Siapa yang bucin duluan?,
bucin nya emang agak beda, love-hate gitu, sulit ya untuk nentuin itu perasaan atau kejengkelan.Shienna bukan tipikal orang yang berusaha keras menjelaskan apapun tentang kehidupannya pada orang lain, kendati demikian ada beberapa kesempatan dipakainya agar namanya tidak terlihat jelek. Apalagi kalau harus dijadikan bahan pembicaraan yang tidak disukainya. Begitulah alasan mengapa Shienna bersusah payah duduk manis dihadapan Jimin sekarang.
Dilihat dari kacamata jarak jauhpun, pria adonis sekelas Jimin memang paling bisa menjerat. Sejak kecil Jimin telah memiliki daya pikat, entah karena kecerdasannya yang memberikan Shienna keuntungan mengerjakan pekerjaan rumah tanpa sakit kepala berpikir, duduk tidak jauh dari Jimin untuk mencontek ketika ujian ataupun selalu menjadi teman perempuan yang diprioritaskan Jimin. Termasuk pembelaan Jimin ketika Shienna dilihat lamat-lamat seisi kelas manakala Taehyung pindah sekolah.
Melihat Shienna menatapnya sangat mematikan sekarang agaknya menimbulkan kekehan pelan Jimin lalu mengantongi ponselnya lagi. Ayolah, siapa yang masih menyimpan kontak teman semasa kecil bahkan dulu mereka tidak bermain dengan gadget kecuali para orangtua yang sibuk mengatur buku-buku kedalam tas dan menyediakan bekal dibawa ke sekolah.
"Kenapa kau disini?"
Shienna masih sama gaya berbicaranya, tidak ada yang berubah. "Berhenti bertanya saat kau memasuki butik milik keluargaku. Jadi... kapan acara bahagianya diselenggarakan? aku sudah tidak sabar mendapatkan undangan." Jimin menangkap netra gelap Taehyung sama sekali tidak tertarik. Tidak ada hal menarik ketika ia berhadapan dengan pria menyebalkan dengan mulut seperti anak perempuan. Yah, meski dulu mereka hanyalah anak-anak. Sayangnya semua perlakuan itu masih terekam sempurna.
"Asistenku akan mengirimkannya padamu nanti." ucap Taehyung selesai menghembuskan napasnya. "Bisakah buka bagian yang sama dengan gaun sebelumnya. Dia tidak nyaman dengan bagian yang sesak." Taehyung mengalihkan pandangannya membuat Jimin semakin antusias menunggu kelanjutan apa yang bisa terjadi diantara mereka berdua.
"Sepertinya kita harus bicara, Choi Jimin?" Shienna memiringkan kepala berusaha membentuk sebuah kesepakatam bersama Jimin.
Beruntung Jimin adalah tipikal pria dengan kepekaan teramat tinggi apalagi sekelas Shienna yang membentuk wajahnya kian mengeras. Taehyung dengan sikap tidak kalah keras menggerakkan dagu kearah pintu keluar sehingga Jimin menaikkan alis harus paham jika Taehyung tidak menginginkan pria lain disana.
Woho.. padahal Jimin bahkan belum mengatakan, " jadi kau melamarnya?" tetapi sudah diserang ketidaksukaan Taehyung.
Jadi, untuk menyelamatkan benih-benih apapun timbul diantara mereka berdua, Jimin mengangkat bahu dan meninggalkan ruangan tersebut semenjak awal memaksa masuk sebab ingin bertemu dengan sang mama sebentar namun keberadaan dua orang dengan kisah menakjubkan dimasa lalu itu membuat Jimin menggelitik, ingin mengorek lebih dalam. Um, seperti siapa yang lebih dulu mendekati, bagaimana proses pendekatan dan bagaimana bisa mereka berdua saling mencintai. Ugh! Jimin merinding. Itu hanya sebuah kiasan. Tidak perlu dipikirkan. Hahah.. Jimin tau pasti ada yang memanas diantara mereka berdua.
"Aku tidak tau apa yang sebenarnya kau makan sehingga badanmu sebesar gajah seperti ini." kata Taehyung membuat Shienna mendelikkan bola mata mengganti pakaiannya lagi.
"Gajah mana yang cantiknya melebihi miss Korea seperti aku?" celetuknya kesal. Shienna bukan wanita naif untuk sekedar tidak merasa dirinya cantik. Apakah Taehyung perlu mengetahui jika di Boston, meskipun ras Asia, Shienna itu mendapat tempat khusus yang menggiurkan. Banyak pria ingin mengencaninya, mengajaknya pulang bersama bahkan menawari Shienna beberapa rasa kondom yang tidak satupun Shienna lirik sebab ketakutan besarnya pada sang papa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Win-Win Solution
FanfikceShienna nyaris gila ketika mendapati kabar jika Sean akan memberikan laboratorium miliknya pada sebuah Organisasi Pemerintahan untuk dikelola. Tetapi Shienna rasanya akan gila sungguhan saat Sean menyatakan persyaratan jika ingin tetap menjadi ahli...