Chapter 36

480 54 7
                                    

Ballroom hotel telah didekorasi elegan, pukul tujuh nanti malam akan diadakan sebuah perayaan, apresiasi terhadap karyawan, proyek besar dipercayakan pada perusahaan dipimpin Lim Taehyung kembali terselesaikan dengan memuaskan. Undangannya bukan hanya karyawan kantor, tetapi juga termasuk relasi kerja eksternal. seperti tradisi, setiap kali proyek membumbung tinggi dengan pendapatan: hasil kurasan energi, ide serta waktu, sebagai pimpinan tentu Taehyung terus menjaga komitmen tersebut.

Acara itupula menjadi acara pertama diikuti Tessha dan kalila dalam lingkup kantor Taehyung.

Kalau Tessha sedang duduk mengunyah biskuit dan menepis taburan hasil gigitannya dari gaun hitam telah dipakaikan oleh Kyunghee, maka Kalila masih sibuk mengintari kamar. Melangkah cepat menghindar, belum memakai baju, masih popok menutupi tubuh bagian bawah. Handuk meliliti badan juga tergeletak sembarang.

Ruangan mendadak hening, Tessha tak menduga keributan tadi lenyap mendadak. Ia lalu menoleh dari sisi sofa dan mendapati Shienna terduduk diatas karpet beludru memangku gaun Kalila. Tatapan Shienna tenang tetapi menyiratkan ketegasan, atau Kalila mendadak berhenti, sedikit memiringkan kepala memantau Shienna.

Ahh, perang lagi, Tessha pikir.

"Kalau nakal begitu, Kalil tinggal dengan bibi Kyunghee saja. Sana, lari lagi." celetukan Shienna membuat Tessha menoleh kearah sang kembaran.

Hayoloh, sudah disuruh diam, duduk dan dipakaikan gaun hitam sama seperti Tessha, Kalila malah membuat Shienna menyembur napas panjang nan berat.

Game over, Shienna tak lagi mengoceh padahal Kalila sudah memprediksikan kemana lagi ia mengukur lahan, kecepatan seperti apa akan ia gunakan menghindar dipakaikan gaun.

Tatapan Tessha dan Kalila bertemu sementara waktu, mengirim konversasi. "Merengek sedikit cepat! memangnya kau mau tinggal dirumah? aku sih tidak." Kalila jelas menggeleng, ini seolah deskriminasi dilakukan Shienna atau kesengajaan merebut papa kembali darinya. Tidak boleh!.

"Merengek?"

"Iya, jangan membuat mama marah, nanti mam adukan pada papa. Bahaya."

"Huh, dasar. Tukang mengadu!"

"Cepat, Kalila!"

Komunikasi terselubung itu tersampaikan. Kalila mendudukkan bokong,  meluruskan satu tangan kearah Shienna, merengut dengan bibir maju beberapa centi. Sayangya Shienna tak melakukan pergerakan apa-apa. Memilih tetap ditempat.

Merengek, bukan jual mahal! hhh, Tessha pusing.

"Kemari dalam hitungan ketiga, Kalil."

Gengsi, masa sih Kalila harus mundur?! tetapi melirik Tessha menyuruhnya menurut saja, Kalila membalikkan arah kehadapan Shienna. Ia bergerak pelan, sesekali mengharapkan pintu kamar segera dibuka oleh sosok akan menjemput mereka. Atau, bisakah Shienna jangan menatapnya seperti itu? alih-alih merasa hangat ketika resleting gaun hitam tersebut telah ditarik dipunggungnya, Kalila merasa tak mampu membuka mulut dan mengoceh dengan baik.

Mama mengerikan.

"Duduk disini dan jangan nakal, ini peringatan terakhir. Bergerak menjauh dari kak Tessha sedikit saja, Kalil tinggal dengan bibi Kyunghee sampai besok pagi."

"Lihat, mama mencoba menyingkirikanku."

"Duduk yang manis, tidak akan disingkirkan."

Ancaman macam apa itu, Kalila membuang wajah ketika ia berhasil didudukkan Shienna disamping Tessha dan mengambilkan satu biskuit untuk diberikan pada Kalila. Melihat kedua putrinya sudah dalam keadaan siap, Shienna menarik ikatan rambutnya lalu menuju ke depan cermin sembari memungut handuk Kalila. Menyisir rambut dan menata dengan cepat, Shienna memandang diri sendiri sekaligus pantulan dua bocah benar-benar terdiam.

Win-Win SolutionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang