Nurin menurunkan seluar jeansnya dan mengeluarkan kakinya satu persatu dari himpitan kain seluar jeansnya. Melepaskan seluar dalamnya juga, lalu dia kembali rebah di atas sofa. Dari pinggang ke bawah telanjang, kakinya terbuka bebas. Nurin memejamkan matanya lagi sambil menarik nafas dan tangannya kembali bergerak ke bawah, menuju ke pangkal pahanya, membuat dirinya merasa senyaman dan seghairah yang dia inginkan.
Nurin menikmati waktunya, menikmati setiap detiknya. Dia membayangkan Farhan sedang memuaskannya, deru nafasnya semakin cepat. Nurin tak pernah curang selama ini, membayangkan dengan lelaki lain selain Hakim saja belum pernah, semua fantasinya hanya berisikan suaminya. Tapi sekarang ada sesuatu dari lelaki ini yang menyeretnya ke dalam fantasi barunya.
"Ups! Maaf!" terdengar sebuah suara.
Ehhh...ape pulak...matanya langsung terbuka, dan dia tersekat momen indah. Nurin melihat bayangan seorang lelaki menghilang di sudut ruangan. Nurin baru sadar, dia sudah melakukan melancap selama lebih dari 10 minit, dan dia benar-benar tenggelam dalam alam imaginasinya hingga tak menyedari ada seseorang yang masuk ke dalam rumah. Dan dia sedar serta tahu bahawa bayangan lelaki itu adalah Farhan, dengan terburu-buru dia mengambil pakaiannya dan segera memakainya lagi.
"Maafkan aku Nurin, tiada yang siapa yang menjawab ketukanku dan pintunya terbuka...so... aku masuk je lah..", kata Farhan sambil matanya bersinar-sinar, kesan menikmati pemandangan indah sebentar tadi.
Farhan berada di sudut ruangan tamu depan jauh dari pandangan, tapi dia sudah melihat banyak! Pemandangan yang disaksikannya saat dia memasuki ruangan ini membakar pikirannya. Isteri sahabatnya berbaring dengan kaki terkankang lebar di atas sofa itu, tangannya bergerak berputar pada kelentitnya. Pahanya yang lembut dan mulus terbuka lebar, rambut kemaluannya yang hitam mengelilingi bibir vaginanya. Pelirnya mengeras dengan cepat dalam seluar jeansnya. Apa lagi yang dia mahukan...Farhan menggumam sendirian.
"Emmm...okey aje...tak ape, u boleh masuk sekarang...", jawab Nurin dengan nada yang tersekat-sekat akibat malu, dari ruang keluarga. Nurin sudah berpakaian lengkap sekarang, dan dia duduk tercegat di atas sofa, menyembunyikan wajahnya dalam telapak tangannya. "Aku sangat malu." katanya kemudian. "Ah, kita semua pernah melakukannya, Nurin!" jawab Farhan cuba menenangkan...
Farhan berdiri tepat di hadapan Nurin, seperti sengaja ingin Nurin dapat melihat seberapa 'kerasnya' dan besar senjata kepunyaannya. Farhan tak mampu lagi mencegah dan berlagak alim, wanita ini sangat menggoda. Farhan sangat menginginkan agar wanita ini bergerak dan datang merayunya padanya.
"Tetap saja memalukan!" jerit Nurin dengan nada yang agak tinggi, serentak itu menyingkirkan tangannya dari wajahnya. Cipapnya berdenyut sangat hebat, dia hampir saja mendapatkan orgasme tadi! Dan sekarang dihadapannya seorang lelaki tampan rebutan semua, sebuah desiran yang lain terasa saat dia melihat tonjolan menggelembung pada bahagian depan seluar Farhan. Dengan cepat dia memalingkan wajahnya, tapi masih saja lelaki ini mengekori palingan wajahnya. Sekarang Farhan menjadi lebih terbakar lagi, kerana tindakan malu itu nampak sengaja dibuat-buat, sedangkan di hati mahukan yang lebih lagi. Farhan makin terasa hangat di pelirnya...terasa terseksa pelirnya berlingkar keras di dalam seluarnya...