Nurin meletakkan bayinya di dalam katil bayi, lalu dia sendiri merebahkan dirinya di atas sofa di ruang tengah, merasa agak sedikit kelelahan. Suaminya, Hakim, menegaskan padanya bahawa ada seorang sahabat lamanya yang akan datang dan tumpang menginap hujung minggu ini, jadi di samping mengurus bayinya, dia mempunyai sebuah pekerjaan tambahan lagi, menyiapkan bilik tamu untuk menyambut tamu suaminya itu. Pikirannya melayang pada sang tamu, sahabat suaminya yang akan datang nanti, iaitu Farhan.
Farhan adalah sahabat lama suaminya saat kuliah universiti dulu. Dia cukup akrab dengan mereka. Nurin sudah cukup mengenal Farhan, lebih dari cukup untuk menyedari bahawa hatinya selalu berdesir bila bertatapan mata dengannya. Sebuah perasaan yang tumbuh semakin besar yang tak seharusnya ada dalam hatinya yang sudah terikat janji dengan Hakim waktu itu. Dan perasaan itu tetap hidup di dasar hatinya hingga mereka berpisah, Nurin akhirnya menikah dengan Hakim dan sekarang mereka mempunyai seorang bayi lelaki.
Ada sedikit pertentangan yang berkecamuk dalam hatinya. Di satu sisi meskipun dia dan suaminya saling menjunjung tinggi kepercayaan dan berpikiran terbuka, tapi dia tetap merasa sebagai seorang isteri yang wajib menjaga kesucian perkawinan mereka dan kesetiaannya pada sang suami. Tapi di sisi lain Nurin tak boleh menafikan bahawa ada rasa yang lain tumbuh di hatinya terhadap Farhan hingga saat ini. Seorang lelaki menarik berumur sekitar tiga puluhan, berpenampilan rapi, dan matanya yang tajam selalu membuat jantungnya berdebar kencang saat bertemu mata. Sosoknya yang sasa, tinggi dan tegap membuatnya sangat menawan.
Nurin adalah seorang wanita ayu yang sedikit pemalu dan selalu berpegang teguh pada sebuah ikatan. Dan dia tak kehilangan bentuk asli tubuhnya setelah melahirkan. Kekal montok, dengan payudara yang jadi sedikit lebih besar kerana menyusui dan sepasang pantat yang menggoda. Rambutnya lurus panjang dengan mata indah yang dapat melumpuhkan semua lelaki. Semua yang ada pada dirinya membuat dia mempunyai daya tarikan seksual terhadap lawan jenisnya meskipun dia tak pernah menunjukkannya. "Ah..... Seandainya saja dia mengenal Farhan jauh sebelum suaminya datang dalam kehidupannya!"...tentu sahaja Farhan lah suaminya sekarang, bisik hati kecilnya.
Nurin pejamkan matanya mencuba merendam pergolakan hatinya dan akibatnya hati kecilnya menuntun tangannya bergerak ke bawah tubuhnya. Cipapnya terasa bergetar akibat membayangkan Farhan dan saat dia menyentuh dirinya sendiri yang masih terhalang seluar jeansnya, sebuah ombak kenikmatan menerpa tubuhnya. Jemarinya yang lentik bergerak cepat melepas kancing seluarnya lalu menurunkannya ke bawah melepasi punggungnya. Tangannya menyelinap di balik seluar dalam satin yang berwarna putih, melewati rambut bulu kemaluannya hingga sampai pada gundukan daging hangatnya yang amat tembam. Nafasnya terasa terhenti sejenak saat jarinya menyentuh kelentitnya yang sudah basah, membuat sekujur tubuhnya merasakan sensasi yang sangat kuat.
Dia terdiam beberapa waktu cuba berfikir dan menghadam suasana. "Hakim pulang 2 jam lagi, dan Farhan juga datang kira-kira dalam waktu yang sama. Why Not? ", bisik Nurin dalam hati. Dia tak boleh mencegah dorongan nafsu kecilnya. Di samping tidak langsung mencurangi suaminya secara fizikal, hanya sekadar untuk memuaskan dirinya sendiri dan 2 jam lebih dari cukup, sisi lain hatinya berlumba-lumba mencipta alasan membenarkan nyalaan shahwatnya yang semakin membesar dalam dadanya.