Chapter 13

573 76 11
                                    

Sebenarnya tidak banyak yang berubah ketika matahari masih terik-teriknya dipertengahan langit, sudah pasti singsingan panasnya begitu menyengat, apalagi ketika baru saja keluar dari mobil. Rasa-rasanya kaki Shienna memacu lari cepat pun masih saja berakhir dumelan mulut tidak berhenti. Padahal sudah tergantikan dinginnya ruangan toserba didatangi siang ini. Kalau ditanya kenapa harus pertepatan pertengahan hari, jawabannya sama seperti kenapa Shienna terus melipat kedua tangan depan dada dan menunjukkan wajah dinginnya.

Susulan Taehyung membawa troli dorong tidak mengubah banyak pula, setelah pria itu menjadi alasan tensinya meningkat. Kalau tidak bisa mengantar ya diberitahu bukan membuat Shienna menunggu nyaris sampai menjadi kerak bumi sementara Taehyung sibuk dengan Macbooknya dimeja dekat televisi kamar sama sekali tidak terganggu bahkan saat Shienna sengaja berlalu-lalang bak setrika kepanasan.

Alih-alih mengatakan, "Pergi sana sendiri." tetapi Taehyung setidaknya memberikan sedikit pengharapan Shienna tidak ketahuan izin mengemudinya belum diurus kembali sebab pernah menabrak sisi bangunan dekat jalan raya tepat dua bulan sebelum keberangkatan ke Boston. Kalimat, "aku akan menyelesaikan pekerjaanku dalam waktu empat puluh menit. Jangan mengganggu."— jam milik Taehyung sepertinya rusak parah. Bahkan Shienna telah berguling-guling sekitar satu jam pun pria itu masih belum mengangkat pantatnya meninggalkan kursi.

"Memang dengan kau bengong begitu bisa memenuhi keranjang belanjaanmu."

Shienna menoleh, "kau pasti sedang meremehkanku ya? aku sedang berpikir tau apa dulu yang harus ku ambil." katanya membela diri. Ya, meskipun memiliki sedikit kebenaran Shienna sedang berpikir. Banyaknya sih keraguan apa bisa menjelajah tempat lumayan besar seperti sekarang dan mendapatkan semua yang—um, sudah ada dalam catatan ponselnya hasil mencak-mencak pada mama serta diserang balik dengan ucapan,

"Kenapa tidak bertanya pada mama baru saja."

Demi mempertahankan harga diri dan mengisi kulkas rumah kosong melompong, "Mama barunya belum dicari, jadi bertanya nya pada mama dulu. Ingin beritahu atau ingin menantu kesayangan mama itu kelaparan? cepatlah." selalu— tidak sabar. Sedikit membawa-bawa Taehyung sepertinya meruntuhkan perasaan mama lalu memberikannya sedikit petunjuk yang Shienna lihat sekarang.

Satu ekor ayam, beberapa jenis ikan sudah pula dikirim mama poto serta bentukan keanehannya Shienna minta dimasukkan kedalam troli didorong Taehyung. Pria itu lebih banyaknya diam, wajah dingin itu memperhatikan Shienna beberapa kali berhenti dan memutar-mutar badannya mencari arah tujuan.

"Ini masalah besar." gumam Taehyung berakibat pada picingan tajam Shienna masih bisa mendengarkan.

"Aku bisa, kenapa sih kau sulit sekali percaya pada orang lain?" Shienna menghela napasnya lelah. "kita tidak akan kelaparan nanti malam, berhenti melihatku remeh sebelum ku congkel matamu."

"Kalau tidak bisa aku yang akan menghancurkanmu dan menjadikan santapan makan malam."

"Sudah berubah menjadi kanibal?" Shienna memasukkan kasar botol-botol minuman dan menatap Taehyung kesal. "berpikirlah sebelum aku berada dalam perutmu dan menusuk isi perutmu keluar semuanya. Santapan makan malam apa— ah, lupakan. Mengoceh menguras tenaga."

Taehyung menarik bibir sinis ketika mendadak pipi Shienna memerah lalu wanita itu memalingkan wajah. Mengambil buah-buahan apapun yang ada dihadapannya tanpa berpikir lagi. Terpenting semua yang mama katakan bisa bertahan setidaknya selama seminggu telah Shienna ambil.

Melewati stok makanan ringan dan Menspad, Taehyung mendadak menarik gaun Shienna pakai membuat wanita itu menghentikan langkah dan berbalik kesal. "Apa sih yang kau lakukan?!"

Win-Win SolutionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang