Chapter 29 (Hadiah Paling Indah)
Jun sudah pernah bercerita kalau tujuh tahun yang lalu, tepat dihari ulang tahunnya, saat dimana Tuhan yang Maha Baik itu memberinya sebuah hadiah terindah sepanjang hidupnya yang berupa pertemuan pertamanya dengan Anna, dimana hari itu adalah hari terbaik bagi Jun. Kemudian hari-hari baiknya terus berlanjut, terus membuatnya merasa menjadi lelaki paling bahagia di dunia ini. Katakan Jun terlalu berlebihan tapi yang dia rasakan selama kurang lebih hampir empat bulan itu memanglah seperti itu. Tapi itu semua begitu singkat, begitu cepat sebelum pada akhirnya hadiah paling indah dari Tuhan itu pergi kabur darinya, setelah berhasil menipunya.
Dan jika boleh memilih, Jun rasa dia mau saja menjadi orang yang paling bodoh, yang ditipu oleh Anna seumur hidupnya asalkan sepanjang hidupnya itu Anna selalu berada didekatnya. Terserah perempuan itu hanya berpura-pura menyayangi Jun, tidak ada ketulusan sama sekali dan hanya ingin memanfaatkan kekayaan yang Jun miliki dan sungguh Jun tidak peduli. Asalkan dia mendapatkan hari-hari baiknya kembali, asalkan Anna masih menemaninya, bersama dengannya dan tidak meninggalkannya.
Jun membuka sepasang matanya, mengedipkan sepasang matanya, mencoba mengumpulkan semua sisa-sisa otaknya yang dia rasa sudah hilang sejak dia menyatu dengan tubuh Anna semalam.
Bersama dengan perempuan bernama Park Anna itu membuat seorang Jun menjadi gila, tidak waras juga kehilangan semua pemikiran rasionalnya. Apa coba yang Jun pikirkan terakhir kali semalam saat hatinya terus saja berkata kalau dia bisa saja merelakan nyawanya untuk Anna? Memangnya Anna itu siapa?
Park Anna itu adalah perempuan yang sudah berhasil menipu Jun, membawa lari uangnya yang sebenarnya tidak seberapa bagi Jun tapi tetap saja perempuan itu bisa disebut sebagai penjahat. Jadi kenapa hati Jun terus saja menjadi lebih kuat hingga berhasil melawan logikanya itu? Kenapa bisa perempuan yang terlihat lemah seperti Anna itu mengalahkan Jun yang sebenarnya sangat berkuasa ini? Apa seharusnya kemarin-kemarin Jun tidak menemuinya?
Mungkin, jika Jun tidak bertemu kembali maka setidaknya semua kekonyolan yang terjadi sekarang ini tidak akan pernah dia rasakan kan?
Jun bergerak sedikit bangun dari tidurnya, menyenderkan kepala juga punggungnya pada headboard ranjang tidurnya kemudian dia menolehkan kepalanya ke sisi samping ranjangnya yang kosong. Benar, sisi ranjangnya itu sudah kosong saat ini!
Tapi bukankah seharusnya ada Anna yang berbaring di sisi itu?
Semalam Anna masih berbaring, tertidur memejam dengan damainya dalam pelukan Jun disana, tapi kemana perginya dia sekarang ini? Apa perempuan itu kembali pergi kabur meninggalkan Jun?
Jun segera bangun, turun dari ranjang tidurnya. Tanpa mencoba mengambil pakaiannya yang semalam atau pakaian baru dari walking closet nya, Jun justru terus melangkahkan kaki-kaki panjangnya itu. Dia hanya sempat meraih selimut tidurnya, menyampirkan selimut itu ke sekitaran pinggangnya kemudian dia berlari keluar dari dalam kamarnya.
Apa kalian pernah merasakan sebuah firasat paling buruk tentang kejadian yang mungkin saja akan terjadi dan menjadi yang paling buruk yang akan kalian lalui?
Jika iya, maka itulah yang Jun tengah rasakan saat ini. Jantungnya terus berdetak tidak normal, terlalu cepat dari biasanya. Perasaannya tidak bisa digambarkan dengan kata-kata lagi. Ada rasa takut, pahit, meragu juga secercah harapan yang jika harapan itu musnah maka dunia seperti musnah juga.
Dan sepertinya dunia tidak jadi musnah pagi ini. Dunia yang katanya berbentuk bulat ini masih berputar pada porosnya dengan benar. Benar! Pagi ini bukanlah pagi yang terburuk dalam kehidupan Jun yang harus Jun lalui seperti tujuh tahun yang lalu itu.
Langkah kaki Jun tidak terburu-buru seperti tadi lagi saat dia melihat punggung yang dia kenali itu. "Apa yang sedang kau lakukan?"
Anna menolehkan kepalanya, menatap Jun dengan ekspresi biasanya yang menurut Jun masih terlihat sangat cantik karena masih ada sedikit sisa-sisa semburat kemerahan dari wajahnya setelah semalaman bercinta dengannya. "Memangnya kau tidak merasa lapar?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Worst Contract
RomanceKontrak dan isi perjanjiannya, semuanya berubah mengikuti aturan si gila itu! Isinya sebenarnya tidak ada yang menguntungkan bagi Anna, semuanya bahkan terdengar merugikan baginya. Salah satu point yang paling diingat dan membekas pada ingatan Anna...