Sasuke terkenal seantero kantor dengan sifat dingin dan kejamnya, tak kenal bulu bahkan anak buah perempuannya yang membuat kesalahan akan dimarahi walaupun sedang rapat. Semua orang tahu betapa menyeramkan ketua departemen produksi tersebut, bahkan beberapa orang yang pernah jadi santapan emosinya langsung resign keesokan hari setelah lelaki itu memarahi mereka.
Dan sekarang dia kembali menyemportkan kemarahannya yang sudah jarang terlihat belakangan ini.
Sungguh malang nasib Sakura yang kini jadi korban, hanya karena salah angka dalam penyebutan jumlah produksi mereka 6 bulan terakhir hingga membuat beberapa divisi lain mempertanyakannya dan ia yang saat itu merasa benar membantah, lihat kini nasibnya berakhir dengan Sasuke memarahinya di depan banyak orang.
Suasana hening dalam ruangan terasa mencekam saat suara Sasuke tak terdengar lagi. Sakura dalam hati memanjatkan doa semoga lelaki itu tak kembali melanjutkan gonggongannya.
"Semoga tuhan memberinya hidayah" gumamnya dalam hati sambil menutup mata erat-erat, karena menjadi pusat perhatian ia merasa gugup sekaligus malu.
"Sakura hey buka matamu"
Sakura tersentak ketika suara Ino terdengar lantang, ia membuka mata dan menatap keliling ruangan yang sudah sunyi, menyisahkan beberapa orang. "Kemana bos?"
"Aduhh sudah dimarahi bos masih saja kau memikirkannya" ujar Ino kesal, "lebih baik kita ke kantin saja, kau sepertinya butuh makanan"
"Ya kau benar, karena bos gila kerja itu aku sampai begini" kalau diingat kembali ia ingin menghajar wajah menyebalkan Sasuke itu, tapi sayang juga wajahnya tampan.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Wah lihat bintang utama kita akhirnya datang juga" suara ceria Tenten terdengar mengusik pendengarannya.
"Berhenti mengejekku sialan" Sakura berdecak kesal, dan melahap stik kentang entah milik siapa. Melihat wajah menyebalkan teman-temannya membuat ia semakin kesal.
"Sebenarnya ada apa dengamu Sakura-chan? Sepanjang rapat kau terlihat kurang fokus bahkan beberapa kali kau menguap" Hinata bertanya dengan nada super lembut karena takut akan membuat Sakura semakin marah.
Melirik ke arah Hinata sejenak, lalu dia kembali menguap seperti kuda nil. "Sasuke menyuruhku menyelesaikan bahan meeting sampai dini hari"
Hinata tersenyum kaku, meski Sasuke tak ada di sekitar sini tapi mereka tak seberani Sakura yang selalu mengucapkan nama lelaki itu sembarangan tanpa ada penambah kata formal lainnya. Padahal semasa sekolah Sasuke hanya berjarak 1 tahun di atas mereka namun karena kejeniusan lelaki itu mampu membuatnya menduduki jabatan tinggi di perusahaan ini.
"Dia benar-benar gila kerja ya" Temari berujar, suaminya Shikamaru memang pekerja keras tapi tak seperti Sasuke.
"Dan pemarah, huuuu entah telinga Sakura sudah memang kebal terhadap ocehan bos" kata Ino mengkhayalkan betapa Sakura sangat tahan dengan kemarahan Sasuke.
"Jika yang dimarahi aku, ku yakin aku akan resign secepatnya" Tenten ikut menimpali. Mulut tajam Sasuke saat marah tak tanggung-tanggung, pernah dia mengatai anak buahnya bodoh.
"Tentu saja Sakura tahan karena lelaki itu kekasihnya, tak mungkin dia akan dengan senang hati menerima kata-kata meyeramkan dari bos dengan senang hati" baik Ino, Hinata dan Tenten ikut mengangguk menyetujui ucapan Temari. Hubungan percintaan sahabat mereka sudah berjalan sekitar 4 tahunan dimulai saat masih berkuliah dan berlanjut hingga kini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Oneshoot SasuSaku
FanfictionBerisi segelintir cerita random SasuSaku dalam bentuk Oneshoot saja.