Doyoung sontak melirik tetangga mamanya yang sepertinya sedang memanggil Jeno.
Si tetangga yang tak mendapat respon mencolek bahu bayi Jung. "Eh Ndut!"
Mendengar panggilan itu membuat Jeno kesal. "Ndak ndut! Ni Noie!" Jawab Jeno dengan kedua alis yang menukik tajam.
"Kan gendut makanya dipanggil gendut~" Hyuna, si tetangga itu tertawa melihat protesan Jeno.
"NOIE! Ni Noie! Noie ndak ndut!"
"Ahahahaha~"
"Mbak~ Jeno nggak suka di panggil ndut." Doyoung tarik putranya mendekat. "Namanya Jeno, jadi ya di panggil Jeno."
"Jen Jen gitu aja ngadu~"
Doyoung tak habis pikir dengan wanita di depannya. Tak ada hentinya Hyuna bertengkar dengan Jeno ketika bertemu. Putranya memang sering dipanggil nama selain Jeno, entah itu suaminya, kakak atau kakak iparnya. Tapi semua tergantung situasi. Jika Jeno terlihat rewel tak ada dari mereka yang memanggilnya dengan nama lain.
Sayangnya sekarang kondisi Jeno sedang badmood. Jeno mendadak rewel setelah Mark pulang duluan ke Surabaya. Meninggalkan dirinya dan Lucas di rumah Oma.
"Anak laki itu yang kuat. Dipanggil ndut aja udah nangis."
"Terus kalo nggak nangis anak saya harus gimana kalo sedih? Ditahan? Sampe kapan? Sampe anak saya kenapa-kenapa?" Bisa Doyoung rasakan kakinya dipeluk erat oleh Jeno. "Jeno masuk rumah dulu."
Tanpa menunggu lama Jeno pun berlari masuk rumah.
"Dikit-dikit dibela. Mau jadi anak manja? Liat anakmu itu, udah nangisan, manja, ngaduan lagi. Makanya kalo didik anak tuh yang bener. Wong anak cuman 1 gitu apa susahnya." Hyuna langsung pergi dari rumah Yuri. Ia tak mau lagi berdebat dengan Doyoung.
"Ehm!" Doyoung berdeham untuk menghilangkan rasa sakit di lehernya. Sakit ia mendengar apa yang Hyuna katakan. Hampir seluruh waktunya ia gunakan belajar menjadi orang tua yang baik untuk Jeno. Tapi rasanya sekarang seperti sia-sia.
"Unda~"
Doyoung sontak membelakangi Jeno agar ia bisa menghilangkan air matanya.