernah memaafkan diriku sendiri, Anna! Sungguh!" Ekspresi Jia kini seperti seorang anak kecil yang tengah menceritakan film pahlawan favoritnya saat dia menambahkan, "Äku tidak peduli dengan keadaan si brengsek itu. Aku bahkan lebih senang kalau di brengsek itu mati. Jun benar-benar hebat! Dan untuk Yena, kau tidak perlu memikirkan si perempuan iblis itu! Aku pastikan dia tidak akan berkeliaran didekatmu lagi! Omong-omong, aku juga sudah memecatnya."
Anna diam sejenak, masih tidak habis pikir denga Yena tapi kemudian ada hal lain yang lebih penting lagi yang harus dia pikirkan jadi dia menelan salivanya sesaat sebelum bertanya dan memastikan, "Jadi, semua orang berpilkir kalau yang memukul dan melumpuhkan Andrew malam itu adalah Jun?"
Jia mengangkat kedua bahunya, seperti peduli tidak peduli sebelum dia menjawab. "Memangnya kau pikir siapa lagi? Hantu yang seketika datang membantumu? Ck, yang benar saja!"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Worst Contract
RomanceKontrak dan isi perjanjiannya, semuanya berubah mengikuti aturan si gila itu! Isinya sebenarnya tidak ada yang menguntungkan bagi Anna, semuanya bahkan terdengar merugikan baginya. Salah satu point yang paling diingat dan membekas pada ingatan Anna...