Di Minggu pagi, setelah Doyoung membersihkan rumah bersama Jaehyun, bunda satu anak itu bergegas ke kamar anaknya. Hari ini hari yang istimewa untuk temannya Jeno, oleh karena itu, Doyoung telah siapkan kado semalam bersama Jeno.
Ceklek
Doyoung buka sedikit pintu kamar Jeno, kepalanya menyembul untuk bisa mengintip apa yang sedang putranya lakukan.
Seru sekali, buat apa sih?
Sebenarnya Doyoung tak ingin menghancurkan konsentrasi si kecil yang sedang membuat mobil dari lego, tapi pesta ulang tahun Renjun sudah tinggal menghitung menit.
"Permisi~" Doyoung amati tingkah Jeno yang sepertinya tak begitu mendengarkannya. "Jeno, katanya mau ke ulang tahun Renjun?"
Seketika itu Jeno berbalik dengan matanya yang membulat. Bagaimana bisa ia melupakan pergi ke acara pesta temannya?!
Si kecil Jung lantas berdiri dan menaruh lego hasil susunannya ke nakas. Bukannya Jeno tak tau tempat dimana mainan harus diletakkan, tapi si kecil masih ingin meneruskan kegiatannya nanti.
"Didi unda!" Pekik Jeno sambil berlari menuju kamar mandi di kamarnya.
"Semangat sekali anak bunda hmm~"
"Xixixi~ Cepat cepat nti tinggal~"
.
.Rambut telah rapi, baju telah wangi, Jeno pun siap untuk berangkat ke pesta temannya. Dengan di antar kedua orang tuanya Jeno membawa kotak kado yang ia pilih sendiri. Kali ini Jeno memilih truck kuning dengan hewan-hewan di dalamnya.
Sesampainya di kediaman Renjun, Jeno langsung memberikan kadonya pada Renjun. Baru setelah itu Jung kecil berkumpul dengan Jaemin dan Haechan di dekat aquarium.
Mereka bertiga awalnya asyik mengikuti acara yang sedang dimeriahkan oleh seorang badut, hingga Haechan yang bosan mengajak Jeno dan Jaemin ke kursi dekat meja buah-buahan.
Sambil menikmati buah-buahan yang ada, mereka bercerita tentang apapun yang terlihas di otak.
Nyam. "Noie punya lobot optimus balu~ Ayah beli~" Nyam. Nyam.
"Iyaa?" Haechan yang sedang tertarik dengan robot-robotan memggeser duduknya agar lebih dekat dengan Jeno.
"Iyaaa~ Bisa belubah! Jadi tluk!"
"Waaaa~ Telus?!"
Saking serunya Jeno bercerita tentang kehebatan mainan robotnya, tanpa sengaja biji semangka masuk ke kerongkongannya. Tentu saja Jeno yang terkejut langsung terbatuk.
"Uhuk! Uhuk!"
"Minum minum!" Jaemin sodorkan segelas air ke Jeno.
Jeno pun meneguk air itu sampai tandas.
"Sudah?" Tanya Jaemin sambil mengamati raut wajah Jeno.
"Sudah~ Ughh Noie ndak mau semangka! Semangka nakal!" Jeno dorong menjauh piring semangkanya. Dirinya tak mau lagi memakan semangka, karena semangka itu ia tersedak.
Sementara itu Haechan yang juga memakan semangka perlahan menaruh buah merah itu di meja. "Kalo makan biji nti pelut tumbuh pohon~ Jeno jadi pohon! Huuuu~ Takut~"
Jaemin sontak menatap Jeno ngeri, "hii~ Ndak mau teman Jeno!" Putra semata wayang Baekhyun itu lantas menggeser tempat duduknya ke dekat Haechan.
"Noie ndak pohon!" Mata sipit Jeno berubah merah. Air matanya sudah siap untuk jatuh saking takutnya ia berubah menjadi pohon. Belum berubah saja Jaemin tak mau berkawan dengannya, apalagi nanti saat dirinya tumbuh daun dan ranting.
"Ayo pelgi Nana!"
Haechan lalu mengajak Jaemin untuk berpindah tempat duduk. Dan hal itu sukses membuat Jeno menjerit dan menangis keras.
Badut yang tadinya asyik memeriahkan acara pun mematung saat mendengar lengkingan suara. Begitu pula semua orang yang langsung menoleh ke arah Jeno. Yah~ Semua mata tertuju pada Jeno.
"BUNDA HUWAAAAAAA~!"
.
Beberapa menit berlalu dan Jeno masih duduk di pangkuan sang bunda sambil menenggelamkan wajahnya di leher bundanya. Meskipun Doyoung sudah memberikan kata-kata penenang, isakan Jeno masih belum reda.
"Udah nangisnya?"
"Ndak bisa belenti hiks!" Cicit Jeno tanpa mau susah payah keluar dari ceruk leher sang bunda.
"Coba sini bunda liat." Doyoung tarik mundur tubuh Jeno agar ia bisa melihat wajah si kecil. "Masih sedih?"
"Takut unda~" Bibir mungil Jeno melengkung kebawah. Ia pun siap menangis kembali.
"Takut kenapa?"
"Noie ndak mau jadi pohon~"
Mata Doyoung sontak membulat mendengar apa yang di katakan anaknya. "Apanya yang jadi pohon Jen?" Tanya Doyoung tak percaya.
"Noie makan biji semangka huuu~ Echan bilang Noie jadi pohon~ Ndak mau unda ndak mau~" Jeno lantas memeluk kembali bundanya.
Sang bunda itu pun usap lembut punggung di kecil agar lebih tenang. "Haechan bohong, nggak mungkin manusia jadi pohon~" Beberapa kali ia lirik Jeno yang masih setia bersembunyi. Tapi sepertinya mood Jeno sudah terlalu hancur untuk bergabung dengan anak-anak yang lain.
"Jeno nggak mau ambil makanan? Tuh ayah lagi makan pudding coklat." Tunjuk Doyoung ke arah suaminya yang sejak tadi berada di tempat makanan tersaji.
"Pulang undaa~"
"Pestanya loh belum selesai-"
"Pulang! Ndak mau sini!" Jeno tatap sengit sang bunda.
Doyoung menyerah kali ini. Ia tak mau membujuk Jeno lagi. Semakin di bujuk si kecil yang keras kepala bisa tantrum dan akhirnya merusak acara sang tuan rumah.
"Okey, kita pulang." Doyoung pun menggendong Jeno ke tempat Jaehyun berada.
"Ayo yah pulang."
Jaehyun yang sedang menikmati pudding coklat menatap istrinya heran. "Pulang?!"
"Rewel." Ucap Doyoung tanpa suara sambil menunjuk Jeno yang masih bersembunyi di lehernya.
"Sayang loh, aku masih belum coba semuanya."
"Ya Tuhan~" Tak mau menanggapi Jaehyun lebih Doyoung langsung pergi untuk berpamitan dengan si tuan rumah.
"Ayah!"
Teriakan melengking Jeno pun menjadi peringatan terakhir Jaehyun untuk mengakhiri sesi berburu makanan. "Iya iya pulang!" Jawabnya sambil menaruh piring pudding. "Anaknya siapa sih rewelan."
.
.
.
TBC~Omake
"Nanti kalo Jeno udah tumbuh daun ayah tanem di sampingnya Melon ya."
"AYAHHHHHH!"
"Iyalah, kan udah jadi pohon. Ntar tidurnya di taman. Ahahahaha~"
"BUNDA HUWAAAAAA!" Si kecil itu berlari memasuki rumah.
Dan seperti apa yang Jaehyun tebak selanjutnya-
"JUNG JAEHYUN!"
"AHAHAHAHAHA~ Iya bunda iyaa~"
.
.
.
.Happy weekend~