Preview

1.2K 95 8
                                    

"Hei... Petakilan! kau masih berani datang ke sekolah dan menunjukkan wajahmu dihadapanku? tidak tau malu sekali, sih!"

Anak kecil dengan rambut digerai, memakai bando berbentuk hati menyilangkan tangan depan dada. Berdiri dengan dagu dinaikkan sementara tatapannya sangat sinis dipenuhi kebencian pada anak laki-laki baru saja akan memasuki kelas memegangi tali ransel digendong dipunggungnya. Menelan-nelan saliva menjadi pusat perhatian bocah-bocah seusianya. Taehyung mencoba menghiraukan kalimat yang baru saja diteriakkan padanya. Mencoba masuk tapi dihadang oleh dua bocah pria dengan badan sedikit lebih tinggi darinya.

"Woho... kau tidak sopan tau! memangnya diberikan masuk oleh Shienna?"

"Pulang sana! kami tidak suka memiliki teman aneh sepertimu." satu bocah mendorong Taehyung hingga terjatuh dilantai. Segera Taehyung membenarkan kacamata nyaris terlepas dari tulang hidung, sayangnya tidak ada yang membantu Taehyung untuk bangun. Semuanya berpihak pada bocah perempuan telah berdiri dihadapannya.

"Kau dengar kan? kami tidak mau sekelas denganmu, dasar aneh." katanya saat Taehyung bangkit dan membersihkan telapak tangannya dari debu menempel. "kau jelek, aneh, payah dan—— jelek pokoknya! jadi jangan pernah datang lagi kesekolah. Kami semua membencimu." Shienna berteriak keras. Bahu nya bahkan naik turun serta telapak tangan kecil mengepal disisi tubuh. Ia menyimpan amarah cukup besar.

"Benar! benar! Taehyung jelek. Taehyung petakilan ! Taehyung udik!"

"Taehyung bodoh! Taehyung jelek! pergi sana... kami tidak mau berteman denganmu!"

Air mata berkumpul dikelopak netra, Taehyung mendengarkan kalimat mengerikan dari teman-teman seusianya. Padahal apa yang salah darinya? mama Taehyung membeli parfum dan menyemprotkan pada seragam sekolah Taehyung setiap kali turun dari mobil. Taehyung pendiam, tidak banyak tingkah, Taehyung rajin belajar meskipun nilainya tidak sebagus Jimin, Hyuki dan anak-anak lain.

Sayangnya ejekan itu tidak akan berhenti sebelum dihentikan oleh sosok perempuan, primadona kelas, Shienn Sien, sebab kau akan aman jika dekat dan mendapatkan kebaikannya. Sebaliknya, kau akan menderita jika Shienna tidak menyukaimu. Apapun alasannya. Shienna berkuasa. Bibir bocah perempuan itu tersenyum mengejek. Suka sekali melihat Taehyung menderita dan teman-teman terus membelanya.

"Hei... hei! ada apa ini? kenapa Taehyung menangis?"

"Kami menyuruhnya masuk kekelas, ibu guru. Tetapi Taehyung akan pergi. Kami mencoba menahannya, tetapi sepertinya dia akan pulang. Kau akan diculik kalau belum dijemput oleh mamamu, tau!"

"Benar, ibu guru. Taehyung tidak mau kami ajak masuk." yang lain menyetujui.

Shienna memundurkan langkah kaki ketika guru kelas tiba. Berjongkok dihadapan Taehyung yang merasa ditipu. Anak-anak segera berlarian masuk kedalam kelas, duduk dikursi masing-masing dan mengeluarkan buku menggambar.

"Hari ini kita akan belajar menggambar, Taehyung suka menggambar kan?" tanya ibu guru pelan dan Taehyung segera mengangguk. Ia sudah antusias, bahkan didalam tas sudah diisi krayon baru dibeli oleh sang papa.

Tetapi hari ini sepertinya tidak berjalan bagus jika ibu guru tidak berada didalam kelas. Atau ketika ibu guru menasehati mereka semua untuk saling berteman dan menyayangi, membuat Taehyung semakin diasingkan dan dibully. Ya— Taehyung aman ketika kelas melukis dimulai. Sayangnya ia tidak juga diberi ketenangan saat ibu guru meninggalkan kelas lalu berganti dengan pembelajaran olahraga ala anak pra sekolah.

Ketika Shienna mendapatkan kesempatan untuk melemparkan bola, contohnya. Dengan sengaja melemparkannya keras kearah Taehyung sedang diajak berbicara oleh teman-teman lain, sengaja, disuruh Shienna. Lemparannya tepat mendarat dikepala Taehyung membuatnya mimisan, kacamata lepas dan penglihatannya berkunang-kunang.

Win-Win SolutionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang