Lantas mengapa? (satu)

979 191 27
                                    

5 hari sudah Sakura menunggu kabar itu. Kabar dari lelaki yang sangat ia rindukan, tidak ada komunikasi sama sekali di antara mereka berdua padahal ia sangat berharap meski hanya pesan singkat.

Memang dari awal ia sadari jika ia tidak dianggap sesepesial itu oleh lelaki tersebut. Ia terlalu berekspektasi tinggi dalam hubungan tak seimbang ini.

Meski sekarang merasa mulai lelah tapi bodohnya masih berharap lebih. Padahal yang jelas-jelas marah disini adalah dirinya pada lelaki itu, tapi jika seperti ini harus ia yang datang menghampiri dan membuka obrolan.

Lihat sebetapa ingin mempertahankan hubungan ini ia membuang jauh gengsi. Sudah setahun tak terasa ia kelimpungan sendiri di hubungan ini, tampar pipi Sakura sadarkan gadis itu untuk tahu batasan mencintai seseorang.

"Sasuke" sialan dia memanggil nama lelaki itu tanpa aba-aba. Bahkan tanpa basa-basi terlebih dahulu.

Dia lelaki itu, Sasuke yang kini sedang berjalan menuju mobilnya yang terparkir di parkiran apartemen. Menghentikan langkahnya dan berbalik menatap mata hijau gadis berambut pink itu.

"Hn"

"Kemana saja, kenapa tidak mengabariku?" Dia menggebu-gebu, ada nada kesal yang jelas terdengar.

"Kau yang mendiamiku seketika kenapa bertanya seperti itu padaku, lucu" jawabnya enteng.

Sakura emosi seketika melanda isi dadanya, ia mendekat dan memukul dada lelaki itu. "Kau membuat salah padaku Sasuke, harusnya kau tahu jelas kenapa aku bisa mendiamimu" meski tidak menangis tapi suaranya terdengar serak.

"Itu masalah sepele"

"Kau yang menyepelekan ku, kau pikir itu masalah sepele" dia masih bersi keras menuntun Sasuke menatap wajahnya, "kau terlalu sering mengabaikanku karena game, tidak ada waktu untukku selalu, selalu dan selalu, karena sering ku abaikan kau anggap itu sepele. Padahal hari itu kau sudah berjanji akan pergi berkencan denganku tapi kau mengabaikanku karena game sialan itu" dia berteriak beruntung disitu hanya ada mereka berdua.

"Kau sudah tahu dari awal aku memang suka main game, jangan jadikan itu masalah"

"Minta maaf sialan, bukan membela diri" ucap Sakura.

"Aku tidak berbuat salah"

"Kau benar-benar sialan. Memang sudah terlihat jelas dalam hubungan ini hanya aku yang berjuang sendiri, kau hanya fokus dengan duniamu. Tahu dari awal begini, aku tidak akan menjalin hubungan denganmu, satu tahunku terasa percuma jika kau terus-menerus memperlakukanku seperti ini" jangan tanya sekesal apa Sakura sekarang, tapi ia tidak menangis. Memang setiap bertengkar ia tidak pernah menunjukkan tangisannya pada lelaki itu, karena ia pernah dengar pembicaraan Sasuke dan teman-temannya mereka sempat bicara jika tidak menyukai gadis cengeng, dan ia selalu mengantisipasi dirinya untuk tidak memperlihatkan tangisan di depan Sasuke.

"Kau terlalu banyak omong kosong" Sasuke berbalik berjalan menuju mobilnya berada.

"Ya sudah kalau begitu, kita putus saja. Aku lelah" ucap Sakura lirih padahal tadi rencananya kesini untuk mempertahankan hubungan mereka, tapi sepertinya itu tidak akan terjadi, sakit hati lebih dominan ia rasakan.

Ucapan tersebut mampu membuat Sasuke berbalik dan menatapnya tak percaya. Lelaki itu membeku di tempat saat matanya menangkap dengan jelas bagaimana Sakura menangis dengan wajah penuh air mata. Terisak dalam dan menyakitkan. Meski ia berusaha tidak peduli tapi hatinya tak terima melihat itu.

"Sakura ka-kau menangis?"

"Hiks aku juga punya batas kesabaran" ujarnya lalu tak banyak kata ia berbalik meninggalkan lelaki itu yang masih mematung di tempat.

Kumpulan Oneshoot SasuSakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang