Cklek
Pintu terbuka oleh tangan lunglai Jaehyun. Tak ada sapaan 'ayah pulang' atau sebagainya. Jujur, harinya di kantor sangat berat tadi. Kepalanya benar-benar pusing, dadanya pun sesak.
"Udah pulang? Kok nggak ada suaranya?"
Jaehyun menghela nafasnya saat melihat Doyoung berdiri dengan tanda tanya.
Grep
Tubuh semampai sang istri Jaehyun peluk begitu erat.
"Aku disini." Doyoung usap pelan punggung suaminya. Beberapa kali ia kecup ringan bahu Jaehyun.
"Sebentar ya." Gumam Jaehyun dari ceruk leher Doyoung.
Tak ada suara keluar dari mulut Doyoung, karena sejujurnya ia bersedia memeluk Jaehyun sampai kapanpun. Jadi yang Doyoung lakukan hanya mengusap sang terkasih sambil mengalirkan rasa sayang yang ia punya.
.
Selesai mandi, Jaehyun duduk di sofa sambil memeluk istrinya. Sang kepala keluarga itu masih diam, ia masih belum ingin berbagi kisahnya dengan istrinya.
"Unda~"
Si kecil Jung muncul dari arah tangga.
Ah~
Sepertinya ada yang baru bangun tidur disini.
"Sini~" Doyoung tersenyum sambil membuka satu tangannya untuk memeluk Jeno.
Jeno yang telah sadar mendadak kesal. Mengapa bundanya itu memeluk sang ayah, bukan dirinya yang baru bangun tidur. "Unda Noie ayah~" Protesnya sambil memeluk sang bunda.
"Ayah lagi sedih sayang, makanya bunda peluk ayah." Ujar Doyoung pada putranya.
"Humm?" Jeno lirik sang ayah yang juga sedang menatapnya. "Ayah sedih?"
Pertanyaan sederhana juga tatapan penasaran dari Jeno sontak membuat Jaehyun tersenyum. "Iya, ayah pinjem bunda dulu ya."
Mendengar itu Jeno berpindah ke pangkuan sang ayah. "Noie peluk~"
"No sedih sedih ayah. Noie ndak papa~" Jeno tatap ayahnya dengan mata sipitnya.
"Ahahahaha~ Kenapa jadi Jeno yang nggak papa?" Jaehyun lepas pelukannya dari sang istri untuk memeluk Jeno.
"Xixixi~"
"Nah sekarang bunda mau siapin makan malam dulu ya~"
"Beli aja loh bunda~"
.
.
."Jeno ayo mandi dulu."
"Ayah Noie masih sedih unda, Noie mau peluk ayah~" Tolak Jeno pada sang bunda yang mengajaknya mandi sore.
"Ayah udah nggak sedih, Jeno mandi sana. Bau loh~" Jaehyun lepas pelukan Jeno di lehernya. Namun sepertinya si kecil tak mau melepaskannya.
"Noie ndak bau~" Jeno eratkan pelukannya, "Noie cup cup ayah."
"Makasih~ Tapi ayah udah senang, kan udah di peluk Jeno."
Si kecil mendongak, ia tatap sang ayah lamat-lamat. Mata sipitnya mencari wajah sedih ayahnya.
Tidak ada!
Sang ayah bahkan tersenyum sekarang.
"Ayah sudah senang?"
"Sudah~ Sekarang anaknya ayah ini mandi, okey?"
"Hu'um! Didi sama ayah xixixi~"
"Airnya udah aku siapin." Doyoung pun bergegas menyiapkan baju untuk putranya.
"Baiklah pangeran kita mandi!" Jaehyun angkat Jeno tinggi-tinggi sebelum menggendongnya ke kamar mandi.
"Xixixi~ Telbang yah telbang~!"
.
.
.Seusai mandi Jeno memilih bermain di halaman depan dengan di temani ayah bundanya. Hingga suatu ketika perhatian Jeno teralihkan pada seorang anak laki-laki berdiri di balik pagar rumahnya.
"Sapa unda?"
Doyoung lantas menatap arah pagar.
"Oh! Itu Soobin! Tetangga baru kita~"
"Jeno pernah ketemu gitu, yang Soobin ngasih pentol." Imbuh sang ayah.
Tapi Jeno tak mengingatnya. Lalu Jeno lihat lagi Soobin dari balik pagar. Jika dilihat dari tingginya mereka sepertinya seumuran. Jeno ingin berteman dengannya.
Kaki-kaki gempal itu lantas berlari menuju pagar. Doyoung yang mengerti putranya ingin bermain dengan si tetangga baru bergegas membukakan pagar sebelum kembali duduk di teras rumah.
"Kantor lagi ada masalah." Ucap Jaehyun tiba-tiba tanpa mengalihkan pandangannya dari Jeno.
"Besar ya?" Doyoung geser posisi duduknya agar lebih dekat dengan suaminya.
"Hm. Mingyu sampe harus balik ke Bali. Lusa aku baru ke Bali, besok masih harus ngurusin kantor pusat soalnya."
"Aku tau ini berat, tapi aku yakin kamu bisa jalani ini. Sama tim mu yang hebat itu. Aku sama Jeno juga bakal disini terus, nungguin kamu pulang. Kita hadapi sama-sama." Doyoung bawa suaminya ke pelukan hangatnya. Ia sadari bahwa tak bisa memberikan saran tentang perusahaan, jadi yang bisa ia berikan hanyalah dukungan emosional agar Jaehyun tetap ingat bahwa ia tak sendirian. Ia punya rumah untuk berkeluh kesah, punya tempat yang siap menghiburnya.
"JENO!" Jaehyun langsung berdiri begitu melihat apa yang diperbuat putranya. Tentu saja hal itu membuat Doyoung terkejut bukan main.
"Ayah!" Mata sipit itu menatap tajam sang ayah.
"Nggak boleh cium cium! Berapa kali ayah harus bilang hah?!"
"Noie sayag Subin! Noie cium!"
"JENOOO!"
Melihat ayahnya berjalan cepat menuju dirinya, Jeno sontak menarik Soobin berlari keluar pagar.
"Bunda anakmu bunda!"
"Xixi~ Dadah ayah~"
Ya Tuhan~ Jadi inikah cara Tuhan buat Jaehyun lupa masalah kantor? Tapi kalau seperti ini yang ada Doyoung harus bekerja keras mendamaikan kesayangan-kesayangannya.
"MAU KEMANA KALIAN?!!"
"LALI SUBINNN MONSTEL KEJAL KEJAL XIXIXI~"
.
.
.
TBC~Ternyata masih ada ya yg baca Noie
Hehehe~ Longtime no see guys~
Minhyun selalu pengen nulis Noie, tapi sekarang udah jarang ada waktu buat nulisOhhh
Selamat menunaikan ibadah puasaa
Semoga thr byk wkwk~💸💸