Cuaca malam hari di kota Tokyo yang begitu ramai tak mampu membuat hati Sasuke yang sunyi ini merasa terhibur, sedari pagi pikirannya hanya terfokus pada sang istri yang sedang hamil besar di rumah. Ingin sekali menemani istrinya tapi ia ingat pekerjaannya yang menumpuk tak bisa dihindari, begitu juga istrinya yang terus memaksanya untuk masuk kerja karena wanita tersebut merasa baik-baik saja jika harus sendiri di rumah.
Kekhawatiran Sasuke terhadap istrinya begitu besar walau ia tahu istrinya sangat mandiri bahkan bisa mengangkat galon di umur kandungan yang tinggal beberapa minggu lagi akan melahirkan. Sebagai seorang suami sayang dan cinta sangat pada istri, dia tak ingin istrinya kenapa-kenapa. Jadi saat pekerjaannya selesai langsung saja mendarat menuju ke rumah, padahal beberapa temannya mengajaknya untuk pergi minum, ia menolak penuh ajakan tersebut.
"Ck menyebalkan, kenapa harus semacet ini" decaknya kesal ketika ia sudah menginjak gas saat mobil di hadapannya mulai berjalan. "Aku mengkhawatirkan wanitaku" gumamnya lirih, sebelum mengenal istrinya ia tak pernah dibuat khawatir oleh wanita namun semua berubah ketika mengenal istrinya, ia yang dikenal dingin berubah menjadi lelaki bucin. Mengingat betapa bucin dirinya entah mengapa begitu menggelikan tapi ia menyukainya, saat-saat bersama istri tercinta.
Mobilnya kembali terhenti, kemacetan begitu menghambat perjalanannya untuk pulang, ingin sekali marah tapi itu akan semakin membuat semuanya tak berjalan mulus.
Seketika pandangannya terhenti pada toko pernak-pernik anak. Senyum calon ayah tersebut mengembang seolah tak sabar menantikan kehadiran buah hati mereka. Ia dan istrinya sudah membeli keperluan bayi beberapa bulan yang lalu di toko tersebut, masih teringat jelas bagaimana bahagia istrinya ketika melihat deretan baju bayi yang lucu dan begitu menggemaskan. "Aku semakin merindukan istriku, mungkinkah dia sedang tidur?" Tanya Sasuke, mengingat juga istrinya sangat suka tidur belakangan ini katanya sering mengantuk dan Sasuke tak mempermasalahkan itu selagi hal tersebut masih tetkontrol.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Loh ku pikir selai ini sedang diskon?" Sakura bertanya dengan suara lantang, merasa tak terima ketika melihat harga yang tertera, setahunya di panjangan tadi tidak seperti ini harganya.
"Maaf nona mungkin kau salah melihat harganya, atau mungkin produknya tertempat di harga yang salah"
Sakura nampak menimang sesuatu di kepalanya sebelum mengangguk menyetujui, ini sudah jam 8 malam ia harus segera balik ke rumah karena keadaan jalan menuju rumahnya cukup sunyi.
Segera membayar semua belanjaannya dan berjalan keluar dari tempat belanjaan tersebut, sedikit kesusahan memang membawa belanjaan sebanyak ini, tapi tak ada pilihan lain stok bahan dapurnya mulai menipis pilihan terbaik adalah membelinya walau sudah malam. Bukan pilihan terbaik jika membawa mobil, rumahnya tak terlalu jauh dari tempat belanja tersebut. Lagipula ia tak ingin repot-repot mengeluarkan mobil dari garasi.
Penampilannya yang hanya menggunakan dres rumahan dibaluti dengan cardigan abu-abu tak lupa sendal jepit yang dipakainya ternyata mampu membuat beberapa pasang mata menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Memangnya apa yang salah denganku?" Gumamnya bingung bertanya-tanya.
"Masih bertanya lagi apa salahmu padahal kau sudah tahu sendiri jawabannya?"
Sakura tersentak kaget ketika suara yang sangat dikenalinya terdengar tajam. Dengan cepat ia berbalik menatap pada seorang pria yang berdiri menjulang di hadapannya, errr wajah orang tersebut terlihat datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Oneshoot SasuSaku
FanfictionBerisi segelintir cerita random SasuSaku dalam bentuk Oneshoot saja.