Chapter 5 (Kontrak Itu)
"Apa yang sebenarnya tengah kau pikirkan? Bukankah kau baru saja menang tender? Bukankah seharusnya kau menjadi yang paling terlihat bahagia dipesta ini? Kenapa kau justru yang terlihat paling murung?" Jimin melirik sinis Jun kemudian dia menambahkan, "Apa kau tahu? Kau terlihat seperti lelaki yang baru saja putus cinta, astaga dude...!"
Jun sama sekali tidak peduli dengan apa yang dikatakan Jimin padanya barusan itu. Toh dia bukanlah lelaki yang baru saja putus cinta. Jun hanya masih kesal pada Anna dan kelakuannya saat terakhir mereka bertemu itu, makanya Jun tidak mau mampir ke club malam dimana tempat Anna bekerja selama seminggu ini.
Jimin kembali melirik temannya itu. Jimin bahkan sampai menundukan tubuhnya yang memang tidak memiliki tinggi seberapa itu hanya untuk memerhatikan wajah Jun. "Terakhir kali aku melihat ekspresimu yang seperti ini adalah saat kau pulang kemudian dipaksa bekerja untuk pertama kalinya karena keadaan ayahmu yang tidak begitu baik. Dan lagi, itu tidak seberapa seperti sekarang ini! Memangnya apa yang sedang kau pikirkan sih? Apa kau sedang punya rencana untuk project yang baru?"
Kini Jun mau tidak mau menatap balik Jimin yang ternyata wajahnya hanya berjarak beberapa inchi saja darinya (Baru menyadarinya) lalu dengan cepat Jun mendorong wajah Jimin agar menjauh darinya. "Pertama-tama, tolong jangan pernah berada sedekat itu denganku!"
Sambil mengangkat kedua tangannya entah untuk bertujuan apa, Jimin menganggukan kepalanya, sok faham sekali. "Oke oke, aku mengerti! Lalu, apa yang sedang kau rencanakan? Kali ini project apa yang ingin kau kerjakan?"
Jun menatap tajam Jimin yang kini tersenyum konyol menunggu jawaban darinya. Satu detik, dua detik dan tiga detik. Rencana dan project katanya? Jun seketika mengangkat sebelah alisnya sebelum tersenyum dengan liciknya. Didalam kepalanya kini muncul beberapa pemikiran cemerlang menurutnya. Jimin yang masih mengamati temannya itu kini dibuat merinding oleh tingkah laku Jun yang semakin hari semakin aneh saja menurutnya.
"Ya Tuhan, Jun! Apa ibumu tahu kalau tingkahmu terlihat menyeramkan malam ini?"
Lagi, Jun tidak peduli kemudian dia berdiri bangun. Kedua tangannya dia masukan kedalam saku celananya dengan gaya paling keren (Sungguh, sebenarnya dia memang keren setengah mati). Tatapannya beradu dengan pandangan Jimin saat dia berkata. "Aku harus pergi, ada yang harus aku urus sekarang juga!"
"Pergi? Kemana? Dan kenapa kau harus pergi dari pestamu sendiri, Jun?"
Lagi dan lagi, jun tidak peduli. Dia membalikan tubuhnya, berjalan menjauhi Jimin dan hanya megangkat tangan kanannya sebentar tanpa mau repot-repot menjawab salah satu dari pertanyaan yang dilayangkan temannya itu untuknya.
Jimin kesal meski sudah sering dibuat kesal oleh Jun yang memang 95% dari 100% mereka saling bertemu itu selalu saja bertingkah menyebalkan padanya. "DASAR TEMAN BRENGSEK!" Jimin yakin Jun mendengar teriakannya yang barusan karena bahu lelaki itu sedikit goyah karena tertawa tapi Jun seakan terus saja tidak memedulikannya. Sekali lagi Jimin meneriaki temannya itu, "YAK KIM JUN BRENGSEK, KAU MAU PERGI KEMANA SEBENARNYA?"
Memangnya mau kemana lagi seorang Kim Jun pergi?
***
Sebenarnya, bukan niat Anna untuk bermalas-malasan selama seminggu ini. Hanya saja, tidak ada sama sekali pelanggan yang mau ditemani olehnya. Kalau saja penghasilan Anna berdasarkan dari setiap pelayanan yang dia berikan, dia yakin kalau dia tidak akan punya apa-apa jika terus bekerja disini. Untung saja Jia dan juga ayahnya Jia memberi gaji dengan nominal yang sama rata dengan semua yang menjadi host di sini. Dan Anna harus bersyukur akan yang satu itu. Awalnya dulu Anna pikir para pekerja yang lain akan merasa iri karena pembagian pendapatan yang sama rata itu. Tapi ternyata Anna memang sungguh beruntung. Hampir semua Host disini sangat baik padanya. Bahkan tidak jarang di antara mereka mengajak Anna untuk bekerja sama menemani pelanggan hingga Anna bisa mendapatkan sedikit uang tip yang memang jarang sekali Anna dapatkan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Worst Contract
RomanceKontrak dan isi perjanjiannya, semuanya berubah mengikuti aturan si gila itu! Isinya sebenarnya tidak ada yang menguntungkan bagi Anna, semuanya bahkan terdengar merugikan baginya. Salah satu point yang paling diingat dan membekas pada ingatan Anna...